52 ( REVISI )

16.9K 431 5
                                    

Ketika pintu lift baru saja terbuka, Sam seperti melihat siluet seseorang serba hitam hanya saja matanya yang sekilas melihat Sam itu seperti mata Alex. " Tidak mungkin. " Lirih Sam pelan.

" Kenapa Sam? Apa yang tidak mungkin? " Tanya Arin bingung ikut melihat kearah yang dilihat Sam.

Sam langsung menutup mata Arin, " Enggak ada kok, hanya penggemarmu sepertinya. Arin mana maskermu? Bagaimana jika ada yang mengenalimu?" Sam mendorong tubuh Arin kembali ke lift. " Ayo ambil masker dan kacamatamu dulu. Aku ambilkan makananmu dulu. " Sam langsung menekan tombol lift tanpa memberi kesempatan Arin untuk berbicara. Setelah pintu lift terbuka, Sam langsung berlari ke tempat pria misterius tadi berdiri.

Sam sudah berdiri diluar dan melihat sekelilingnya tapi tidak menemukan apapun. " Mencariku heeh, Sam Benedict? " Suara seseorang yang sangat familiar bagi Sam agak terkekeh. Tubuh Sam menegang, dia membalikkan tubuhnya cepat.

" Kenapa kau bisa lolos ? " Tanya Sam serius.

Alex menggeleng sambil tertawa pelan, " Entahlah.. menurutmu bagaimana aku bisa sampai kesini? " Bisik Alex tertawa. " Kau kira dengan memasukkanku ke sel bisa menghambat langkahku untuk kabur? Lagipula menurut laporan, aku sudah mati. Aku bukan lagi Alex. Hahahaha.. " Alex tertawa puas.

" Kau mengubah indentitasmu?? " Tanya Sam lagi tapi Alex lagi-lagi tertawa.

" Kau tahu sifatku, aku akan mendapatkan apa yang kuinginkan. Dan hanya satu yang belum kumiliki yaitu Arin. " Alex menunjuk-nunjuk dada Sam. " Jadi sebaiknya kali ini lindungi dengan benar cintamu dan orang terdekatmu atau tidak.. boom!! Mereka bisa hilang. " Kekeh Alex di telinga Sam.

Sam menggertakkan giginya setelah Alex sedikit menjauh dari wajahnya, Sam langsung menarik kerah jaket Alex dan meninjunya keras.

" Sialan!!! Beraninya loe!!! " Alex ingin membalas tapi dua orang satpam dan beberapa orang mulai memperhatikannya jadi mau tidak mau akhirnya Alex pergi melarikan diri.

Sam mengepalkan tangannya erat sibuk dengan pikirannya bahkan dia tidak menghiraukan pertanyaan kekhawatiran dari dua orang satpam yang menghampirinya, " Aku tidak tahu kenapa kau bisa hidup Alex tapi apapun usahamu, itu akan kubuat gagal. " ucap Sam pelan lalu meninju dinding hingga buku-buku tangannya mengeluarkan cairan kental yang dinamakan darah.

" Astaga, anda berdarah. Sebaiknya segera ke bagian perawatan. Hotel kami menyediakan ruang kesehatan. Saat ini saya hanya punya tisu. " Salah seorang satpam memberikan sebungkus tisu.

Sam menggeleng, " Tidak perlu ini cukup bagi saya. Terimakasih. " Sam sedikit membungkuk sebelum berjalan kembali ke restoran hotel. Dari luar Sam dapat melihat wajah kesal Arin yang sudah mengambil makanan dua piring.

" Kali ini aku akan melindungimu dengan benar, Arin. " Kata Sam pelan menatap Arin sambil tersenyum lalu berjalan mendekat kearah Arin.

" Kamu darimana saja sih, Sam? " Gerutu Arin yang kesal karena kesulitan mencari Sam dimana-mana.

" Maaf ya, tadi aku ada urusan sebentar. " Sam mengusap rambut Arin tapi langsung ditepis kasar oleh Arin.

" Apa karena kita di Indonesia sekarang, kau malah bertemu dengan mantan-mantanmu? " Arin memicingkan matanya sambil mengerucutkan bibirnya.

Sam tertawa kecil, " Apa sekarang kamu cemburu ? " Tanya Sam tersenyum.

Arin menggeleng cepat, " Siapa juga yang cemburu. Lagipula dirimu yang membuat perasaanku campur aduk daritadi. " Kata Arin dengan nada marah yang dibuat.

" Campur aduk? Aah..apa karena ciuman kita tadi. " Arin langsung menutup mulut Sam. " Kenapa kau malah dengan santainya mengucapakan kejadian itu sih? Kita ditempat umum, loh. "

" Jadi apa kamu ingin melakukannya juga disini? " Tanya Sam tersenyum kecil.

Arin melebarkan matanya, " Kamu gila. " Arin mendekapkan kedua tangannya di dada.

" Ngambek? " Arin memalingkan wajahnya dari Sam. " Aku cuma bercanda, aku bahkan tidak bertemu mantan diluar. Tadi rasanya aku melihat seseorang mirip Alex. " Sam menyeruput kopi panasnya.

" Alex??? Bukankah dia dipenjara seumur hidup? " Tanya Arin panik.

Sam menatap Arin lama, lalu tersenyum. " Ternyata aku salah orang, bahkan sampai kejar orang tersebut tapi ternyata bukan Alex. " Bohong Sam.

Arin menghela nafas lega, " Syukurlah. Aku sangat takut bahkan mendengar namanya. " Arin menyuap besar nasi kuning. " Enak sekali...sudah lama rasanya tidak makan ini. "

Sam tersenyum kecil, " Sepertinya belum saatnya kamu tahu dia ada disekitar sini. " Bathin Sam ikut makan sarapannya.


Di sebuah ruangan yang gelap dan lembab, suara teriakan seorang gadis menggema, berharap setidaknya ada seseorang di luar sana yang mendengar teriakannya.

BRAKKKK!!!

Gadis itu langsung diam seribu bahasa, tubuhnya bergetar ketakutan saat melihat siapa yang berdiri di ambang pintu, dia pun tambah ketakutan saat orang itu mendekat padanya bahkan pria itu menggendong seorang gadis yang sudah pingsan tidak berdaya dengan banyak bekas luka.

Gadis yang tadi berteriak keras tadi sekarang meringkuk ketakutan, saat pria itu berdiri di depan selnya.

" Berapa kali kukatakan, takkan ada yang mendengarmu berteriak di ruangan ini!!! Disini kedap suara, jadi tidak perlu kau berteriak seperti itu, sayang. Simpan saja suaramu untukku nanti saat di ranjang, hahahhaa!! " kata Alex dengan suara tawa menggelegar.

" Aku bersumpah, kau akan menderita selamanya!! " teriak gadis itu.

BRAAKKK

Pria itu menendang sel gadis itu dengan keras. " Apa hakmu haah?? Sampai kau merasa berhak berteriak seperti itu padaku!!! " teriak Alex memasukkan gadis yang digendongnya di sel yang lainnya, setelah itu dia kembali pada sel sang gadis pertama.

Alex masuk ke sel gadis itu, melihat pintu terbuka ia ingin kabur tapi langsung ditahan oleh Alex dan pintu kembali dikunci oleh Alex, " Karena kau sudah berani membentakku, maka.." Alex melepaskan satu persatu kancing bajunya. " Ini akan jadi malam terakhirmu bersuara indah. " lanjut Alex lalu mencium ganas sang gadis yang terus meronta dan menangis.

Sedangkan di sel tempat gadis kedua di kurung, gadis itu terbangun tidak berapa lama setelah sang pria menahannya di sel ini. Ia ingin berteriak namun diurungkannya karena mendengar suara tangis dan erangan kesakitan seorang gadis yang berasal dari sel disebelahnya. Gadis itu berusaha menutup rapat mulutnya dengan kedua tangan menahan tangisan ketakutan dan ia pun memandang sekelilingnya. Ada sebuah pigura foto besar diisi dengan foto seorang gadis cantik yang sangat dikenali dunia saat ini,

" Bukannya itu Miss Cherry? " bathin gadis itu. " Apa mungkin sasaran utamanya Miss Cherry? " pikirnya.

Dan ketika gadis itu meneliti lebih dalam ada sebuah foto lama yang sepertinya 8 atau 7 tahun yang lalu, disana terpotret 3 orang yang tersenyum bahagia. Di kiri kanannya ada dua orang pria dengan satu orang gadis di tengah.

" Aku ingat gadis ditengah itu bukannya pernah diperkenalkan sebagai kakak Miss Cherry dan pria di kanan adalah CEO terkenal itu ,Sam Benedict dan di kiri itu dia brengsek yang menculikku. " Gadis itu mulai berpikir. " Tapi kenapa wajah CEO itu dilingkari oleh tinta merah, tidak itu seperti darah?" Lirih gadis itu pelan.

" Akhhhh..sa..kittt. " suara erangan menggema dari sel di sebelahnya membuat gadis tadi berhenti untuk penasaranbdan kembali pada rasa takutnya,

Gadis itu berjalan pelan ke pintu selnya tapi ternyata itu terkunci, " Eomma..aku ingin pulang. " kata gadis itu pelan lalu menangis.




Kiss To The MoneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang