31 ( REVISI )

22.1K 610 16
                                    

" Emily..kenapa kamu ada disini? " Tanya Sam pada Emily yang tampak canggung berada di ruang kerja Sam.

Emily tersenyum lebar, " Tidak ada, apa salah jika aku keliling rumah? " Dengus Emily berjalan keluar ruangan namun Sam langsung menarik kerah baju belakang Emily dengan pelan.

" Jangan bohong. Kakak tahu kamu berbohong. " Sam tersenyum penuh selidik.

Emily memutar matanya malas sambil melepaskan tangan Sam dari kerah bajunya. " Aku hanya berinisiatif membantu kakak dan microfon ini sama sekali tidak akan membantu. " Emily menunjuk kantong belanjaan yang dipegang oleh Sam. " Kenapa tidak rekam dari ponsel saja? Ckckck.. " Decak Emily.

" Apa yang kau lakukan untuk membantuku? Jangan bilang kau .. " Sam berjalan kearah laci mejanya. Disana tersimpan berbagai berkas-berkas bukti kejahatan yang telah dikumpulkan oleh Sam. " Kau tidak mengirimkannya pada teman-temanku, bukan? " Sam memeriksa ponselnya. Dia baru ingat aplikasi chat nya masih terhubung ke laptop.

" Apa mereka masih temanmu? Jika kau masih menganggap mereka temanmu seharusnya kakak beritahu saja apa yang akan kakak lakukan. Dengan cara begini hanya akan membuat mereka salah paham padamu. " Emily duduk di sofa panjang sambil menatap Sam yang masih memeriksa ponsel dan laptopnya.

" Aku sudah membuka blokir mereka semua. " Jelas Emily enteng.

Sam menatap Emily tajam, " Kenapa kau buka?? Aku sudah bersusah payah menjauh dari semua ini. "

" Kakak tidak perlu bersusah payah memblokir mereka kembali karena aku sudah mengirim semuanya melalui ponselku. " Emily menunjukkan isi ponselnya sebentar kepada Sam.

Sam mengacak rambutnya gusar, " Kenapa kau.. " perkataan Sam tercekat, dia terduduk lemas di kursinya.

" Kenapa kakak harus bersembunyi dibalik semua ini? Kakak tidak salah dan apa salahnya teman-teman kakak tahu semua ini!! Aku tidak terima mereka memandang kakak sebagai pengkhianat!! " Gertak Emily.

" Justru karena aku tahu semua ini makanya aku melakukannya dengan hati-hati, aku tahu sendiri bagaimana buruknya psikopat gila itu. Jika dia tahu aku melakukan hal ini, bagiamanapun caranya dia akan menuntaskan keinginan gilanya itu. Kau tidak tahu bagaimana buruknya sifat seorang psikopat!! " Sam berdiri didepan Emily, " Aku tidak keberatan dibenci oleh teman-temanku daripada aku harus membahayakan satu nyawa lagi. "

" Tapi bukankah yang memulai semua ini adalah kak Sofia? Jika dia tidak meminta kakak untuk membantunya memberi kejutan pada Alex mungkin ini semua tidak akan pernah terjadi!! "

Sam menggeleng, " Ini semua bukan salah Sofia seutuhnya. Aku lah yang pertama kali mengenal Alex, sebelum aku masuk ke keluarga ini awalnya keluarga Alex yang ingin mengadopsiku. Tapi ada cerita dibalik itu, ketika aku berdua dengan Alex di kediamannya hari itu aku baru ingat ternyata keluarga yang datang sebelum keluarga kita adalah keluarganya. "

Indonesia, 2008

Di panti Asuhan Sosial Bakhti, Sam sedang berlari bersama dengan temannya Robby. " Hei, lihatlah betapa bagusnya mobil itu. Pasti keluarga itu kaya. " Tunjuk Roni pada mobil Toyota Alphard yang baru saja berhenti tepat didepan pagar panti asuhan. " Aku sangat ingin punya keluarga kamu tahu yang belum mempunyai keluarga di usia ini hanya kita yang belum mendapatkan keluarga. " Robby menatap keluarga yang baru saja turun dari mobil itu dengan mata berbinar.

" Aku juga ingin mempunyai keluarga tapi ibu Rita sangat baik kepada kita. " Celetuk Sam tersenyum. Ibu Rita adalah ibu mereka semua di panti asuhan ini.

Robby mengangguk, " Tapi tetap saja lebih baik mempunyai keluarga, ayo kita mendekat kesana. " Robby menarik tangan Sam untuk segera ke ruang depan tempat dimana keluarga itu duduk bersama dengan anak panti yang lain.

" Halo semuanya, ayo beri salam hangat dan ucapan terimakasih pada keluarga Chandra anak-anak. Karena mereka adalah orang yang sudah membelikan makanan, baju dan mainan untuk kita semua. " Ucap Ibu Rita memberi instruksi.

" Selamat siang Om, Tante dan terimakasih. " Kata semua anak yang berjumlah 18 orang dengan serentak.

" Sama-sama juga. " Kata Nyonya Chandra dengan senyuman lembut. Namun, perhatian Sam bukan tertuju pada Nyonya dan Tuan Chandra lebih tepat ke Tuan Muda keluarga Chandra itu, Alexandra Chandra, terlihat dari name tag yang dipakainya. Entah kenapa tatapannya kelam kepada Robby yang selalu menatap orangtuanya dengan tatapan berbinar. " Apa dia cemburu orangtuanya bisa saja mengadopsi anak lain disini? " Tanya Sam menyipitkan matanya pada Alex  namun dia langsung memalingkan wajahnya ketika Alex meliriknya.

Selesai acara ucapan selamat, keluarga Chandra memberikan mereka dua buah bingkisan tiap anak. Robby yang berdiri disebelah Sam sangat gembira dan terus menatap Nyonya dan Tuan Chandra dengan binar berharap. Dan lagi-lagi Sam mendapati Alex menatap Robby dengan tatapan yang sama. " Hei, berhentilah menatap temanku dengan tatapan cemburu seperti itu. " Kata Sam tidak senang mengembalikan bingkisan yang dia terima ke tangan Alex.

" Siapa yang kau sebut cemburu? " Alex berkata dengan wajah tersenyum.

Sam mengerjapkan matanya berkali-kali, " Kenapa kamu berkata kasar dengan wajah tersenyum seperti itu ? Sangat menakutkan. "

" Jika aku terlihat menakutkan seharusnya kamu tidak perlu memperhatikanku daritadi. Jika sudah begini apa sebaiknya aku minta kau ikut dengan keluargaku? Agar kau bisa memperhatikanku? Sambil itu aku bisa dengan leluasa membuat harimu menarik. " Bisik Alex sambil menekan keras bahu Sam dengan tangan kirinya.

Sam melepaskan tangan Alex dari bahunya. " Kamu jahat sekali!! " Teriak Sam tertahan dengan mata yang berkaca-kaca lalu berlari kencang menjauh dari sana.

Sam berdiam diri di kamarnya sambil memeluk bantal, dia sangat amat ketakutan. Tatapan Alex sangat menakutkan. " Dia lebih menakutkan dari serial hantu yang kutonton di tv. " Bathin Sam menutup rapat matanya. Tapi suara kucing membuatnya bangun lagi. " Apa mekki kembali lagi? " Sorak Sam kecil dengan senang. Sam langsung berlari cepat kearah jendelanya yang menghadap ke taman belakang.

" Mekky. " Panggil Sam pelan tapi seseorang datang menghampiri kucing itu.

" Alex. " Sam melihat Alex yang mengelus pelan kepala kucing kecil itu. " Mungkin dia tidak sejahat yang kukira. " Pikir Sam ingin keluar dari kamarnya juga untuk melihat kucing kecil kesayangannya itu. Mekky adalah kucing liar yang sering datang ke panti  asuhan ini. Karena di panti asuhan mereka ada tiga orang anak yang alergi bulu kucing, Mekky tidak boleh dipelihara hanya selalu diberi makan saat kucing itu datang.

Pekikan kecil terdengar saat Sam baru saja menggapai pintu kamar. Sam kembali ke jendela. Sam menutup mulutnya hanya berdiri mematung. " Kenapa dia? " Isak Sam pelan, dia bahkan tidak berani bersuara karena takut. Kucing itu dicekik erat oleh Alex setelah anak itu menghantam keras kaki-kaki kecil Mekky dengan bata yang terletak disana. Biasanya batu bata itu digunakan oleh anak-anak untuk bermain masak-masakkan. Tapi sekarang malah digunakan anak itu untuk membunuh Mekky. Setelah itu Alex melempar tubuh Mekky ke got yang terletak di depan taman tanpa perasaan bersalah. Saat Alex berbalik, dengan cepat Sam bersembunyi dibawah jendela sambil menangis tertahan hingga dia tertidur.

" Sam . " Ibu Rita membangunkan Sam yang tertidur di lantai tepat di bawah jendela. " Kenapa kamu tidur disini. " Ibu Rita menggendong tubuh Sam untuk dibawa keluar kamar.

" Nyonya, Tuan Chandra, ini anak kami yang bernama Sam. " Sam masih mengerjapkan matanya berkali-kali mencoba mencerna keadaan karena dia baru bangun tidur.

" Jika dilihat dari umurnya berarti Sam akan menjadi adiknya Alex ya. " Kata Tuan Chandra dengan tersenyum ingin mengambil Sam dari pelukan Ibu Rita. Mendengar kata Alex, Sam langsung menggeleng keras dan memeluk erat leher ibu Rita dengan takut.

" Kenapa sayang? " Tanya Ibu Rita khawatir sambil mengusap pelan punggung Sam.

" Kami akan menjadikanmu keluarga kita, karena kakakmu Alex sangat menginginkanmu menjadi adiknya. " Ujar Nyonya Chandra lembut.

Tapi Sam malah menangis keras, " Tidak!! Aku tidak mau!! Dia membunuh Mekky. " Teriak Sam menunjuk Alex sambil menangis. " Dia membuangnya di got setelah mencekik dan memukul kaki Mekky. "

Nyonya Chandra melebarkan matanya marah, menatap Alex tidak percaya. Entah dia sudah tahu sifat putranya atau baru tahu. Yang diingat Sam saat itu keluarga Chandra segera pulang tanpa ada kata-kata lagi selain tatapan tajam oleh Alex kepadanya.

Kiss To The MoneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang