23 ( REVISI )

23.4K 645 8
                                    

Dua buah Ambulans terus melaju kencang,di belakang ambulans tersebut juga berderet beberapa mobil polisi.

Jakarta Hospital,

" Cepat, bawa kedua korban ke ruang operasi 1 dan 2!!" teriak dokter yang sudah menunggu di teras rumah sakit. Bagaimana tidak, dua korban ini adalah satu-satunya yang berpeluang dapat diselamatkan dari banyaknya kasus pembunuhan berantai yang dilakukan oleh satu orang psikopat itu. Para perawat terus mendorong dengan cepat kasur pasien ke arah ruang operasi.

Ruang Operasi 1

" Luka yang ada pada pria ini sangat dalam,aku tak bisa membayangkan dia bisa tetap sadar sampai ke rumah sakit. " pikir Dr.Ken yang sedang menjahit luka di perut Sam.

Sedangkan,

Ruang Operasi 2

" Dokter...tekanan darahnya menurun. " kata dokter Anestesi sambil memeriksa monitor.

" Terjadi pendarahan mendadak pada otaknya,"kata Dr. Adit pelan melihat pembedahan di kepala Arin.

" Pembuluh darah otaknya pecah karena tekanan dok, kita harus cepat menyelesaikan operasi ini. " kata Dr. Gun yang kali menjadi dokter pembantu operasi Dr. Adit.

" Sedot darah nya cepat!!!" Dr. Adit terus berusaha mencari pembuluh darah yang pecah agar bisa segera dijahit.

" Darahnya sudah mulai mengering,berikan pengairan sedikit. " perintah Dr. Gun menatap Dr. Adit yang tampak serius mencari bagian yang pecah.

Perawat pun segera memberi sedikit pengairan. " Akhirnya aku menemukan pembuluh nya, berikan aku penjahit. " Dr. Adit segera menyelesaikan tugasnya. Operasi harus berjalan kurang dari dua jam, ini operasi yang cukup sulit dan rumit. Salah sedikit pada saraf otak pasien akan berakibat fatal.

Di luar ruang tunggu,semuanya sudah menunggu termasuk ibu Arin yang menanti cemas.

Dr.Adit keluar dari ruang operasi, ibu Arin langsung menghampirinya dengan wajah khawatir, " Apa anak saya baik-baik saja,dok? "tanya ibu sedih, matanya sembab, bekas air mata jelas terlihat dari wajahnya.

" Bagaimana keadaan Sam dok?? Dimana dokter yang satunya lagi? " tanya Rangga tak kesabaran.

" Rangga...sabar dulu. " kata Olsa menenangkan Rangga. Dheo yang berdiri di samping Rangga juga memasang wajah khawatir.

" Soal Sam Benedict.. Dr.Ken pergi buru karena ada urusan mendadak jadi dia keluar lewat jalur khusus dokter, tentu saja dia memberitahu pada saya bagaimana keadaan pasien yang dioperasinya. " Dr. Adit menepuk bahu Rangga pelan. " Tenang saja, operasinya berjalan lancar, kondisinya baik- baik saja hanya tinggal menunggu dia sadar saja sekarang. " Rangga dan Dheo menghembuskan nafas lega. Sekarang mereka hanya perlu memikirkan keadaan Arin.

" Tapi.. masalahnya ada pada pasien Ariniya Fresnel.." kata Dr. Adit agak cemas.

" Ada apa dengan anak saya dok? " tanya ibu gelisah, Sofia pun langsung mengusap punggung ibunya, ia juga khawatir saat ini tapi ia harus tetap tenang agar ibu tidak terlalu stress.

" Apa saya bisa berbicara dengan keluarga Arin saja di ruangan saya. " pinta Dr.Adit. Sofia mengangguk dan membimbing ibu agar mengikuti langkah Dr. Adit.

" Ini adalah grafik ronsen bagian otak Arin. " Dr.Adit menunjukkan sebuah gambar di layar.

" Bagian putih yang mengelilingi otaknya ini adalah darah artinya Arin mengalami pendarahan di otaknya dan itu bahkan hampir memenuhi seluruh bagian kepalanya. " Jelas Dr. Adit.

Ibu hanya terdiam, Sofia mengernyitkan keningnya, " Tapi, bukankah adik saya jatuh di sekitar semak-semak Dok? Tidak mungkin pendarahannya separah ini. " Seingat Sofia sebelum ia pingsan melihat Arin pingsan, ia melihat posisi Arin tidak langsung menghantam tanah, tapi di rerumputan dan semak-semak.

Kiss To The MoneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang