1 (Revisi)

72.8K 1.9K 1
                                    

Setiap hari Arin selalu mendengar suara batuk ibunya, jika Arin bertanya dengan khawatir pasti ibu selalu menjawab bahwa ia baik-baik saja dan meminta Arin untuk fokus pada sekolahnya. Hari ini jawaban ibu kembali sama, karena itu Arin bertekad akan menemui ayahnya hari ini bagaimanapun juga ibu harus dibawa ke rumah sakit.

Setelah perjalanan yang hampir memakan waktu 1 jam, akhirnya Arin sampai di sebuah rumah megah. Dengan gugup Arin membunyikan bel. Agak lama Arin menunggu hingga pintu itu terbuka menampakkan wanita paruh baya, sepertinya wanita itu pelayan dirumah ini.

" Permisi, saya ingin bertemu dengan Pak Kelvin. " Wanita melihat Arin dari atas hingga bawah. " Saya putrinya. " Sambung Arin kaku.

" Oalah, kamu Arin putri pak Kelvin ternyata, maaf ya saya tadi melihatmu sinis. Soalnya belakangan banyak gadis seusiamu datang kesini. " Wanita itu tersenyum ramah lalu mempersilahkan Arin masuk. " Pak Kelvin sedang di kamar atas, kamu tunggu saja disini dulu, biasanya beliau selesai aktivitas jam 8. " Arin menganggukkan kepalanya pelan, wanita itu kembali ke dapur.

" Kelakuan pria brengsek itu tetap tidak berubah. " Arin menatap kamar atas yang terbuka. Ayahnya keluar bersama dengan seorang wanita muda. Berbeda dengan ayahnya yang sudah berpakaian rapi, wanita itu hanya menggunakan lingerie tipis. Rasamya Arin ingin membunuh mereka berdua sekarang juga tapi ia menahannya demi mendapatkan uang untuk pengobatan ibunya.

" Oh ternyata Arin, kenapa kamu kesini nak? " Kelvin menyapa putrinya begitu dia sampai di lantai bawah.

Arin menggeleng pelan, "Begini ayah, aku ingin meminjam sedikit uang darimu, yah."

Kelvin menatap Arin sinis, tangannya didekapkan ke dadanya. " Oo..masalah uang maaf aku tak ada uang untuk mantan keluargaku. "

" Tidak ada uang katamu? Padahal selama ini kami tidak pernah menyusahkanmu. Tapi untuk saat ini kumohon tolong pinjamkan aku uang, aku janji akan melunasinya nanti. " Arin memelas, walaupun keinginannya adalah merobek wajah pria tua didepannya.

" Kamu terlalu naïf Arin. " Kelvin mendecak pelan. " Untuk apa aku menolong kalian yang bahkan tidak ada ikatan lagi denganku, ibumu itu bahkan mengurus anak saja dia tidak bisa apalagi memuaskan nafsuku, jadi untuk apa aku membantunya jika tidak ada keuntungannya untukku. Jangan meminta tolong lagi padaku,karena aku tidak memiliki keluarga lagi baik itu mantan istri maupun anak. "

Arin mengerjapkan matanya berkali-kali menahan air matanya yang akan mengalir. "Baik, aku juga tidak ingin mempunyai seorang ayah yang bahkan tidak ada hati nurani seperti dirimu. Kuharap kau sengsara seumur hidup, brengsek!! "

Kelvin mengangguk malas, " Terserah apa katamu Arin. Kelvin mengalihkan tatapannya pada wanita bayarannya. " Cantik, tolong jaga rumah yaa aku ingin mencari ketenangan dulu sebelum ke kantor. " Wanita muda itu mengedipkan sebelah matanya nakal, Kelvin tertawa kecil lalu berjalan keluar mengendarai mobil mewahnya.

Arin yang awalnya masih sibuk mengatur emosinya baru tersadar ketika mendengar suara deru mobil.
" Tungguuu..ayahh aku minta maaf perkataanku tadi, kumohon tolong bantu ibuu!!! " teriak Arin namun terlambat mobil ayahnya sudah melaju jauh, seharusnya dia langsung mengejar ayahnya bukannya malah termenung.

Akhirnya Arin hanya dapat memandang nanar mobil itu. Meskipun Arin bersimpuh memohon pertolongan , pria brengsek itu takkan pernah meminjamkan Arin uang.

Arin masuk kembali kedalam ingin mengambil tasnya tapi wanita yang daritadi tadi menatapnya membuatnya gerah. " Kau benar-benar murahan. Bitch. "

" Aku tak peduli apapun perkataanmu dan pandanganmu kepadaku tapi aku akan memberimu satu saran jika kamu sangat ingin punya uang, menjadi seperti diriku akan menghasilkan banyak. Daripada kau mengemis seperti ini. " Wanita itu menyalakan sebatang rokok.

Kiss To The MoneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang