29 ( REVISI )

24.5K 572 26
                                    

4 bulan sudah berlalu tapi sepertinya Arin masih enggan untuk membuka mata indahnya. Padahal di berita sudah ditayangkan bagaimana keadaan Alex. Karena banyaknya permasalahan kewarganegaraan dan juga kasus Alex sampai saat ini pria itu belum juga dikembalikan ke pengadilan Amerika.

" Lihat wajah pria itu, bahkan dia tidak terlihat seperti orang yang merasa bersalah atas kelakuannya. " Decak Chindy sambil mengupas kulit apel. Tapi tayangan televisi langsung diganti oleh Rangga.

" Sebaiknya kita ngga usah lihat wajah si kriminal itu, malah jadi nggak nafsu makan lagi. " Rangga menyuap besar sisa nasi gorengnya karena sepertinya dia akan membuang nasi itu jika ditunda lagi. Sebab seleranya sudah hilang. Sama-sama

" Rin...kamu harus tahu.. tadi di sekolah super nyebelin, si Kirana udah mau dihajar tu orang, dia jadi sok cantik sejak kamu koma, padahal dulu pun pacaran cuman dibayar sama Sam. " gerutu Olsa pada Arin yang takkan mungkin menjawab perkataannya

Satu jari Arin kembali bergerak, " Kamu selalu merespon ya jika itu berkaitan dengan Sam. " kata Chindy terisak sambil merekam pergerakan jari Arin.

" Tapi aku nggak habis, dia bahkan memblokir kita semua. " Kesal Rangga menandaskan makanannya. " Tunggu, sepertinya aku punya cara lain untuk menghubungi bocah itu. " Rangga menelfon seseorang berulang kali dari ponselnya.

" Kamu nelfon siapa sih, beb?? " Tanya Olsa ingin tahu karena melihat Rangga terus mengeluh akibat telfonnya yang tidak juga dijawab.

" Yo. " Sapa Mahesa yang baru datang bersama dengan Sofia. Olsa menyipitkan matanya curiga. " Sepertinya akhir-akhir ini aku selalu melihat kalian datang bersama. " Olsa semakin menajamkan matanya melihat kedua orang yang mulai gugup itu. " Apa mungkin kalian... "

" Itu tidak mungkin. " Potong Dheo yang juga baru datang. Olsa ingat Rangga menyuruh temannya itu untuk membeli tambahan buah.

Olsa mengalihkan tatapannya pada Dheo yang tampak gusar. " Apa mungkin kau.. " Olsa menunduk Dheo tidak percaya.

" Kaaak!! Kenapa kau tidak angkat telfonku??!! " Teriak Rangga yang membuat Olsa tidak jadi menuntaskan keingintahuannya pada Dheo dan beralih menepuk pundak Rangga karena suaranya yang terlalu keras.

" Ini rumah sakit, adikku yang bodoh. " kata Mahesa menyumpal mulut Rangga dengan tisu.

" Hmmmpp..ini tisu bekas ingus mu..dasar!! " Rangga melempar tisu itu marah.

" Hey..adik manis, aku ini lebih tua, jadi seharusnya kamu lebih menghormati ku. " kata Mahesa tersenyum sangar.

" Nggak ada juga yang bilang Abang masih muda. " Ejek Rangga. " Oh iya, aku baru ingat, pinjam aku email kakak. "

Mahesa mengernyitkan keningnya, " Untuk kirim pesan pada Sam lagi? " Rangga mengangguk cepat, " Haaah.. aku nggak bisa biarin dia berlarut-larut dalam masalah ini sendirian. Setidaknya dia harus tahu bagaimana kondisi Arin agar dia mau keluar dari persembunyiannya. "

Mahesa meminjamkan ponselnya, Rangga dengan cepat mengirim pesan pada Sam.

From : Ryun_ Mhsaptr@gmail.com
To : Sam_Bndt@gmail.com

'Sam..ini tetap gue yang ngirim pesan ke loe.. maaf kali ini gue nggak sok formal lagi. Soalnya ini udah puncak kemarahan gue ke loe. Jangan gini lah Sam. Kalaupun loe merasa bersalah seharusnya loe tanggung jawab, bantu Arin dong biar lebih cepat bangun. Kita nggak mau Arin jadi kesulitan untuk melakukan apapun karena terlalu lama koma. Plis..bantu kita. Ini udah 4 bulan dan Arin masih sama. '

" Oke, aku udah ngirim pesan lagi ke Sam lewat email bang Mahesa. Semoga nggak diblokir lagi. "

" Apa dibalas ? " tanya Olsa ketika mendengar dering dari ponsel Mahesa. Dengan cepat Olsa merebut ponsel Mahesa dari tangan Rangga lalu membacanya bersama Chindy dan Sofia.

" Bisakah kalian mempergunakan ponselku dengan kasih sayang? " Decak Mahesa mengurut pelipisnya ketika melihat ponselnya dipindahkan dari tangan ke tangan dengan sembarangan.

From : Sam_Bndt@gmail.com
To : Ryun_ Mhsaptr@gmail.com

' Gue mohon jangan kirim gue pesan lagi, hidup gue udah baik dan Arin pasti juga tambah baik tanpa gue, jangan hubungi gue lagi. Jika kalian meminta pertanggung jawabanku karena merasa bersalah atas semua ini gue punya cara tersendiri untuk membalasnya. '

Sofia menggelengkan kepalanya perlahan, kecewa, begitu pula semuanya. Jari telunjuk Arin bergerak terus, seakan menandakan ia ingin tahu apa isi pesan yang dikirimkan oleh Sam. Tapi, hanya sebentar setelah itu Arin tiba-tiba kejang.

" Ada apa, Rin???!! " Kata Olsa panik mendekat ke arah Arin. Chindy langsung memencet bel darurat yang terletak diatas ranjang Arin.

Dokter yang bertanggung jawab atas Arin langsung memeriksa kondisi Arin dan meminta semua orang kecuali perawat untuk keluar dari kamar inap. Sofia meremas tangannya erat sambil mengucapkan banyak doa agar adiknya baik-baik saja. " Kenapa bisa jadi begini lagi? " Lirih Sofia.

Namun, ternyata kondisi Arin semakin memburuk, ia kembali dirawat di ruang ICU. Menurut keterangan dokter ini efek dari racun yang diberi oleh Alex kepadanya. Meskipun sudah dilakukan operasi untuk mengurangi kadar racun itu dalam tubuhnya namun tidak bisa menghapus semua racun yang sudah masuk dalam tubuhnya.

Satu jam ditangani didalam ruang ICU, detak jantung Arin kembali normal namun jaringan otak ya belum pulih karena itu ia belum dapat dipindahkan kembali ke ruang inap. Sofia masuk ke ruang ICU dengan mata sembab. Ia banyak menangis saat Arin masih ditangani oleh para dokter. Sofia bahkan belum memberitahukan pada ibu mengenai kondisi Arin karena wanita itu baru saja dipaksa Sofia untuk istirahat di rumah. Bahkan Sofia memakai pakaian steril untuk masuk keruangan Arin dirawat.

" Arin, apa kamu sangat merasakan sakit akibat racun itu? Kakak minta maaf memintamu untuk segera bangun tapi kamu harus bangun Arin. " Lirih Sofia menggenggam tangan Arin. " Jikapun Sam tidak ingin lagi berhubungan denganmu, kamu masih punya kamu semua. " Bathin Sofia, hal itu tidak dapat terucap olehnya karena takut ini akan membuat kondisi Arin memburuk.

" Miss You Honey. " Sofia membelai rambut Arin sambil meneteskan airmata. Sofia pun terkejut karena tangan seseorang yang mengusap lembut air matanya,

" Mahesa..? Bukannya hanya satu orang yang boleh masuk? " Tanya Sofia bingung. " Memang, tapi lihatlah aku memakai pakaian steril yang lengkap bukan? " Sofia melihat Mahesa seksama memang pria itu bahkan mengenakan atribut lebih lengkap. " Lagipula, jika kamu kutinggal sendiri, entah seberapa lama kamu akan menangis, tambah jelek loh. " Kekeh Mahesa yang langsung diberi tatapan tajam oleh Sofia.

Sekarang yang tinggal di kamar Arin hanya Sofia karena yang lainnya sudah pamit pulang. " Sam pasti kembali adikku, jika dia jodohmu kakak yakin dia pasti kembali kesini. " bisik Sofia menggenggam erat tangan Arin.

" Ibu pun yakin begitu. " lanjut ibu yang dari tadi hanya berdiri diluar menatap semaunya. Ibu sudah datang dari setengah jam yang lalu dan mendapati Airn tidak lagi ada disana. Setelah bertanya pada perawat, ibu baru tahu bahwa kondisi Arin memburuk dan dilarikan ke ruang ICU. " Ibu mohon tolong bertahanlah putriku. Jangan biarkan ibu yang melihatmu pergi duluan. " Ibu beralih dari sana, tidak sanggup melihat putrinya berusaha berjuang untuk hidup.

" Aduuh..kenapa kita harus turun lewat tangga darurat sih. " Keluh Rangga yang mulai merasakan kakinya pegal. " Ini baru lantai 5 dari lantai 8 kita turun tadi. "

" Kamu nggak liat, liftnya mati. " Gerutu Mahesa pada adiknya yang masih mengeluh. Namun, langkah mereka berlima terhenti ketika mendengar suara tangisan.

" Jangan bilang itu suara hantu nangis. " Rengek Olsa.
" Nggak mungkin lah, Cha. " Chindy menenangkan Olsa namun ia juga merasakan ketakutan.

" Sepertinya dari lantai atas. " Dheo menaiki tangga kembali diikuti oleh Mahesa. Mau tidak mau yang lainnya terpaksa mengikuti Dheo dan Mahesa.

" Itu Tante Poppy. " Lirih Chindy iba melihat ibu Arin dan Sofia berusaha menahan isakannya.

" Ini nggak bisa dibiarkan. " Rangga kembali turun tangga dengan cepat.

" Heei.. mau kemana. " Teriak Dheo namun dengan suara kecil hampir mirip dengan bisikan. Setelah mereka semua sampai di lantai 1, Rangga langsung bergegas ke mobil Mahesa dan mengambil laptopnya.

" Dheo..sebelum kita pulang.. kita kirim dulu video itu kepada Sam. Mau tidak mau kita harus paksa dia kesini. " kata Rangga yakin.

" Baiklah.." jawab Dheo langsung mengetik mail kembali di laptop Rangga dengan akun Mahesa.

Kiss To The MoneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang