Ponsel Emily bergetar, saat Emily baru saja masuk ke kamarnya, " Bagaimana keadaanya? " Tanya Emily pada pria yang di seberang sana.
" Sepertinya dia meminta bantuan pada Zipper untuk membantu pelariannya. "
Kening Emily berkerut, " Zipper? Kenapa mereka mau membantu Alex? Apa dia menawarkan harga mahal? Tapi tidak mungkin Zipper ingin membantu hanya demi uang bukan? " Tanya Emily sambil menggigiti kukunya.
Pria itu mendesah pelan, " Alex pernah membantu pelarian Zipper ke China karena dia ditangkap atas penyebaran narkoba terbaru tiga tahun yang lalu. "
" Bagaimana bisa orang semuda itu membantu pelarian anggota mafia? " Decak Emily kesal.
" Dari informasi yang kudapatkan, tidak hanya Zipper yang pernah dibantu oleh Alex, Kitzh dan Rzihu juga pernah dibantu olehnya. Mungkin saja dia memiliki banyak perantara yang lain di bidang pemerintahan, aku ingat kamu pernah bilang orangtuanya adalah orang yang berpengaruh di bilang politik dan hukum. Dan juga ada informasi lain, Alex memiliki sepupu yang juga masuk dalam geng Mafia. "
" Alex memiliki sepupu seorang mafia? Apa kamu tahu siapa itu? " Tanya Emily cemas.
" Aku hanya tahu nama aslinya, Aaron Rantz Chandra. Aku akan segera mencari nama samarannya dalam dunia mafia. Kamu tenang saja, sayang. Aku akan memastikan dirimu dan semua yang kamu sayangi selamat. " Kata pria itu sambil tersenyum.
" Baik sayang, terimakasih untuk semuanya. Flint " Emily mematikan teleponnya dan memutar kursi putarnya menghadap pintu dengan tersenyum.
Sam terpaku didepan pintu sambil melongo tidak percaya. " Sayang? Flint? Kamu sudah memiliki seorang pacar? " Sam mendekati Emily berusaha meraih ponsel Emily tapi ditahan oleh Emily. " Siapa dia??!! Dan apa maksudnya Alex memiliki sepupu seorang mafia? "
Emily mendesah nafas panjang, " Haah, akan aku jelaskan, tapi aku harap kakak tenang dulu. " Emily menyuruh Sam untuk duduk di kasurnya dan ia kembali duduk di kursinya. Emily pun menceritakan bagaimana awal ia bertemu Flint pacarnya yang seorang ketua geng Mafia paling muda, Erlgen.
" Karena hal itu aku bisa mengetahui semua informasi tentang Alex. Dia akan berusaha untuk melarikan diri dibantu oleh Zipper, mereka juga geng Mafia yang terkenal besar. Mereka ingin membantu Alex karena dia pernah membantu mereka untuk melarikan diri sementara ke Cina karena ketahuan menyebarkan narkoba terbaru. Lalu juga ada geng Mafia dari Jepang dan Rusia yang juga pernah dibantu oleh Alex. " Jelas Emily memutar kursinya. " Tugas kakak sekarang, cukup menjaga Arin dan membantu ia pulih secepatnya, urusan Alex biar aku dan Flint yang mengurus. "
" Maaf, kakak jadi menyulitkan dirimu. " Emily langsung menepuk keras pundak Sam, " Kakak tidak perlu memasang tampang bersalah itu lagi, sekarang kita semua mempunyai tujuan yang sama, memasukkan Alex ke dalam penjara selamanya. " Emily mengangguk percaya diri, " Ayo, sekarang kita makan dulu. " Emily menarik tangan Sam segera turun ke meja makan karena Mom mereka telah memanggil keras.
Sedangkan di kamar inap Arin, semuanya sedang menunggu di luar kamar karena dokter sedang menangani Arin yang baru saja membuka matanya. " Semoga saja akhirnya Arin bangun. " Sofia memeluk tubuh Ibu yang baru saja selesai shalat dan melihat Arin mengerjapkan matanya tadi. Namun, saat mereka bertanya pada Arin hanya tatapan kosong yang diberikan oleh Arin. Bahkan ia belum dapat merespon perkataan mereka.
Dokter Adit keluar dengan tersenyum, " Selamat akhirnya Arin bangun dari komanya setelah 10 bulan. "
" Apa anak saya benar-benar amnesia dok? Kenapa tadi dia hanya menatap kosong sekelilingnya? " Tanya ibu cemas.
" Tatapan kosongnya itu hanya karena pengaruh EEG yang kami lakukan tadi pagi saat meninjau kondisi otak Arin. Tidak ada masalah yang serius. Untuk amnesia memang terjadi hanya saja kami belum bisa memastikan apakah amnesia sementara atau permanen. Tapi kita doakan saja, Arin dapat mengingat semuanya kembali. " Kata Dokter Adit lalu pamit pergi.
Mereka semua bergegas masuk ke kamar Arin yang menatap mereka dengan bingung. " Maaf, kalian siapa? Dan siapa aku? " Lirih Arin pelan, ibu mengusap kepala Arin pelan, " Kita mengenal pelan-pelan lagi ya nak. Aku adalah ibumu dan ini kakakmu. Sedangkan dirimu adalah Ariniya Fresnel panggilanmu Arin. " Jelas ibu tersenyum bahagia. Meskipun Arin harus hilang ingatan akan semuanya setidaknya putrinya bisa membuka matanya kembali.
Arin tersenyum lembut, meskipun ia tidak mengingat apapun namun ia merasa tenang berada disekitar orang-orang ini. Dua orang gadis dibelakang kakaknya mungkin adalah temannya atau teman kakaknya tapi ia merasa janggal dengan tiga orang pria disebelah kirinya. " Kalian bertiga siapa? " Tanya Arin menunjuk Rangga, Dheo dan Mahesa.
" Eheem.. kami adalah temanmu juga, teman satu sekolah. Eh salah, yang ini bukan teman satu sekolahmu, ini kakak laki-lakiku Mahesa Pratama, lalu ini Dheo, satu sekolah dengan kita dan aku yang paling tampan disini Rangga sekaligus pacar temanmu, Olsa. " Rangga menunjuk Olsa dengan senyum lebar. " Dan disebelah Olsa, itu teman kita yang paling sangar, Chindy. " Rangga langsung dihadiahkan lemparan buah apel tepat di hidungnya.
" Maaf, Cha.. aku jadi menyerang pacarmu, dia menambah kesal hariku. " Chindy mengipasi wajahnya dan tanpa sadar matanya melirik Dheo yang juga menatapnya. Chindy berusaha tersenyum meskipun setelah itu dia memalingkan wajahnya.
Arin tertawa kecil, " Maaf aku malah tidak mengingat kalian semua tapi aku akan berusaha mengingat kalian semua kembali. " Arin ingin menggerakkan tangannya namun itu sedikit sulit digerakkan tapi anehnya Arin tidak merasakan sakit apapun.
" Apa tubuhmu sulit digerakkan, nak? " Tanya ibu khawatir dan meminta Sofia segera memanggil dokter tapi langsung dicegah oleh Arin.
" Tidak usah kak, jika seperti kata dokter tadi aku tertidur selama 10 bulan, mungkin ini adalah efeknya, tubuhku hanya perlu dilatih kembali untuk bergerak. Bahkan tubuhku tidak terasa sakit." Kata Arin tersenyum. Sofia dan ibu hanya terdiam, pasti ini pengaruh penyakit CIPA.
" Kami senang kamu bangun dengan keadaan sangat sehat, Rin. " Chindy menepuk-nepuk tangan Arin dengan bahagia. Bahkan Olsa sudah meneteskan air matanya, " Kami sangat merindukanmu Arin. " Olsa menangis sesenggukan.
Mahesa sibuk merekam dengan kamera yang baru dibelinya seminggu yang lalu. " Sepertinya ini cukup untuk kalian kirimkan pada Sam. " Ujar Mahesa memperlihatkan rekamannya pada Dheo.
" Tidak perlu, bang. Karena sudah ada kamera itu. " Dheo menunjuk sesuatu yang sedikit berbinar merah di sudut sebelah kanan kamar Arin.
Mahesa memicingkan matanya, " Apa itu kamera tersembunyi? Milik siapa? Apa milik Sam !!! " Suara Mahesa tercekat. Dheo mengangguk, " Aku juga baru tahu dua hari yang lalu saat ingin melacak keberadaan Alex tapi malah mendeteksi kamera itu, aku kira milik Alex tapi ternyata di kamera itu terdapat inisial keluarga Benedict. "
" Dasar Sam!! Mari kita sampaikan salam pengkhianatan pada bocah itu!! " Gerutu Olsa kesal. " Berani-beraninya dia hanya melihat Arin dari sana. " Mereka semua mengangguk setuju, karena malu meminjam tangga kepada pihak rumah sakit akhirnya mereka membuat sebuah tangga piramida manusia. Paling bawah ada Rangga, Mahesa, Dheo, Chindy yang terakhir adalah Olsa. Sofia terkekeh melihat kelakuan manusia-manusia prik yang ditemuinya saat ini. Rangga yang berada paling bawah sudah berteriak tidak sanggup dengan cepat Olsa langsung mengambil kamera tersebut. Namun, karena posisi Rangga yang terus bergerak, Piramida mereka mulai bergeser.
" Rangga!! Tolong tenanglah!! " Teriak Dheo yang berusaha tidak ikut bergeser agar Chindy yang berada diatasnya tidak terjatuh. Sofia yang merasakan mereka semua akan terjatuh meminjam selimut Arin lalu membentangkannya tidak lupa menahan tubuh Mahesa dan Dheo sambil membantu Olsa lalu Chindy untuk turun.
Rangga menghirup nafas panjang, wajahnya sudah memerah ketika semuanya turun dari tubuhnya. " Apa kamu tidak apa-apa, beb?? " Olsa memberikan segelas air pada Rangga.
" Baiklah Sam, maaf kami harus menutup kamera ini, jika kamu sangat ingin melihat Arin sebaiknya kamu kesini, bye. " Ujar Chindy memperlihatkan Arin sebelum akhirnya mematikan kamera itu.
Sedangkan di sisi yang lain, ada Sam yang mengacak rambutnya frustasi, " TIDAAAKK!!!! ARINKUUU " Emily yang lewat didepan kamar kakaknya hanya menggeleng sambil mengedikkan bahunya. " Dasar, sudah kubilang dia sama seperti pengecut, ckckckck. " Decak Emily menatap prihatin Sam sebelum pergi dari sana tanpa menyapa Sam yang memeluk laptopnya dengan tampang menyedihkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kiss To The Money
RomanceTidak ada yang tahu bagaimana nasib akhir dari seorang mantan model dan siswi tercantik, Ariniya Fresnel. Arin harus berhadapan dengan seorang badboy, Sam Benedict, agar ia bisa membiayai pengobatan ibunya. Dengan satu syarat yaitu Arin harus menjad...