Bel pulang berdenting membawa kebahagiaan bagi siswa yang ingin menenangkan diri dari berbagai pelajaran yang terus berdatangan dari tadi pagi. Tapi suara kegaduhan dari kelas XII MIA 3 tidak kunjung berhenti, rasa ingin tahu terhadap apa yang terjadi membuat banyak siswa berkerumun di depan kelas itu. Tak terkecuali Arin, Olsa dan Chindy.
" Kayaknya Sam berkelahi dengan Rangga, " kata seorang siswa yang berdiri di sebelah Arin.
" Masa iya sih? Bukannya mereka teman baik? " tanya teman disebelah siswa tadi.
" Iya..yang gue dengar sih, Sam nyebut-nyebut nama Arin. " Arin mendekatkan dirinya ke arah kerumunan ketika mendengar namanya disebut.
" Tapi nggak kita coba hentikan,nih? "
Siswa itu menggeleng, " Nggak mau deh, lo tahu sendirikan Sam kayak gimana orangnya. "
Mendengar hal itu, Arin langsung berlari dan menerobos kerumunan dan ia terkejut ketika melihat Rangga sudah babak belur dan akan dipukul kembali oleh Sam.
" Berhenti!! Sam cukup, kenapa kamu sampai berkelahi sama Rangga kayak gini?" Arin berusaha melepaskan cengkeraman Sam di leher Rangga.
" Terserah," jawab Sam menghempaskankan cengkramannya kasar lalu meninggalkan kelas dengan kemarahan yang belum reda.
" Hahaha..ternyata dia beneran suka yaa," gumam Rangga mengusap sudut bibirnya yang berdarah.
" Kalian berdua kenapa sih, berantem nggak jelas?," tanya Arin kesal membantu Rangga berdiri, " Untung aja kelas kalian jauh dari ruang guru. " Mereka berdua berjalan pelan kearah taman diluar kelas Sam, semua siswa pun akhirnya pulang karena sudah tidak ada lagi hal menarik yang akan ditonton.
Rangga terkekeh, " Maaf ini salahku karena memancing amarahnya Sam. "
" Memancing amarahnya? "
" Perkelahian ini terjadi berawal dari aku yang mengatakanmu murahan karena mau pacaran dengan seorang badboy, maaf aku sengaja melakukannya hanya untuk mengetes Sam, jangan tersinggung ya. " Rangga menepuk pelan pundak Arin yang menatapnya tajam. " Arin sebaiknya sekarang kamu hibur Sam saja, aku yakin pasti dia ada di atap saat ini, itu tempat favoritnya bukan."
Walaupun bingung dan kesal memikirkan alasan kenapa Rangga sampai berbuat seperti ini, Arin tetap pergi keatap untuk mencari Sam. Tepat seperti dugaan Rangga, Sam memang ada disini, pria itu sedang tidur dengan tenang tapi nafasnya masih tersengal-sengal.
" Sam, apa kamu tidur? " tanya Arin lalu merebahkan dirinya disebelah Sam, tapi Sam hanya diam, tidak menjawab pertanyaannya.
" Aku tahu kamu tidak sepenuhnya salah tapi tindakan kamu kepada Rangga itu terlalu berlebihan, bagaimanapun Rangga itu tetap teman baikmu, " nasihat Arin sambil memandang langit yang semakin menjingga.
" Kamu menganggu tidurku, Arin. " Sam mengubah posisinya menjadi duduk sedangkan Arin hanya tersenyum mendengar nada bicara Sam yang masih kesal. " Sebaiknya kamu pergi dari sini. "
" Langitnya indah yaa," kata Arin sambil tersenyum dengan posisi masih berbaring tidak menghiraukan usiran dari Sam.
" Iya, indah," jawab Sam yang daritadi memperhatikan Arin dan tanpa sadar akhirnya Sam mencium bibir Arin. Arin melebarkan matanya kaget dan hanya diam terpaku sampai akhinya Sam berhenti melakukannya.
" Bisakah kita pulang sekarang?" tanya Arin gugup langsung berdiri dengan wajah yang sudah memerah.
" Apapun untukmu, " jawab Sam sambil tersenyum geli melihat tingkah Arin lalu mengenggam erat tangan Arin.
Arin menatap tangannya yang bertaut dengan tangan Sam, "Aku tidak menyangka ternyata Sam memiliki senyum yang manis tapi bukankah sikapnya berubah lagi. " bathin Arin yang masih bingung dengan perubahan sikap Sam yang terjadi berulang kali. " Apa dia berkepribadian ganda? "
KAMU SEDANG MEMBACA
Kiss To The Money
RomanceTidak ada yang tahu bagaimana nasib akhir dari seorang mantan model dan siswi tercantik, Ariniya Fresnel. Arin harus berhadapan dengan seorang badboy, Sam Benedict, agar ia bisa membiayai pengobatan ibunya. Dengan satu syarat yaitu Arin harus menjad...