43 ( REVISI )

19.6K 530 18
                                    

" Arin..." panggil Hyunmin pada Arin yang baru saja mengantar Sam hingga ke pintu apartementnya.

" Wae? " Tanya Arin menatap Lyra yang tertidur pulas di kamarnya disebelah Lyra ada ibu yang juga tertidur lelap.

Hyunmin memperlihatkan sebuah artikel dari ponselnya, " CEO itu dia tak normal. " kata Hyunmin agak bahagia.

" Apa maksudmu? " tanya Arin yang tidak membaca dengan teliti artikel yang diperlihatkan oleh Hyunmin.

" Lihat ini, dia gay, " Hyunmin menunjukkan judul dari artikel tersebut. " Dan banyak lagi artikel yang menyebutkan tentang hal yang sama. "

Arin meraih ponsel Hyunmin tidak percaya, " Tidak mungkin, aku mengenal Sam sudah 7 tahun tidak mungkin dia.. WHAATT!!! ?? ? "Arin sontak kaget, ada artikel yang mengunggah banyak foto Sam bersama pria. Arin tidak tahu entah itu asli atau tidak tapi terlihat sangat nyata dan sensual. Arin bahkan sampai melongo melihat foto itu. " Apa ini benar Sam yang kukenal? "

" Lihat bukan, apa yang kubilang? " Hyunmin mengambil ponselnya kembali. " Kurasa ada peluang untukku. " Hyunmin menyipitkan matanya dengan tatapan menantang pada Arin.

Arin menggeleng dan menatap Hyunmin tidak kalah sengit, " Aku sudah kenal Sam jauh dari ini dan aku yakin ini semua bohong apalagi tadi pagi dia bilang mencintaiku kok. "

Hyunmin tertawa, " Hahaha.. itu hanya gombalan pria Arin tidak perlu diambil hati, kamu tidak melihat foto-foto ini sangat nyata loh. " Hyunmin menggoyangkan foto Sam yang merangkul pria dengan tatapan sensual.

" Andwaaee.. itu tidak benar. Aku yakin itu tidak benar. Sebaiknya Hyung juga pulang. Aku sakit kepala melihat Hyung disini. " Arin mengangkat telepon dari ponselnya.

" Ne, Sohee-yaa.. kamu dimana? Ooh, baiklah tidak usah terburu-buru, dirumah ada ibu dan Lyra kok. Aku pasti aman. Baiklah. Gomawo. " Arin menutup teleponnya dan menatap Hyunmin lekat. " Hyung sengaja bukan menyuruh Sohee membeli malatang di toko yang sering ramai itu bukan? " Hyunmin yang ditanya memalingkan wajahnya tidak ingin menatap Arin. " Haah!! Aku sudah dapat menebak ternyata Hyung sudah menargetkan dia bukan? Aku ingat Hyung sempat keluar sebentar tadi sebelum dia datang, pasti Hyung melihatnya diluar tadi bukan? " Tanya Arin menghadapkan wajah Hyunmin kembali menatap Arin.

" Kenapa kau malah menuduhku, aku meminta Sohee membeli malatang karena memang ingin memakan itu kok. " Jawab Hyunmin agak terbata.

" Hah!! Keojitmal hajimara.. aku tahu Hyung bahkan tidak makan makanan pedas. " Arin melebarkan matanya pada Hyunmin yang gelagapan.

Hyunmin melepas celemeknya dengan cepat lalu pura-pura mengangkat telepon dari seseorang dan berjalan cepat keluar dari apartement Arin. " Hyung!! Aku belum mendengar penjelasanmu loh. " Teriak Arin yang tidak didengar oleh Hyunmin karena pria setengah wanita itu sudah berlari cepat. " Aku yakin dia melihat Sam di pos satpam atau diluar tadi. " Ujar Arin pelan sambil menutup pintunya.

Arin melihat Ibu berjalan pelan ke dapur, " Ibu lapar? " Tanya Arin menghampiri ibu.

Ibu mengangguk, " Tapi lebih ke haus. " Ibu meminum segelas air hangat yang dituangkan oleh Arin.

" Aku hangatkan makanan tadi ya, Bu. Tunggu sebentar. " Ibu mengangguk dan duduk di kursi meja makan.

" Tadi ibu mendengar pembicaraan kalian sedikit, apa benar Sam gay? " Ibu bertanya dengan sedikit senyuman tipis. " Tapi jika mengingat Sam yang dulu, ibu rasa itu bohong. "

Arin mengangguk setuju, " Benar ibu, aku juga tidak percaya hal itu. Bahkan tadi aku bertemu Sam, dia terlihat normal saja. " Arin memasukkan semangkuk dakbal, kimchi dan sup tauge bergantian ke microwave.

" Kamu bertemu Sam, nak? Apa kamu beritahu dia kamu sudah mengingat dia? " Arin menggeleng pelan, " Arin rasa belum saatnya, Bu. "

Ibu menatap Arin lembut, " Kenapa membohongi dia? Kamu tahu sendiri, alasan Sam tidak menjengukmu bulan sepenuhnya keinginan dia, ada banyak hal yang dipikirkannya. "

Arin menghidangkan satu persatu makanan ke meja didepan ibu, " Itu memang benar, Bu. Tapi setelah Alex dipenjara bukankah dia bisa menemuiku? Tapi dia malah memilih bersembunyi. " Celetuk Arin sedikit kesal.

Ibu menyuruh Arin duduk di sebelahnya lalu membelai rambut putri bungsunya, " Arin kamu tahu bukan, usia Sam lebih tua tiga tahun darimu? Banyak hal yang dipersiapkannya dan dipikirkan oleh Sam, ujian kelulusan di usia yang lebih tua dari anak sekolah lainnya lalu mengurus perusahaan ayahnya juga. Itu tidak mudah, sayang. Ditambah perasaan bersalahnya yang membuat dirimu mengalami semua ini. Kita tidak tahu apa penyebab Sam dan Alex terhubung bukan? Bahkan dari yang ibu dengar, sebelum Sofia pacaran dengan Alex, mereka berdua sudah berteman. " Jelas ibu pada Arin yang menundukkan kepalanya.

" Arin tahu, Bu, Sam tidak salah tapi aku belum siap bertemu dengan Sam dengan keadaan yang seharusnya. " Arin meremas tangannya cemas.

Ibu menarik nafas pelan, " Itu semua tergantung kamu, nak. Tapi jangan terlalu lama membuat Sam menunggumu. Jika kamu memang tidak yakin dengan Sam tegaskan padanya ya, Arin. " Arin mengangguk paham. Arin memang masih mempunyai perasaan pada Sam tapi ia masih belum yakin untuk kembali pada Sam. Semuanya sudah berlalu cukup lama dan Arin juga sudah lama tidak bertemu dengan Sam kecuali di berita yang selalu muncul hanya saat itu Arin melihat pria itu. Selebihnya hanya didalam kenangan Arin. Setelah ibu selesai makan, Sofia datang bersama dengan Mahesa untuk menjemput Lyra.

Arin menyipitkan matanya, " Kenapa kalian berdua lama sekali? " Ibu menyenggol pelan lengan Arin sambil tersenyum.

" Dimana Lyra kita? " Mahesa langsung melarikan diri ke kamar Lyra tertidur.

" Maaf kami merepotkanmu, kamu tahu sendiri tadi kami berdua berbicara cukup lama dengan Sam lalu pergi membeli kebutuhan sehari-hari. " Ujar Sofia menyusul Mahesa yang sedang menggendong Lyra. " Kami pulang dulu. "

" Kalian tidak makan dulu? Aku ada dakbal sebentar lagi Sohee juga datang membawa malatang dan tteokbokki. " Tawar Arin.

Sofia menggeleng, " Kami sudah makan nasi goreng tadi. Jika ada waktu cobalah mampir ke rumah kakak besok. "

Sebelum keluar dari apartement Arin, Sofia berbalik menatap Arin, " Sepertinya Sam masih menyukaimu seperti dulu. " Sofia meraih tangan Arin menggenggamnya. " Dia masih sama seperti dulu, Arin. Sekarang tergantung dirimu masih menyukai Sam atau tidak. " Setelah mengatakan itu, Sofia tersenyum lalu menyusul Mahesa yang sudah berdiri menunggu Sofia didepan pintu lift.

Arin berdiri gamang, ibu mengusap punggungnya dari belakang. " Jangan dijadikan beban pikiran, nak. Nanti kamu juga akan menemukan jawabannya saat bertemu dengan Sam berkali-kali. " Arin mengangguk kecil lalu menutup pintu apartement.

Sohee datang dengan membawa pesanan dari Arin dan Hyunmin. " Loh dimana Hyunmin hyung, eonni? " Tanya Sohee menata makanan belanjaannya di meja.

Arin duduk di kursi dengan lesu sambil melihat ponsel, " Sudah pulang, pria itu banyak sekali tipu muslihatnya. "

Sohee mengernyitkan keningnya, " Tipu muslihat? Apa ada pria lain yang menarik perhatiannya? "

Arin mengangguk, " Pria ini. " Arin memperlihatkan foto Sam.

" CEO terkenal ini? Apa dia datang kesini tadi? " Sohee tertawa kecil.

Arin mengangguk lagi, " Dia menawariku jadi model produk terbarunya, Produser Park juga sudah menyetujuinya tapi aku masih bimbang. "

" Kenapa eonni ragu? Bukankah ini kesempatan eonni dekat lagi dengan dia? " Arin menatap Sohee bingung, " Aku sudah tahu dia orang yang selalu eonni tunggu. Eonni selalu menyebutkan nama Sam tiap mabuk dan menceritakan dari awal eonni kenal Sam hingga Sam yang tidak kunjung mengunjungi eonni setelah sadar dari koma. " Sohee menyuap satu buah tteokbokki dengan tenang.

" Jjinjaa??!! " Pekik Arin menutup mulutnya tidak percaya. Sohee mengangguk cepat. Arin menepuk keningnya, selama ini percuma saja ia menutupi semuanya ternyata manajernya sudah tahu hal itu dan Arin sendiri yang memberitahukan itu. " Tamat rimayatku. "

Kiss To The MoneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang