22 ( REVISI )

24.4K 585 6
                                    

Dheo menggeleng tidak yakin, " Sebaiknya aku naik taksi saja, lagipula aku tahu dimana itu. "

" Tapi kita membutuhkanmu untuk membuka kunci akses kedalam pemukiman itu. " Kata Arin penuh harap, " Ayo cepat naik saja, Dheo. Sam membutuhkan kita. "

" Atau biar aku saja yang kenapa nggak aku saja yang di belakang, bang. Aku yakin ini karena Dheo kesusahan di belakang. " Pinta Rangga ingin bertukar posisi.

" Jangan plin plan, aku tahu yang ada di pikiran mu itu, otak mesum. " kata Dheo mencegah Rangga.

" Mesum? Siapa yang kau sebut mesum haah..sudah baik aku tawarkan tempat agak luas. " jawab Rangga kembali ke tempatnya.

" Sudahlah, sekarang kita harus langsung kesana. " Mahesa menghidupkan mesin motor setelah semuanya naik.

Mahesa pun langsung memegang kendali,di belakangnya ada Arin,Sofia. Sedangkan Rangga, jongkok di bawah kaki Mahesa.

" Lalu..aku? " tanya Dheo menatap ngeri tempat yang tersisa untuknya. " Ini cuma tinggal besinya!! Pasti sakit sekali jika aku duduk disini. " Protes Dheo.

" Ya ampun Dheo..ku mohon..Sam lagi butuh bantuan. " Pinta Arin. Mau tak mau, Dheo terpaksa duduk di besi itu bahkan dia tidak duduk sepenuhnya.

" Astaga sempit sekali, geser sedikit bang Mahesa. " keluh Dheo. Tapi...motor langsung melaju, tanpa menghiraukan penderitaan Dheo.

"Astagaaa!!! Anjir!!! Aku belum duduk seutuhnya, bahkan setengah pantat pun tidak. " teriak Dheo sambil menarik kaos Mahesa sebagai pegangan.

" Diamlah, kau membuatku malu, adik manis. " Sofia berusaha menutup wajahnya dengan rambut, ini benar-benar momen paling memalukan.

" Hahahaha, sudah kutawarkan bantuan, kau malah tidak mau kan. " Ejek Rangga.

" Tentu saja aku tidak mau, aku sudah membaca pikiranmu yang ingin memeluk erat kak Sofia. "

" Waah aku tidak habis pikir dengan pikiranmu, Dasar bodoh!! Kau lupa aku sudah punya Olsa. " Gerutu Rangga melihat kebelakang.

" Hei, lihat kedepan Rangga, motornya oleng. " Mahesa berusaha menahan motor.

" Astaga diamlah, ingat kita sedang di jalan raya, banyak orang yang melirik kita. " Sofia melihat sekelilingnya banyak pengendara yang melirik mereka dengan tatapan aneh.

" Dheo!! Jangan menarik kuat kaosku!!! Dan kau Rangga sudah kubilang tenang!! " teriak Mahesa.

Sofia hanya menggeleng, menutup wajahnya sebisa mungkin dengan rambut, " Kenapa aku harus bertemu dengan manusia bar-bar seperti ini. " bathin Sofia. Sedangkan Arin hanya diam, pikirannya melayang entah kemana.

" Nah disini tempatnya. " Mahesa merem motornya.

" Syukurlah..pantatku sangat sakit. " kata Dheo langsung turun lalu mengusap pantatnya.

Sofia pun langsung turun, ia bersyukur semua ini akhirnya berakhir. Sofia benar-benar tidak tahan dengan hal memalukan ini.

" Kita langsung masuk ke jalur ini. " Mahesa memimpin jalan mereka. " Jangan berisik disini banyak anjing penjaga. Salah masuk jalur kalian bisa digigit anjing itu. " Mereka semua mengangguk. Hanya saja beberapa kali anjing terus menggonggong karena mulut Rangga yang tidak mau berhenti melihat indahnya taman tersembunyi ini.

Mereka sampai di depan permukiman yang tampak indah namun sepi karena tidak ada penghuni. " Dheo, sekarang blokir pintu ini. " Mahesa menyerahkan laptopnya.

Dheo mengernyitkan keningnya, " Apa kita membawa laptop ini tadi? Aku berpikiran kita meninggalkannya. " Dheo langsung mengutak-atik laptopnya.

" Memang tertinggal aku yang membawanya sambil buang sampah tadi, aku letak di jok. " Jelas Mahesa.

Kiss To The MoneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang