53 ( REVISI )

17.3K 498 19
                                    

Saat ini, mereka berdua sedang mampir sebentar ke sebuah cafe untuk membeli minuman sebelum ke rumah Olsa. Dari keterangan Chindy, saat ini ia sedang bersama dengan Olsa yang baru diperbolehkan pulang dua jam yang lalu.  Tadi mereka juga sudah membeli sekotak ayam goreng, pizza dan mie ayam.

Beberapa saat ketika mereka menunggu pesanan, terdengar berbagai suara teriakan dari sudut depan cafe. Arin langsung menoleh ke arah teriakan itu dan ia terkejut disana berdiri sekelompok pria bermasker hitam sedang mengacungkan pisaunya.

" Serahkan uangnya,cepat!! Kalau tidak kubunuh kalian semua!!" teriak salah satu pria sambil mengacungkan pisaunya pada sang kasir.

Gadis yang menjadi kasir itu pun terpaksa memberikan uang hasil penjualan cafe hari ini yang dapat dikatakan sangat padat.

" Segini..? Apa-apaan ini...hei kalian semua berikan uang dan perhiasan kalian,cepat!! Atau kubunuh kalian disini!!" teriak pria yang lainnya sambil menampar sang kasir yang berteriak keras. Mereka bahkan sudah memblokir pintu masuk.

" Aku tidak bisa diam lagi.." kata Arin pelan ingin berdiri tapi ditahan oleh Sam.

" Kamu mau kemana? Tenang saja, aku sudah menghubungi polisi, meskipun aku tidak bersuara saat menelpon, mereka pasti mengerti dan segera kesini. " Bisik Sam.

Arin menggeleng dan menghiraukan perkataan Alex karena kemarahannya sudah berada di puncak. Arin paling benci dengan orang-orang yang memperlakukan seorang wanita dengan rendah. Memangnya apa hak mereka memperlakukan kasir itu dengan hina padahal perbuatan mereka lah yang menjijikkan saat ini. Apalagi malah melakukan kasir teroris begini di kawasan padat.

" Hei..kalian...cepatlah pergi sebelum kesabaranku hilang!! " teriak Arin.

Para perampok yang tadinya sedang memeras para pembeli yang lain langsung menoleh pada Arin. " Hei.. Jangan sok kuat dari badanmu saja sudah pasti tidak bisa melawan kamu. Semua wanita lemah dibanding pria, jika kau lupa,heehh. " ejek salah satu perampok itu.

" Wahaahahahaha " tawa Arin menggelegar, semua yang melihat Arin bingung.

" Bukankah itu Miss Cherry? " Bisik beberapa pengunjung cafe.

" Hei..kalian ini bodoh atau idiot haah ..kalian meremehkan para wanita, padahal kalian lahir dari rahim seorang wanita atau mungkin kalian keluar dari kentut seorang pria ya,hahaha..." ejek Arin dengan tatapan meremehkan. Seisi pengunjung tertawa.

" Kau..." para perampok itu pun langsung menyerang Arin, namun itu semua tidak berarti bagi Arin yang merupakan master sabuk hitam taekwondo dan jangan lupakan pula ia pun juga mengusai bela diri karate karena tuntutan peran saat akting. Jadi Arin juga belajar karate untuk mendalami peran.

Seseorang dari perampok itu melayangkan pisaunya tapi lansung dipegang bahkan digenggam oleh Arin hingga tangannya berlumuran oleh darah. Sam langsung mendekat dan memukul keras kepala pria itu hingga pingsan.

" Kamu tidak apa-apa? " Tanya Sam khawatir melihat tangan Arin yang sudah mengalirkan banyak darah. " Apa kau tidak kesakitan? " Sam merombak ujung kemejanya dan membalut tangan Arin.

Arin menggeleng, ia sama sekali tidak kesakitan karena penyakit CIPA yang masih diidap oleh Arin. Disaat  Sam sibuk dengan Arin sibuk, seseorang dari perampok itu dapat lolos dan mengambil sebuah kursi besi yang ingin dipukulkannya kearah Sam atau Arin. Tapi, hal itu terlihat oleh Sam dari pantulan kaca di meja kasir. Dia langsung membalikkan badannya dan menendang keras kaki pria itu hingga terjatuh. Tepat saat pria itu akan melempar pisaunya kearah Sam, polisi datang dan mengunci tangannya dengan borgol. Begitu juga dengan teman sekelompoknya, mereka semua diseret.

" Terimakasih atas bantuannya. " Dua orang polisi membungkuk hormat pada Sam dan Arin yang dinilai membantu tugas mereka sehingga mengurangi kerugian yang lebih parah. Polisi itu meminta Sam dan Arin ikut ke kantor polisi untuk dimintai keterangan.

" Kami sangat ingin membantu, tapi saat ini kami harus buru-buru karena ada urusan. Bisakah nanti kami menyusul kesana, pak? " Tawar Arin, polisi itu mengangguk mengerti dan sepertinya tahu siapa gadis yang berada di balik masker ini.

" Kami akan menunggu. " Kata polisi itu lalu pergi bersama dengan para perampok tadi. Minuman mereka telah selesai dibuatkan. Sam sudah menunggu didalam mobil tapi Arin belum kunjung naik dan masih berdiri didepan kasir.

" Aku tidak punya apapun untuk menghilangkan rasa takutmu, aku hanya punya ini. " Arin menyerahkan obat penghilang rasa nyeri dan juga sebuah buku. " Dari awal aku datang kamu selalu memutar laguku dan juga tadi aku mendengar sedikit kamu bercerita pada temanmu bahwa hidupmu tidak berubah sama sekali padahal sudah bertahun-tahun bekerja keras, aku memang tidak bisa memprediksi masa depanmu tapi kudoakan akan ada sinar terang di hidupmu. Semangat. " Arin membuka maskernya sebentar dan tersenyum pada kasir itu. Lalu segera berlari cepat ke mobil sebelum gadis kasir cafe tadi sadar bahwa yang berbicara dengannya barusan adalah idolanya.

" Itu Arin, si Miss Cherry.. " pekik gadis itu tertahan lalu membuka buku yang tadi diberikan Arin. Isinya berbagai cerita, kata-kata motivasi bahkan tanda tangan Arin dan juga foto sang gadis kasir saat serius bekerja yang sempat dipotret dan langsung dicetak cepat oleh Arin dengan bantuan Sam. Gadis itu menangis haru membaca kata-kata diakhir buku, ' Seberat apapun hidupmu, seburuk apapun hidupmu, jangan menyerah dan memilih kematian. Kesempatan terindah yang diberikan Tuhan sesungguhnya adalah kehidupan. Semangat selalu ya Alisia. '

Arin tersenyum kecil di mobil, " Menurutmu apa kata-kataku cukup membangkitkan semangatnya? " Tanya Arin pada Sam yang tersenyum bangga pada Arin.

Sam mengangguk, " Itu pasti. Kata-katamu sangat indah untuknya. "

Arin menghela nafas, " Tapi seharusnya buku itu untuk Dheo karena calon istrinya adalah penggemarku, hahahahaa.." Arin tertawa kecil. " Jadi sekarang aku juga harus memikirkan hadiah lagi untuk Dheo. "

" Mau minum satu minuman? " Tawar Sam pada Arin sambil menunjuk kantong minuman mereka di kursi belakang.

Arin menggeleng, " Aku ingin minum bersama dengan Olsa dan Chindy. " Sam mengangguk dan menambah kecepatan mobilnya agar cepat sampai di rumah Olsa.

Delapan belas menit perjalanan mereka tempuh dan sekarang mereka sudah sampai didepan rumah Olsa. " Rumah ini masih tampak sama. " Arin turun dari mobil dan melihat sekelilingnya. Sedangkan Sam membawakan semua barang Arin.

Arin mengetuk pelan pintu, ketukan pertama tidak ada suara apapun. Hingga ketukan ketiga mereka mendengar suara teriakan kencang Chindy. Hingga Sam langsung mendobrak pintu dan Arin segera berlari cepat kedalam begitu pintu terbuka.

" Ndiii...Chaaa??? " Panggil Arin kencang.

" Riin.. bantu akuu!! Akuu di taman belakang. " Teriak Chindy. Arin langsung berlari ke arah asal suara Chindy diikuti oleh Sam.

Sesampainya disana, Arin kaget bukan main. Chindy berusaha menahan Olsa yang ingin gantung diri. " Astaga.. Chaa!!! " Arin langsung berlari memeluk tubuh Olsa. " Jangan gini, Cha... Kita masih sayang sama kamu. Ingat masa-masa kita main bareng, Cha!! " Isak Arin.

" SUPPPPRISEEE!!! " Teriak Olsa dan Chindy tiba-tiba dan memeluk balik Arin.

Arin melongo tidak percaya, ia menghapus air matanya, " Ini maksudnya apa?? Kalian bohongin aku ?? Jahat bangeet... " Isak Arin kesal tapi ia juga lega karena Olsa tidak sungguh-sungguh ingin mengakhiri hidupnya.

Kiss To The MoneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang