61 ( REVISI )

20.2K 502 11
                                    

Arin melakukan pemotretan dengan baik bersama dengan Sam. Meskipun mereka terlambat satu minggu dari jadwal pemotretan yang seharusnya tapi hasilnya jauh lebih baik. Selama satu Minggu di Indonesia, Arin sudah melihat banyak hal. Dimulai dari kematian Alex, perceraian Rangga dan Olsa lalu pertunangan Dheo. Wanita yang ingin dinikahi oleh Dheo memang cantik tapi Arin tetap merasa wanita itu tidak cocok dengan Dheo. Entah karena ia sahabat Chindy tapi tetap saja ia tidak suka melihat wanita angkuh itu. Sedangkan Rangga tetap di pendiriannya ingin berpisah dengan Olsa. Arin benar-benar tidak mengerti jalan pikir mereka berdua, kemana hilangnya rasa cinta mereka yang menggebu-gebu dulu. Untuk dirinya sendiri, saat ini ingin menikmati masa karirnya dulu. Awalnya Arin juga cemas memikirkan bagaimana caranya berbicara dengan Sam yang sudah ketahuan akan melamarnya. Arin ingin menerima lamaran itu tapi ia juga ingin menolaknya dulu karena belum siap. Untungnya Sam paham hal itu. Dia memang pria terbaik yang pernah Arin temui.

" Arin, astaga lihatlah gaunmu jadi kusut. Jangan duduk seperti ini. " Omel Hyunmin marah lalu memperbaiki tatanan gaun Arin.

" Ini tidak kusut. Lihatlah masih bagus. " Jawab Arin memutarkan badannya.

Hyunmin menepuk keningnya, " Sulit aku berbicara denganmu. Makanya aku tidak ingin menjadi stylist mu. "

Arin terkekeh, Hyunmin berhenti menjadi model. Sebagai gantinya dia bekerja sebagai stylist di perusahaan Sam. Kali ini dia ditunjuk untuk menjadi stylist Arin.

Ponsel Arin bergetar, panggilan masuk dari Olsa. " Halo. "

" Arin... Aku baru dengar dari Chindy, apakah benar, Sam sudah mempunyai tunangan? Namanya Anantasia? "

Arin tertawa keras, " Benar sekali, sebentar aku kirim fotonya pada kalian. " Arin mengirim sebuah foto pada Olsa.

" Apa-apaan ini, apa dia memang Anantasia? " Suara Olsa sedikit menahan tawa.

" Memang benar, dia Anantasia. Cantik, bukan? "

Olsa tertawa keras di ujung sana, " Memang cantik dan mirip sekali denganmu, Arin. Aku rasa Sam memang kesepian selama ini. "

" Bagaimana keadaan ayahmu, Cha? Aku hanya sempat menjenguk paman sekali kemarin. "

" Keadaan ayahku semakin membaik meskipun harus selalu ditemani. Sejak Minggu lalu aku sudah berusaha memasukkan lamaran ke beberapa tempat dan akhirnya diterima bekerja di sebuah perusahaan meskipun hanya resepsionis karena aku hanya lulusan SMA tapi aku akan berusaha membiayai orangtuaku mulai sekarang. "

" Kamu yang sabar ya, Cha. Jika butuh bantuanku, aku pasti akan berusaha membantumu. Jadi jangan malu meminta bantuanku ya. "

Setelah mengatakan itu Arin mematikan teleponnya dan kembali melihat foto Sam yang berfoto bersama dengan anjingnya itu. " Dia memang mirip denganku." Arin menutup mulutnya kaget. Tapi, setelah itu ia tersenyum, " Apa kamu sangat menyukaiku? Hingga mencari peliharaan yang mirip denganku. "

Arin menepuk pipinya, " Kenapa aku jadi malah berpikir ingin segera menikah padahal Sam sudah memberi waktu untukku berpikir. " Arin mengipasi dirinya dengan tangan tapi wajahnya yang memanas tidak kunjung hilang panasnya.

Saat ini dia dan Sam melakukan perekaman terakhir di Hangang. Konsep iklan coklat produksi perusahaan Sam adalah waktu. Jadi mereka merekam tiap kejadian detail yang membuat mereka terhubung.

" Apa kamu tahu betapa bahagianya aku bisa syuting bersama denganmu meski ini hanya iklan. " Bisik Sam saat mereka berjalan sambil bergenggaman untuk perekaman iklan.

" Apa kamu memang penggemarku. " Arin tersenyum kecil.

Sam mengangguk, " Memang benar, bahkan aku penggemar nomor satumu. Apa kamu tidak tahu kamu sangat bersinar saat dilihat dari layar. Bahkan dulu sebelum berada di layar kamu juga bersinar. "

Arin memukul pelan bahu Sam, " Jangan menggodaku. "

" Aku tidak nenggodamu, aku mengatakan yang sebenarnya. " Sam mengusap rambut Arin lembut. " Jadi, jangan terlalu memikirkan para pembencimu. Karena disisimu masih banyak yang menerimamu apa adanya. Meskipun nanti tidak akan ada yang mau menerimamu lagi, aku akan selalu menerimamu. "

Arin tercenung, ia tidak menyangka Sam tahu bahwa Arin gelisah dari tadi pagi karena lagi-lagi dikirimkan hadiah teror berupa boneka kelinci yang dilumuri oleh darah kuda. " Baiklah, aku tidak akan merasa rendah diri lagi. " Arin tersenyum dan tanpa sadar memeluk Sam.

" CUT!!! " Teriak Sutradara memberi jempol pada Arin yang kaget karena memeluk Sam tidak ada dalam script mereka.

" Aku suka ad-libs kalian. Memang benar pasangan yang sesungguhnya pasti berbeda. " Sutradara bertepuk tangan.

Arin menunduk malu, Sam tersenyum dan menggenggam tangan Arin. " Sepertinya aku kembali menerima sedikit cinta darimu. " Kata Sam tersenyum hangat yang dibalas senyuman juga oleh Arin.

" Aku tidak suka melihat wanita ini. " Arin menunjuk wajah Phani, istri Dheo.

" Aku juga tidak menyukainya tapi Dheo menyukai wanita itu padahal aku kira dia menyukai Chindy. Tapi tahukah kamu, Arin, sebenarnya dia bahkan tidak tahu apa itu cinta. " Kata Sam menyalakan mobilnya.

" Lalu, kenapa kamu tidak menasehati Dheo. Dia bisa kehilangan arah jika begini. " Arin menatap foto pernikahan Dheo kecewa.

Sam meraih tangan Arin dengan tangannya yang bebas, " Arin, kita tidak bisa memaksa perasaan seseorang. Meskipun, kita bisa melihat bagaimana perasaannya kita tidak tahu apa yang membuat mereka menekan perasaan itu. Jika mereka berdua memang berjodoh pasti mereka akan disatukan lagi. Ambil saja contoh Rangga dan Olsa, kamu lihat sendiri bagaimana besarnya cinta mereka berdua dulu, bahkan baik Rangga dan Olsa menolak jodoh yang telah disiapkan orangtua mereka dan bersikeras ingin menikah hingga akhirnya memilih menikah cepat untuk mencapai kebahagiaan mereka tapi Tuhan lebih tahu jalannya sendiri dibandingkan kita. "

Arin membalas genggaman Sam, " Kamu benar, aku harap kedua sahabatku juga segera mencapai kebahagiaan mereka dan dipertemukan dengan orang yang baik seperti aku bertemu denganmu. " .

" Aku bukan orang yang baik, Arin. Aku bahkan memberi perintah untuk membunuh manusia
. " Sam tersenyum sedih pada Arin.

" Kamu orang yang baik. Hanya saja kamu orang baik yang diselimuti kemurkaan karena baikmu selalu dianggap remeh. Jika kamu berpikir membunuh Alex setidaknya itu artinya kamu menyelamatkan lebih banyak jiwa yang seharusnya menjadi targetnya. Juga menyelamatkan jiwa Alex yang tersiksa karena gangguan mentalnya. " Arin mengusap wajah samping Sam.

Sam menatap mata Arin lekat dengan cepat San segera menepikan mobilnya. " Kenapa kamu berhenti, Sam? " Tanya Arin tapi langsung dicium singkat oleh Sam.

" Karena aku tidak bisa menahan ini. " Sam kembali mencium Arin dengan lembut. Arin memejamkan matanya dan membalas tiap ciuman Sam.

" Ekheeemm. " Suara seseorang langsung memisahkan Arin dan Sam yang sedang fokus satu sama lain. " Apa kalian aku ikut naik mobil ini tadi. " Emily tersenyum canggung, disampingnya ada Flint yang berusaha melihat ke arah yang lain.

Arin menutup wajahnya, " Aku lupa kalian ada di mobil. "

" Kenapa aku harus malu, seharusnya anak kecil sepertimu yang keluar. " Sam memeluk tubuh Arin sambil menatap angkuh Emily.

" Haaah?? " Arin berdecak tidak percaya, " Usiaku sudah 21 tahun ini. Jadi jangan anggap aku anak kecil lagi. Dan berhentilah bermesraan. Aku ingin segera sampai rumah. " Keluh Emily lelah melihat kemesraan Arin dan Sam. Kakaknya itu jelas sekali memanasi Emily. Tapi dibalik tampang sebalnya, Emily senang, kakaknya kembali menemukan kebahagiaannya.

Kiss To The MoneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang