14 ( REVISI )

31.1K 796 9
                                    

" Jadi..semua orang mengira Sam dalang kematian ini? " Arin menggigit bibirnya kesal.

Sofia mengganguk, " Mereka berprasangka Sam membunuh orang tua Alex dengan motif sakit hati. "

" Kukira Sam sangat pintar tapi kenapa dia bodoh sekali. Kenapa dia seperti menerima dengan pasrah semua hukuman yang diberikan padanya. " Arin memukul meja kesal hingga semua pengunjung memandanginya. Sofia berdiri menundukkan kepalanya dengan tatapan bersalah telah membuat keributan. Sementara Arin yang tidak sadar dengan kondisi sekitarnya masih memasang raut wajah kesal, " Lalu,apa yang terjadi pada Sam? " tanya Arin semakin bingung.

" Setelah mayat orang tua Alex di otopsi, terbukti tidak ditemukan sidik jari Sam sama sekali dan yang anehnya adalah dilihat dari luka yang ada pada tubuh orang tua Alex memang luka yang disebabkan karena pembunuhan tapi tidak ditemukan sidik jari sang pembunuh yang ada hanya sidik jari korban, hal ini membuat media massa yakin ini adalah aksi bunuh diri, tapi aku tidak yakin. "

Arin mengangguk, " Pasti begitu, jika lukanya memang dideteksi pembunuhan bagaimana bisa hanya ada sidik jari korban?? Tidak mungkin seseorang yang ingin bunuh diri ingin memperlambat proses kematiannya. "

" Benar, ada yang janggal dengan kematian itu apalagi ketika aku bertemu dengan orang tua Alex, mereka seakan takut pada anaknya, itu salah satu faktor aku merasa curiga dengan kematian orang tua Alex. "

Arin tercengang, " Bahkan orang tuanya juga takut pada Alex? Seberapa menakutkannya pria itu? " Arin bergidik memeluk dirinya. " Tapi, itu kan baru prasangka kita saja, mana tau Alex memang tidak bersalah.. " Arin berusaha tersenyum dan berpikir positif meskipun di kepalanya banyak pemikiran terburuk yang akan datang.

TING!!!!

Sebuah pesan masuk membuyarkan lamunan Sofia dan Arin. " Dari Alex? " Gumam Arin pelan, ia pun segera membaca isi pesannya.

From : Alex

' Arin..kamu sepulang sekolah tadi kemana? Aku sulit menemukanmu, apakah kamu sekarang sedang berada di suatu tempat? Perlu aku antar? Apalagi ini hampir menjelang malam. '

Arin mengernyitkan dahi bingung, pesan ini tampak aneh meskipun ini hanya pesan yang biasa dikirimkan oleh seorang pacar tapi Arin tidak merasa begitu ketika membaca pesan ini. Sebuah pesan dari Alex masuk lagi.

' Oh ya,minggu depan kencan yaa! Tidak kita harus pergi kencan. '

Pesan kedua bahkan lebih aneh, bagaimana bisa ia mengajak kencan dengan memaksa begini padahal dia saja belum tahu dimana pacarnya berada. Tapi, Arin tetap membalas pesan Alex karena orang sakit seperti Alex mungkin akan melakukan hal berbahaya jika kita membuatnya kesal.

To : Alex.

' Maaf..tadi aku ada urusan mendadak tadi, tidak perlu menjemputku kok.. '

"Dari siapa?"tanya Sofia.

" Alex, dia terlihat aneh, apa ini efek setelah aku mendengar ceritamu atau aku yang selama ini tidak menyadari dia seaneh ini. " jawab Arin sambil memasukkan ponselnya kembali ke saku rok.

" Apa dia bertanya kamu sekarang dimana,secara tak langsung? " tanya Sofia lagi kali ini ia mulai ketakutan.

" Euhmm..ya begitu lah. Memangnya kenapa? "

" Itu artinya dia mengikuti kita..dia ada disini. " Sofia melihat sekelilingnya, banyak sudut yang tidak diterangi lampu, mungkin dia ada disana. " Sebaiknya kita langsung pergi dari sini. " Sofia mengambil kunci mobilnya hendak berdiri namun ia terduduk kembali.

" Kenapa Sofia? Bukankah katamu Alex mengawasi kita, ayo kita pergi. " Arin meraih tangan Sofia.

Sofia menggeleng, " Tunggu dulu sebentar, kita tunggu rombongan itu keluar, kita akan ke parkiran bersama dengan mereka. " Sofia menunjuk sekelompok karyawan yang sepertinya ingin pulang. " Tidak akan aman bagi kita jika keluar berdua saja. "  Arin mengangguk paham, sambil sesekali melihat kearah luar restoran. " Jangan terlalu melihat sekeliling Arin, jika dia tahu kita sadar dia mengikuti kita mungkin dia akan masuk kesini dan menarikmu pergi karena dia adalah pacarmu. " Sofia mencoba sibuk memakan makanannya namun pandangannya terus menatap rombongan karyawan tadi.

" Ayo kita pergi sekarang. " Sofia menarik tangan Arin untuk segera berjalan di antara rombongan karyawan tersebut.

Sofia langsung menancap gas begitu mobil berhasil dinyalakannya meski tangannya amat gemetaran. " Jangan melihat kebelakang Arin, cukup beritahu saja jalan ke rumahmu. " Arin mengangguk kecil, ia tidak ingin menambah kekhawatiran Sofia dengan memberitahunya bahwa ia melihat Alex menatap mereka dengan kelam.

" Ternyata,dia pintar sekarang. " Gumam Alex menginjak topi hitamnya sambil menatap mobil Sofia yang terus melaju cepat. Alex tidak bisa mencegat mereka ketika baru saja keluar dari restoran karena banyaknya orang disekitar Sofia dan Arin. Alex dengan cepat mengendarai motornya, setidaknya dia harus cepat mengejar mereka, Sofia tidak boleh sampai masuk ke rumah Arin.

" Rumahku tepat sesudah dua blok perumahan ini. " Arin menunjuk jalan pada Sofia yang daritadi terus memastikan tidak ada yang mengikutinya.

Arin ikut melihat ke belakang tapi tidak ada apapun yang mengikuti mereka, " Apa yang kamu lihat? "

" Aku lebih mengenal psikopat itu, aku sangat yakin dia mengikuti kita. " kata Sofia lalu menghentikan mobilnya tepat di depan rumah Arin. Rumah itu memiliki papan nama. Nama Arin diukir indah di pagar tersebut.

" Apa kamu tak memilki keluarga atau orang yang kamu kenal di Indonesia? " tanya Arin pelan sebelum membuka pintu mobil.

" Sebenarnya aku memang lahir di Indonesia tapi saat umurku 9 tahun aku harus terpisah dari ibu dan adikku karena ulah ayahku yang mengirimku pada bibi di Amerika hanya untuk mendapat uang. " Jelas Sofia menerawang, " Aku belum sempat mencari waktu untuk ke Indonesia selama ini, baru ini pertama kalinya aku kembali kesini tapi bahkan aku tidak lagi mengenali tempat ini, meskipun begitu aku masih ingat wajah ibu yang selalu tersenyum hangat padaku. " Sofia menghela nafas pelan, " Namun, yang paling ku rindukan itu adalah adikku. "

" Kamu sangat dekat dengan adikmu? " Sofia mengangguk pelan. " Sangat dekat, adikku bahkan tidak bisa tidur jika aku tidak tidur juga, ia selalu mengikutiku kemanapun, membantuku selalu, sangat manis. "

" Dia adik yang manis. " Sofia mengangguk setuju dengan pendapat Arin.

" Bukankah kamu masih ingat wajah ibumu kenapa tidak manfaatkan waktu ini untuk mencari keluargamu kembali? " Saran Arin semangat.

"Rencanannya memang seperti itu, sekarang aku sudah sukses, bisa mengatur hidupku sendiri juga, tapi aku harus menyelesaikan masalah yang kubuat dulu, aku harus membantu Sam, bagaimanapun semua masalah hidupnya dimulai karena egoku. " Sofia meremas tangannya gelisah.

Arin memeluk lembut Sofia, " Bagaimana jika.hari ini kamu menginap dulu dirumahku? "

" Apakah boleh? " Sofia menatap Arin dengan binar haru. Arin mengangguk dengan senyuman lebar.

"Boleh saja ayo"jawab Arin membawa Sofia masuk ke rumahnya.

" Terimakasih. "

" Sial!! Kenapa dia harus menginap di rumah Arin sekarang, padahal aku berniat membunuhnya karena telah menceritakan semuanya pada Arin. Apalagi dia tidak boleh masuk kerumah itu, ia tidak boleh bertemu dengan keluarganya. " kata Alex marah berjalan cepat kearah Sofia yang akan membuka pagar rumah Arin karena Arin sudah menunggunya di teras rumah.

" Aku harus membunuhnya sekarang!! " Namun baru saja Alex akan berlari, dia langsung ditendang hingga terlempar ke semak-semak disampingnya.

Kiss To The MoneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang