Semua orang sibuk membersihkan darah yang terpercik kemana-mana diruang sel tempat Alex ditahan tadi. Sam hanya terduduk, meskipun berhasil membunuh Alex entah kenapa hatinya merasa gusar. Ingatannya kembali disaat dia berteman dengan Alex.
" Kakak.. " Emily berlari menghampiri Sam yang duduk termenung.
" Kenapa kau bisa ada disini? " Tanya Sam bingung.
" Aku datang bersama dengan pesawat pribadi Flint. Kenapa ini semua bisa terjadi, kak? Bukankah kita tidak akan membunuhnya? " Tanya Emily bingung.
Sam menggeleng, " Aku tidak tahu, semuanya terjadi begitu cepat. Padahal kami hanya mengurungnya di sel itu tapi ternyata dia bisa menerobos sel dan malah menginjak bom yang ada disana. " Lirih Sam.
Emily menutup mulutnya tidak percaya, Rei dan Flint mendekat kearah mereka. " Aku tidak percaya dia lebih memilih jalan ini padahal aku sudah mengatakan dengan keras padanya bahwa wilayah ini tidak boleh dilewati karena ada bom. " Decak Rei. " Padahal daripada mati seperti ini lebih baik dia mendonorkan organnya dulu ke rumah sakit. " Lanjut Rei lalu pergi untuk lanjut membersihan ruangan yang kotor.
Flint memeluk pundak Emily, " Jangan dilihat, itu mengerikan. "
Flint beralih menatap Sam, " Disaat aku melihat ruangan tersembunyi milik Alex, aku menemukan ini. " Flint menyerahkan sebuah peti agak besar yang tadi dibawanya. " Aku rasa ini untukmu. " Flint menunjuk tanda S yang besar disisi atas peti.
Sam melihat peti itu terkunci dan dia baru sadar kunci peti itu mirip dengan bentuk kunci kalungnya. Dulunya kalung ini ada dua, satu untuknya satu lagi untuk Alex sebagai tanda persahabatan mereka saat SMP. Buru-buru Sam melepaskan kalung yang ada dilehernya. Untung saja dia masih memakai kalung ini. Awalnya Sam ingin membuang kalung ini tapi entah kenapa dia selalu berakhir tidak ingin membuangnya.
Sam pun langsung memasukkan kunci pada peti itu dan memutarnya perlahan. Peti itu terbuka, Sam tersenyum tipis melihat isi peti itu.
" Ini semua kenanganku dengannya saat kami masih bersahabat, tidak kusangka dia masih menyimpannya. " Kekeh Sam pelan ketika melihat ekspresi bingung yang ditunjukkan oleh Flint ketika melihat isi peti itu hanya dipenuhi mainan dan sebuah album foto.
Didalamnya ada kacamata Sam yang dulu sempat patah karena dia berkelahi bersama dengan Alex melawan senior yang merundung Alex. Meskipun itu juga suruhan Alex tapi tetap saja mereka berdua babak belur. Juga ada gelang karet hitam, bungkusan Snack yang dulu susah payah mereka beli karena uang mereka hilang, baju ala metal dan juga sebuah album foto. Sam pun meraih album foto itu dan membukanya. Banyak sekali foto-foto Sam dan Alex berdua. Juga ada foto mereka bertiga dengan Sofia, Alex dan Sam. Lalu foto mereka bertiga dengan Arin juga ada.
" Tidak kusangka kalian sedekat ini dulu. " Sahut Flint ikut melihat foto bersama dengan Emily. Sam terus membolak balik halaman album itu lalu tertawa ketika melihat fotonya bersama dengan Alex yang saat itu meniru Michael Jackson.
" Ini saat kalian ingin kelas 2 SMP bukan? " Emily tertawa keras melihat ketatnya celana yang dipakai oleh Sam.
Dan di halaman selanjutnya, foto itu membuat tawa Emily semakin keras. Bagaimana tidak, foto Alex dan Sam yang meniru anggota H.O.T boyband pertama Seoul, Sam yang meniru Kangta dan Alex meniru Tony An. Flint menyeringai sedikit.
" Teruslah tertawa, eh...surat apa ini? " kata Sam bingung begitu mendapat sebuah surat di halaman terakhir album foto tersebut.
Sam menarik nafas panjang sebelum memberanikan dirinya membaca surat itu, ' Jika yang membaca surat ini adalah dirimu, Sam..kuucapkan selamat karena kau yang akan menang dalam permainan ini. Sebab aku juga sudah bosan dengan permainan ini, anggap saja kekalahanku ini penutup permainan ini. Terimakasih karena sudah membebaskanku dari penyakit ini. Aku selalu berusaha untuk tidak membunuh tapi akhirnya selalu kulakukan berulangkali. Mungkin saat kau membaca surat ini aku sudah mati, Meskipun menyesal sudah melakukan banyak hal yang menyakitkan aku tidak akan bisa menebus kesalahanku. Mati dengan cepat adalah hal yang kuinginkan untuk terlepas dari semua ini meskipun nantinya aku akan dihukum berat di akhirat. Tidak apa-apa, setidaknya aku tidak menyakiti orang lain lagi. Jadi mari kembali berteman di kehidupan selanjutnya. Semoga kali itu aku bisa hidup dengan normal. Satu kata yang hanya bisa kutulis tanpa bisa kuucapkan maaf untuk semuanya. '
Air mata Sam berlinang berjatuhan. " Sudahlah kak, kenapa kamu malah menangisi dia. Meskipun ini semua kenangan indah perbuatannya kepada kakak tidak bisa dimaafkan. " Kata Emily kesal.
Flint menatap Emily dan menggeleng pelan memberi kode agar saat ini Emily diam dulu dan mengajak Emily pergi untuk memberi ruang pada Sam.
" Aku tahu seharunya aku tidak menangis untuk Alex karena perbuatannya kepada kita semua sangat keterlaluan tapi memikirkan dia juga kesukitan karena ditelan oleh penyakitnya aku jadi merasa ikut sedih. " Sam mengusap air matanya.
Emily menyerah dan memeluk Sam, " Kakak masih saja naif padahal umurmu sudah 30 tahun beberapa tahun lagi. "
" Sebaiknya ini kita bakar saja, bagaimana kakak ipar? " Tanya Flint dengan wajah datar.
Sam melebarkan matanya dan berdiri menatap tajam Flint, " Kakak ipar? Kau panggil aku kakak ipar? Apa aku sudah menrestuimu dengan adikku. " Kelompok geng Mafia berhenti bekerja dan menatap Sam. " Sepertinya kamu memang adik iparku. Hahahah.. " Sam tertawa kikuk dan memeluk pundak Flint sambil menepuknya pelan. " Idemu bagus, sebaiknya benda ini kita bakar, aku tidak ingin menimbulkan ketakutan pada Arin, Sofia dan juga Emily. "
" Apa kau tidak akan menyesal jika membakar semuanya, Sam? " Tanya Arin yang baru saja datang.
" Bagaimana kamu bisa tahu dan langsung kesini? " Sam langsung menghampiri Arin dan menghadangnya melihat sisi terburuk Alex saat ini.
Arin menghembuskan nafas gusar, " Kamu kira sudah berapa lama aku mengenalmu? Meskipun kita tidak pernah bertemu 7 tahun ini tapi aku tahu dari kemarin kamu selalu memasang wajah khawatir. Aku juga mencari tahu dari mana asal perampok itu dan ternyata mereka suruhan Alex. Awalnya aku tidak percaya karena setahuku dia sudah mati, tadi aku ingin kerumah Dheo ingin memberikan hadiah pernikahan untuknya sebelumnya kepulangan kita besok tapi aku malah melihatmu keluar dari sana. Aku sedikit memaksa kedua orang itu mengaku hingga akhirnya aku menelfon Emily terakhir untuk mengetahui keberadaanmu. "
Sam menunduk malu, " Maaf, aku tidak ingin kamu melihatku dengan tatapan takut. Kamu tahu aku malah menyuruh orang lain untuk membunuh Alex. Aku tidak ingin terlihat mengerikan olehmu. "
Arin memeluk tubuh tinggi Sam sambil mengelus punggungnya, " Aku tidak akan takut kepadamu. Apa yang kamu lakukan hanya ingin menyelamatkan orang lain yang mungkin jadi target Alex selanjutnya. Kamu tidak perlu merasa bersalah, Sam. Ini memang sudah seharusnya terjadi, jangan memikirkan kepedihan Alex saja kamu juga harus memikirkan penderitaanmu selama ini karena dia juga penderitaan korban dan keluarga korban yang menjadi target Alex. Jangan merasa bersalah lagi, oke? " Sam tersenyum pada Arin dan menatapnya hangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kiss To The Money
RomanceTidak ada yang tahu bagaimana nasib akhir dari seorang mantan model dan siswi tercantik, Ariniya Fresnel. Arin harus berhadapan dengan seorang badboy, Sam Benedict, agar ia bisa membiayai pengobatan ibunya. Dengan satu syarat yaitu Arin harus menjad...