6 bulan kemudian
" Sam..bangun!! Ini sudah siang. " Teriak Arin sambil menyibakkan selimut yang digunakan oleh Sam
" Enghh..biarkan aku tidur 5 menit lagi, Sayang. " Jawab Sam membuka matanya sedikit lalu kembali bergelung dalam selimutnya.
Arin menghela nafasnya perlahan, kemarahannya sudah mencapai puncak. Jam di dinding sudah menunjukkan pukul 10 pagi tapi suaminya tetap bersikeras ingin tidur. Arin tahu Sam libur kerja hari ini tapi jika dia ingin tidur, itu bisa diulang lagi nanti siang. Apa suaminya itu tidak pernah membaca artikel mengenai dampak buruk bangun siang dan satu hal lagi yang membuat kemarahan Arin semakin membara adalah Sam baru saja masuk rumah sakit dua minggu yang lalu karena asam lambung.
" Bangun sekarang juga!! Dari tadi aku bersabar menunggumu bangun tapi kau tidak kunjung bangun Tuan Benedict yang terhormat. " kata Arin marah.
" Kumohon, Mrs.Benedict. Biarkan aku tidur. " Jawab Sam dengan mata yang masih tertutup.
Arin menghela nafas lagi, " Jika kau tidak bangun sekarang, maka aku akan pergi dari rumah dengan membawa anak yang kukandung ini dan akan menghilang dari hidupmu selama-lamanya. " Ancam Arin yang langsung membuat mata Sam terbuka 100%. Sam pun menatap Arin dengan tersenyum memelas seakan mengatakan, 'Jangan Sayang' .
" Sekarang cepat mandi dan sarapan. " kata Arin tanpa menghiraukan tatapan Sam.
" Eumm..Sarapan ya.." Sam tersenyum dan mendekat kearah Arin.
" Tak ada sarapan yang lain.. Sarapan yang kumaksud makan nasi atau roti. " Arin menatap Sam kesal.
Sam mengerucutkan bibirnya lalu memeluk Arin, " Haah..baiklah..morning sayangku. " Sapa Sam sambil mengelus perut Arin yang sudah membuncit. " Cepat lahir ya.. ayah menantimu. " kata Sam mencium perut Arin lalu beralih mencium bibir Arin singkat. Arin yang masih terdiam hanya dihadiahkan senyuman lebar dari Sam sebelum pria itu berlari ke kamar mandi.
" Nafasmu bau jengkol, dasar Benedict. " gerutu Arin.
"Kamu yang mengidam jengkol kemarin sayang. Lalu kamu juga seorang Benedict, honey. " Jawab Sam dari dalam kamar mandi.
" Yang ngidam kan aku, kenapa kamu malah ikutan makan? Main nyosor cium juga padahal bau mulut jengkol. " kata Arin kesal berjalan keluar dari kamar.
" Efek ibu hamil, kamu harus bersabar Sam." kata Sam pelan.
" Aku masih mendengarmu,Benedict. Jangan lupa kamu sendiri yang membuatku hamil. " jawab Arin kesal lalu berlalu ke dapur.
Sejak minggu ketiga kehamilan hingga sekarang, Arin menjadi sangat sensitif. Arin juga mengidam banyak hal termasuk yang paling sadis menurut Sam adalah menarik rambut seseorang yang mengundang amarahnya.
Sam berjalan hati-hati ke dapur,karna dia tahu istrinya itu dalam kondisi yang tidak baik-baik saja. Salah sedikit, Sam akan kena amuk Arin.
" Haah..aman.." bathin Sam lalu berjalan santai ke arah meja makan.
" Hai..botak!! " panggil Arin yang muncul dari bawah meja makan.
" Astagaa. " Ujar Sam terkejut.
" Kau memotong habis rambutmu ya, sayang. Kreatif juga ya. " Arin mengacungkan jempolnya. " Kamu sangat tidak setia, untuk menghindari keinginan anakmu sendiri. " Arin tersenyum manis namun entah kenapa terlihat sangat menakutkan.
" Tidak sayang..ini model rambut yang populer. " jawab Sam gugup.
Alis Arin terangkat, " Populer ? Pantatmu!! Botak kinclong kayak gini, kamu katakan populer, sayang?Kamu keluar malam hari saja, kamu akan menambah jumlah lampu taman, disiang hari kamu menambah sinar matahari. Aku tidak menyangka kamu tega!! Padahal ini keinginan anakmu. " Arin mulai terisak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kiss To The Money
RomanceTidak ada yang tahu bagaimana nasib akhir dari seorang mantan model dan siswi tercantik, Ariniya Fresnel. Arin harus berhadapan dengan seorang badboy, Sam Benedict, agar ia bisa membiayai pengobatan ibunya. Dengan satu syarat yaitu Arin harus menjad...