Arin mengipasi wajahnya yang memerah, " Kenapa hari sepanas ini. " Arin berjalan mondar-mandir, berharap panasnya menguap.
" Eonni, aku sudah beli payung, ayo kita pulang, hari akan hujan. " Sohee mengembangkan payung. " Tapi, kenapa Eonni berkeringat banyak di cuaca berangin kencang begini. "
Arin menggeleng pelan, " Aku juga bingung kenapa aku berkeringat padahal ranting itu saja terbawa angin. " Arin menunjuk ranting kecil yang terbang.
" Astaga, ini sebabnya kita wajib menonton berita cuaca. " Decak Sohee menarik tubuh Arin agar mendekat ke payung besar hitam yang sudah dibelinya. " Ayo eonni kita harus cepat. " Arin mengangguk dan mengikuti langkah Sohee, pikiran tentang Sam membuatnya terombang ambing kembali. Padahal selama ini bahkan Sam tidak pernah mencarinya jadi Arin harus berusaha melupakannya juga. Bahkan setelah Alex dipastikan dihukum seumur hidup di penjara, Sam tidak kunjung datang pada Arin, tidak ada gunanya lagi jika Sam datang kali ini, karena Arin sudah berhenti berharap pada Sam satu tahun yang lalu. " Benar, jangan sampai goyah lagi, Arin. " Bathin Arin tapi ia kembali berdecak marah karena melihat spanduk bergambar wajah Sam yang terpajang di depan pagar taman.
" Sepertinya CEO itu yang mengatur bunga-bunga di taman ini. Pantas saja sangat indah tahun ini. " Puji Sohee tersenyum.
" Anii ...sama sekali tidak indah. " Sohee memicingkan matanya curiga, " Eonni kenal dengan dia bukan? "
Arin menggeleng cepat, " Siapa juga yang kenal dengan dia hanya saja tampangnya seperti bajingan. Ya karena itu taman indah ini tidak sesuai dengan wajahnya. " Sohee melihat wajah Sam yang kembali terpajang di layar besar, " Tapi kelihatannya seperti pria baik. "
Arin berdeham lalu mengalihkan pandanganya ke depan. " Sebaiknya kita cepat berjalan cepat, hujannya semakin lebat. " Arin berlari cepat, Sohee yang terdiam langsung berlari mengejar Arin karena hujan membasahi tubuhnya.
" Eonniii !!! Gidaryeeoo.. "
" Kenapa kamu basah? " Tanya Jisung membukakan pintu dengan bingung.
" Tanyakan pada Arin Eonni. " Dengus Sohee marah. " Apa kamu marah? Sohee-aa.. mianhaee.. " teriak Arin tersenyum lebar. Sohee menunjukkan jarinya yang membentuk tanda Okay sebelum masuk ke kamar mandi untuk mengganti pakaiannya.
" Noona, kakimu tergores. " Tunjuk Jisung pada kaki Arin yang terluka sedikit karena bergesekan dengan aspal saat berlari tadi.
" Gwenchana, hanya tergores sedikit, tidak sakit juga. " Arin merebahkan tubuhnya ke sofa sambil mengeringkan rambutnya yang basah sedikit.
" Sebaiknya Noona pergi mandi, tidak baik membiarkan tubuh dingin. Aku pergi dulu, Soli sudah menungguku diluar. " Jisung melambaikan tangannya ketika melihat mobil Soli, pacarnya sudah berhenti di parkiran depan. " Oh ya, Noona. Barang yang di dus putih jangan dibuka. Itu semua barang yang buruk. "
" Arasseo, gomawo Jisung-aa.. " Arin balas melambaikan tangannya. " Aku lupa menghubungi kak Sofia. " Arin menepuk jidatnya segera berlari ke kamar dan menghidupkan laptopnya.
" Heeii!!! Kenapa lama sekali menghubungi kami!! " Olsa yang menjawab panggilan Arin dengan wajah yang dibuat sekesal mungkin.
Arin terkekeh, " Maaf, Cha.. tapi wajahmu sangat lucu pura-pura marah begitu. " Arin tertawa keras.
Olsa menggembungkan pipinya, " Bagaimana rumah barumu?" Tanya Olsa dibelakangnya berdiri ibu.
" Iya benar nak, apa rumah barumu baik? Bagaimana dengan penguntit yang waktu itu? " Tanya ibu khawatir.
" Tidak perlu khawatir ibu, saat ini aku tinggal di sebuah apartement yang sudah dibeli oleh perusahaan dan juga aku minta ditemani oleh Sohee untuk tinggal disini. "
" Syukurlah. " Ujar Sofia menghela nafas lega. " Ucapakan terimakasih kami pada Sohee ya, dia banyak membantumu disana. " Arin mengangguk paham.
" Dimana Chindy, Cha? " Tanya Arin pada Olsa yang sedikit berwajah murung.
" Chindy ada dirumahnya mungkin, aku ingin menghiburnya tapi keadaanku juga begini. Gadis itu masih saja menyukai Dheo tapi Dheo akan menikah akhir bulan ini. " Jelas Olsa.
Arin terperanjat, " Dheo menikah?!! Dengan siapa? Aku tidak pernah mendengar tentangnya dari kalian. "
Olsa memijat pelipisnya, " Memang tidak pernah, karena kami sibuk dengan menceritakan hari kami atau menanyakan tentang dirimu, dia akan menikah dengan Tania, teman masa kuliahnya hanya saja mereka baru berpacaran setahun ini dan akhirnya memutuskan untuk menikah. Tapi, aku kurang menyukai Tania, gadis itu senang mempermainkan banyak pria saat kuliah tapi kuharap ia serius dengan Dheo karena berani mengambil jalan serius yaitu pernikahan. "
Arin mengangguk paham dan akhirnya ia tersenyum melihat layar laptop, " Ndy!!!! Akhirnya kamu datang. " Sapa Arin ketika melihat Chindy yang lewat dibelakang Olsa.
" Annyeong Chingu.. " sapa Chindy tersenyum senang. " Bagaimana harimu disana? "
Arin menggeleng, " Itu tidak penting, berita tentangku bisa kalian lihat dengan mudah di berita tapi hal tentang kalian semua sulit untuk kudapatkan. Bagaimana perasaanmu, Ndi? Dan kenapa Olsa murung daritadi? Meskipun ia berusaha tersenyum aku tahu ia sedang banyak pikiran. "
Chindy menghela nafas pelan, air matanya berjatuhan, " Cintaku nggak kesampaian, Rin!!! Dheo akan menikah, pupus sudah harapanku. Lalu Olsa, ia akan bercerai. " Sekarang giliran Olsa yang menangis keras, Sofia yang duduk di samping mereka berdua terpaksa menghibur mereka agar berhenti menangis tapi tetap saja mereka menangis.
" Kenapa kamu bercerai, Cha?? Rangga selingkuh? " Tanya Arin bingung, ia ingin memeluk sahabatnya namun tidak bisa.
Olsa menggeleng, " Dia tidak selingkuh, Rin hikss.. " Olsa sesenggukan tapi ia mencoba untuk berbicara, " Kamu tahu bukan, aku sudah menikah dengan Rangga dari kami lulus SMA, aku bahkan tidak kuliah karena ibu Rangga menginginkan menantu yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga, aku merelakan mimpi dan menghiraukan larangan orangtuaku karena aku begitu menyukai suamiku. Rangga pun juga kuliah sambil bekerja, awalnya semuanya baik-baik saja namun semenjak Rangga lulus kuliah dan dia mulai bekerja sebagai manajer engineering, Rangga mulai berubah. Dia melihatku sebagai orang rendahan bahkan dia menyetujui permintaan ibunya untuk mencari istri baru karena aku tidak kunjung hamil. Entah kenapa manusia bisa berubah sejauh itu. Aku bahkan tidak bisa melihat Rangga yang kukenal lagi. " Olsa menutup wajahnya. Sofia yang baru pertama kali mendengar kisah Olsa memeluknya begitu juga Chindy yang merasa bersalah sudah menangis duluan padahal masalahnya tidak serumit masalah Olsa.
Arin menatap prihatin Olsa yang kini menangis, bahkan tangannya kini terlihat sangat kering, bajunya lusuh dan juga wajahnya yang tidak lagi memancarkan kehangatan seperti dulu. Banyak hal yang sudah dilewatkan oleh Arin. Wallpaper ponsel nya masih foto momen mereka berenam saat SMA dulu. " Sekarang semuanya tidak akan pernah kembali lagi seperti waktu itu. " Bathin Arin mengusap foto di layar ponselnya. Arin beralih menatap Olsa, Sofia, Chindy dan juga ibu yang menangis, ia mengusap laptopnya, " Maaf aku tidak ada disana. Tapi tenang saja, aku akan membantu kalian dari sini. " Arin mengirim pesan pada pengacara kenalannya meminta bantuan agar menolong persidangan Olsa nantinya. Arin menghela nafas, berbicara pelan, " Aku bahkan tidak bisa mengatakan bahwa aku bertemu Sam hari ini. " Arin mematikan sambungan panggilannya karena merasa iba terus melihat orang tersayangnya menangis namun ia tidak bisa memeluk mereka.
" Eoniii!!! Akhirnya aku ingat!! CEO tadi yang kita temui orang yang Eonni perlihatkan fotonya saat mabuk sebulan yang lalu, bukan? " Sohee merebahkan tubuhnya di kasur Arin. " Sam, cinta pertama Eonni.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kiss To The Money
RomanceTidak ada yang tahu bagaimana nasib akhir dari seorang mantan model dan siswi tercantik, Ariniya Fresnel. Arin harus berhadapan dengan seorang badboy, Sam Benedict, agar ia bisa membiayai pengobatan ibunya. Dengan satu syarat yaitu Arin harus menjad...