3 (Revisi)

63.7K 1.5K 4
                                    


Di depan gang sudah terparkir sebuah mobil sport silver, Sam langsung tersenyum dan membukakan pintu untuk Arin. Sam memperhatikan Arin dengan tatapan yang tidak dapat diartikan, merasa diperhatikan, Arin pun segera masuk ke mobil untuk menghilangkan perasaan canggungnya
Sam menutup pintu Arin lalu beralih ke kursi kemudi melajukan mobilnya. Hanya keheningan yang tercipta di dalam mobil. Mereka berdua sibuk dengan pemikirannya masing-masing. Sesampainya di mansion milik Sam yang megah bagaikan istana, Arin tanpa sadar melongo sambil melihat sekeliling bahkan para pelayan langsung hormat saat Sam lewat di depan mereka.

" Apa orangtuamu tidak ada?" tanya Arin ragu mengikuti langkah Sam.

" Mereka tidak ada disini sudah lama aku tidak berkumpul dengan mereka," jawab Sam sedikit sedih tapi segera pria itu tutupi dengan senyum sinis. " Bagaimana jika kita langsung saja ke inti dari semua ini," lanjut Sam yang langsung menghilangkan perasaan kasihan Arin pada Sam dalam sekejap.

" Mau bagaimanapun dia tetap brengsek. " bathin Arin memutar matanya malas mengikuti Sam dari belakang hingga akhirnya mereka berhenti tepat setelah memasuki salah satu dari banyaknya kamar di mansion ini. Hal terakhir yang diingatnya Sam meminum sesuatu dan langsung menciumnya, Arin sempat memberontak sampai akhirnya kesadarannya menghilang.

🩷

Matahari mulai menyingsing, menyinari wajah Arin seakan berniat membangunkan gadis itu dari tidur lelapnya. Arin membuka perlahan matanya namun kepalanya terasa sangat sakit. Arin melihat Sam berdiri di samping tempat tidur.

" Sudah bangun?" tanya Sam sambil memakai jam tangannya, dia sudah tampak rapi dengan tampilannya yang kasual.

Arin melirik sekitarnya dan menatap bajunya yang berserakan di lantai. " Ternyata semuanya yang terjadi kemarin memanglah sebuah kenyataan, sekarang aku benar-benar sudah kehilangan mahkotaku." bathin Arin sedih.

Sam yang menyadari tatapan kosong Arin mengambil sesuatu dari laci meja nakasnya, " Tidak perlu termenung seperti itu, semua yang terjadi tadi malam bukanlah mimpi, itu semua memang terjadi dan tidak kusangka dirimu sangat memuaskanku"

" Lebih baik kamu diam tak perlu lagi panjang lebar mengomentariku." Arin menatap Sam sinis.

Sam tersenyum kecil, " Oke..oke..pokoknya terima kasih untuk yang kemarin dan ini bayaranmu sesuai dengan perjanjian awal kita," Sam meletakkan sebuah cek didepan Arin.

" Cepatlah bersiap sesudah itu sarapan aku akan mengantarmu pulang nanti," lanjut Sam lalu keluar meninggalkan Arin yang masih terpaku di kasur.

Setelah mengenakan kembali pakaiannya, Arin langsung menuruni tangga dengan terburu-buru. Langkahnya terhenti ketika seseorang memanggilnya.

" Non Arin, nggak sarapan dulu? Tuan Sam tadi ngasih perintah ke saya, kalau non harus sarapan dulu baru pergi," kata seorang pelayan yang sepertinya sudah berusia setengah abad.

Arin menggeleng pelan sambil tersenyum, " Nggak usah bi..saya langsung pulang aja," tolak Arin dan hendak berjalan menuju pintu keluar. Tapi suara berat seseorang langsung menghentikannya membuat Arin berdecak malas.

" Bukankah aku telah memberimu perintah untuk sarapan dahulu. " Pelayan yang tadi berdiri di belakang Arin langsung izin pamit kembali kedapur.

" Sam...aku mungkin memang melakukan kesalahan kemarin telah memutuskan menjadi milikmu, tapi kamu tidak berhak memerintahku untuk hal selain yang ada di perjanjian kita,"

" Kamu terlalu cerewet, aku hanya menyuruhmu untuk sarapan dulu," kata Sam mendekati Arin.

" Apa yang akan kamu lakukan?" Tanya Arin curiga pada Sam yang terus mendekatinya, Sam hanya diam lalu segera menggendong Arin ala bridal style.

Kiss To The MoneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang