2 (Revisi)

68.4K 1.8K 11
                                    

Sam terkekeh, "Ternyata kamu cukup berani kepadaku. "

Arin memutar matanya malas dengan tangan bersidekap di dada, " Aku tanya lagi kenapa kamu bawa aku kesini? "

" Alasan sebenarnya aku cuma ingin memberikan laporan kesehatan ini agar kamu tidak menyesal nantinya," Sam menyodorkan selembar kertas.

Arin mengambil kertas itu dengan malas dan membacanya. Arin menutup mulutnya, ia langsung terkejut, ini laporan kesehatan ibunya dan disini tertulis bahwa ibunya memiliki gejala kanker paru-paru, ingin rasanya Arin tidak percaya semua ini tapi semua yang tertulis di surat ini rasanya memang benar dan di laporan itu bahkan ada tanda tangan ibunya.

"Padahal ibu selalu bilang kalau penyakitnya hanya batuk biasa," kata Arin sambil menahan air matanya dan menatap Sam lekat, " Tapi ya, aku tidak bisa langsung percaya pada semua ini, mana tau ini hanya bualanmu." Arin menyipitkan matanya tajam.

" Mau kamu percaya atau tidak, itu terserahmu, jika kamu percaya kepadaku, mak kamu masih punya harapan karena berdasarkan di laporan kesehatan itu, ibumu masih bisa disembuhkan jika mendapatkan perawatan yang intensif mulai dari sekarang."

" Tapi kenapa kamu bisa tahu soal ibuku, Sam?"

" Karena aku selalu memperhatikanmu. " Sam menatap Arin dalam. Arin yang ditatap langsung mengalihkan pandangannya dengan canggung. "Alasan yang tidak masuk akal, apakah kamu tahu jika kamu sudah bersikap lancang dengan mengusik privasi orang lain?"

"Aku tidak merasa begitu karena aku hanya berniat membantu orang lain," Jawab Sam mengedikkan bahunya acuh.

Arin menghela nafasnya, tidak ada gunanya juga marah pada cowok aneh ini lagipula ia tertolong dengan ini Arin jadi mengetahui kondisi kesehatan ibunya. " Kalau begitu aku hanya dapat berterima kasih tapi jangan lagi mengurusi masalahku"

Sam terkekeh, menahan tangan Arin yang ingin pergi. " Terlalu cepat untuk berterimakasih kepadaku Arin. " Arin memyipitkan matanya curiga, " Aku akan membantu biaya pengobatan ibumu hingga sembuh dengan satu syarat yaitu kamu harus jadi milikku."

Arin melebarkan matanya, " Jika begitu, aku tidak perlu bantuanmu, Sammy Benedict. " Arin mengembalikan laporan kesehatan ibunya dengan kasar.

" Kamu yakin tidak mau bantuanku? Padahal saat ini keuangan keluargamu tidak berjalan baik bahkan ayahmu sendiri tidak mau membantu, apakah bantuanku benar-benar tidak kamu butuhkan? "

" Kamu tahu tentang diriku sejauh itu, dasar psycho." Arin tidak habis pikir, pria ini bahkan membututi nya tadi.

" Aku tahu tentang dirimu karena aku menyukaimu dan aku ingin membantumu dengan syarat yang sangat mudah hanya dengan menjadi milikku. "

Arin menyeringai sinis, " Aku tidak sama dengan wanita-wanita yang pernah kau tiduri Sam. "

" Kamu memang tidak sama dengan mereka dan hanya kamu yang akan kuperkenalkan sebagai pacarku," kata Sam sambil menatap dalam Arin dan itu membuat Arin sedikit salah tingkah karena jika diperhatikan Sam memang tampan. Arin segera melenyapkan pikirannya itu. Bisa-bisanya ia tersipu karena cowok aneh ini.

" Sebagai imbalannya akan kuberikan kepadamu satu juta tiap ciuman dan dua puluh juta tiap aku ingin tidur dengannmu, aku berikan kamu waktu lima detik dimulai dari sekarang. " Ujar Sam memberi penawaran karena Arin hanya terdiam daritadi.

Sam pun mulai menghitung mundur dengan perlahan hingga waktunya habis, "Deng, waktunya habis sebaiknya kamu segera memberikan jawaban Arin atau tidak silahkan bayangkan saja keadaan ibumu semakin memburuk"

Arin mengetuk jarinya berulang kali hingga ia pun akhirnya memutuskan, " Baiklah, aku terima penawaranmu tapi kamu harus benar-benar membantu ibuku hingga pulih," kata Arin penuh tekanan, Sam pun mengangguk pasti dan tersenyum.

Kiss To The MoneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang