" Jika kau ingin tahu yang terjadi padanya maka aku akan memberitahumu tapi sebaiknya kau periksa kembali tubuhmu. " kata seorang wanita dingin.
Sam menoleh ke belakang, ibu Arin juga menatap putrinya yang masih terbaring, " Ibu?"
" Ibu akan memberitahu keadaan Arin, tapi sebaiknya kembali dulu kekamarmu, lihat perutmu sedikit berdarah. " Sam mengangguk pelan lalu kembali ke kamarnya.
" Permisi, apa Anda ibu Arin? " Mom bertanya dengan sopan. " Sepertinya Anda menunggu cukup lama, silahkan masuk, putra saya sangat ingin berbicara dengan Anda. " Ibu mengangguk sambil tersenyum lalu masuk ke ruang inap Sam. Sekarang di kamar itu hanya tingga Sam dan ibu.
Angin berhembus pelan dari jendela yang dibiarkan Sam terbuka, dia menutup perlahan matanya merasakan hembusan yang tak mungkin dirasakan nya jika kemungkinan dia meninggal saat itu.
" Awalnya aku sangat marah padamu Sam. " Ibu memulai pembicaraan.
Sam membuka kembali matanya dan menatap ibu dalam. " Aku marah putriku harus terluka karena datang menyelamatkanmu. "
Sam menunduk," Ya wajar saja jika dirimu marah bu, aku pun marah pada diriku sendiri karena tidak dapat menjaga diri sendiri. "
" Tapi, kupikir ulang, membencimu sama saja menyakiti Arin karena ia sendirilah yang membuat keputusan untuk segera menolong mu. " kata Ibu menatap lembut Sam. " Jika aku membenci mu atau marah padamu, itu sama saja aku tak menghargai pengorbanan Arin, dia sangat mencintaimu lagipula ini semua bukan salahmu. "lanjut ibu menepuk bahu Sam pelan.
" Jika aku boleh bertanya apa yang terjadi pada Arin?Kenapa dia belum sadar juga? "tanya Sam pelan.
" Dia...jatuh dari lantai 3 dan kepalanya menghantam berbatuan belum lagi Alex yang selalu memberi minuman dengan biji rosario yang selalu dilarutkan dalam kadar semakin banyak dari hari ke hari. " jawab ibu merenung.
Sam terhenyak mendengar semua ini, seharusnya dia saja yang mati, " Dan yang paling membuat ibu sedih setelah diperiksa di hari pertama ia di ruang ICU, semua sarafnya mati rasa karena pendarahan hebat pada otaknya. " lanjut ibu meneteskan air mata.
" Maafkan aku..ini salahku, aku tak bisa melindunginya. " Sam menutup wajahnya dan menahan tangisannya.
Ibu menggeleng pelan lalu memeluk Sam, " Tidak..ini bukan salahmu nak, Alex lah yang bersalah atas semua ini. Semoga saja Arin tidak melupakan terlalu banyak hal. "
Sam melepaskan pelukan ibu cepat, " Melupakan? Apa maksud ibu? "
" Setelah diperiksa tadi pagi, ternyata kemungkinan Arin 78% akan mengalami amnesia total, bahkan mungkin ia juga akan melupakan ibunya sendiri. " jawab ibu menghela nafas panjang, ia berusaha menahan air matanya untuk jatuh lagi. " Ibu kembali dulu ke kamar Arin ya. " Sam mengangguk pelan, dirinya masih shock dengan penjelasan ibu. Bagaimana bisa Arin terluka lebih banyak dari dirinya. Seharusnya sejak awal dia melindungi Arin bukannya takut Alex akan bertindak lebih jauh. Meskipun dia menuruti semua keinginan Alex pada akhirnya pria itu tetap melukai Arin bahkan dengan Sam yang menuruti keinginan Alex itu malah semakin menambah luka pada diri Arin. Sekarang langit cerah diluar pun tidak lagi terlalu membuat Sam bersyukur dia masih hidup seharusnya ada orang yang lebih pantas hidup dibanding dirinya.
" Hei...Sam..loe udah sadar heehh. " sapa Rangga masuk ke kamar inap Sam.
Dheo pun memeluk Sam erat, " Wah..gue nggak sangka loe pulih dengan cepat. " kata Dheo menepuk keras bahu Sam.
" Akkhh...aisshh jika kalian hanya meribut disini, maaf gue tak terima tamu. " Sam melempar bantalnya.
" Hahaha..maaf teman..ini efek aku merindukanmu sayang, " kata Rangga dengan gaya genit dan manja sambil memonyongkan bibirnya.b
" Aisshh..hentikan gaya loe itu kalau loe nggak mau gue tendang. "
" Hahaha..baiklah.. "Rangga terkekeh lalu duduk di sofa disusul oleh Dheo.
" Gue ingin tanya satu hal, apa yang terjadi pada Alex? Apa dia sudah ditangkap? " tanya Sam.
" Brengsek itu seharusnya sudah diamankan di kantor polisi, tapi karena dia ditembak beberapa kali sepertinya dia diobati dulu di RS yang dekat kantor polisi, mungkin dia akan disidang hukuman mati, namun tetap dia akan dibawa ke pengadilan di Amerika karena bagaimanapun dia masih domisili Amerika apalagi korban yang dibunuh lebih banyak di Amerika, jika kau tahu saja ada lebih 15 mayat di ruang bawah tanahnya itu, bayangkan jika lebih dari 15 mayat itu ditemukan di Amerika. " Rangga bergidik ngeri.
" Awalnya kami kesulitan memanggil polisi, tapi untung saja Olsa dan Chindy sudah berada di kantor polisi sebelum sampai disana. " kata Dheo.
" Tapi, dari mana lo tahu gue ada disana? GPS nya dibuang oleh Alex, bukan? " tanya Sam.
" Kita tau itu dari bang Mahesa, abangnya si Rangga." Dheo menepuk pundak Rangga.
" Asal Lo tahu ..pengorbanan kita demi menyelamatkan loe itu nggak gampang, kami rela bonceng lima pake motor matic lagi..Dheo aja cuma duduk di besi belakang..hahahaha.. "Rangga tertawa keras.
Dheo langsung melotot ke arah Rangga tapi orang yang ditatap hanya cuek bebek. " Ini semua salah loe yang malah beri kunci mobil ke Olsa dan Chindy yang cuma berdua. " Sam ikut tertawa tapi ketika pikirannya mengingat Arin, senyumnya sirna.
" Lalu..kenapa Arin bisa kecelakaan disana? Kenapa kalian membiarkan dia terluka? " tanya Sam.
"Itu..." Dheo dan Rangga pun menceritakan segalanya dari Arin mendapat telfon dari Alex sampai akhirnya Arin yang terjatuh ke bawah.
" Maaf, kita tidak sadar bahwa pria itu menyimpan senjata lain, aku hanya berhasil mengambil pisaunya tanpa tahu ada pistol yang disimpannya. " Rangga tertunduk sedih. Sam juga melihat ternyata kaki Rangga juga diperban.
" Apa dia menembak kakimu? " Tanya Sam berdiri dari duduknya. Rangga mengangguk. Sam semakin bersalah, dia mengenal Rangga dari kecil dan tahu bagaimana pria itu sangat dimanjakan oleh orangtuanya bahkan dia tidak pernah merasakan sakit sejak kecil karena masalah ini sahabatnya ikut terluka.
" Maaf aku malah menyalahkanmu. " Rangga tersenyum, " Nggak papa bro, kita ngerti kok, kalau gue di posisi loe mungkin gue juga merasa begitu. "
" Tapi, loe nggak perlu merasa bersalah, Sam. Ini semua bukan salah loe, " Dheo menepuk pundak Sam memberinya kekuatan. " Kata dokter, ada kemungkinan 60%, Arin dapat pulih jika kita terus berusaha mengajaknya berbicara walau dia sedang koma, ini bahkan lebih dari 50%, Sam. Kita masih punya harapan. " Lanjut Dheo.
Sam hanya terdiam tak berkata apapun, pikirannya berkelana, dia menahan air matanya berlinang lagi. Meskipun dia menangis tidak akan dapat membantu Arin untuk segera pulih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kiss To The Money
RomanceTidak ada yang tahu bagaimana nasib akhir dari seorang mantan model dan siswi tercantik, Ariniya Fresnel. Arin harus berhadapan dengan seorang badboy, Sam Benedict, agar ia bisa membiayai pengobatan ibunya. Dengan satu syarat yaitu Arin harus menjad...