51 ( REVISI )

18.6K 487 21
                                    

Arin tampak gelisah di tidurnya. Saat ini sudah 4 jam Arin dan Sam berada didalam pesawat. Dalam waktu kurang 3 jam lebih mereka akan sampai di Indonesia. Sam mengusap rambut Arin yang terus gelisah dalam tidurnya. Ketika melihat wajah Arin yang gelisah ketakutan, Sam jadi ingat kejadian empat tahun yang lalu, saat Arin baru menjadi model di Paris. Sam tahu akan hal itu tapi dia pura-pura tidak peduli dan  selalu berusaha tidak terlihat ketika berada disekitar Arin. Sam ingat saat itu Arin marah besar pada ibu dari telepon. Tidak salah waktunya saat Arin baru sebulan di Paris. Arin marah karena ibunya membiarkan dirinya diajak pergi oleh ayahnya yang bahkan tidak peduli saat mereka kesusahan. Ayahnya yang licik sengaja membiayai biaya keberangkatan Arin kesana tapi uang hasil bekerja Arin di Paris habis diambil olehnya.

Sam yang  tahu hal itu, secara diam-diam meminta bantuan pada Thiara,  salah satu kenalan Sam yang bekerja di tempat yang sama dengan Arin untuk menyerahkan dana itu dengan alasan bonus karena hasil pemotretannya sangat baik. Itu dilakukan Sam sampai akhirnya Arin berhenti karena beritanya menganggu Tein. Namun, gadis ini tidak menyerah, ia lari dari ayahnya lalu mengikuti audisi di Korea, jalannya mudah bagi Arin karena sebelumnya ia pernah menjadi model pemula di Korea.

" Tapi tampaknya sekarang hubunganmu dengan ibu sudah baik ya. " Sam mengelus rambut Arin lembut. "  Dia tidur lelap. " Melihat Arin yang tidur membangkitkan sel istirahat Sam. " Tiba-tiba aku mengantuk. " Sam menutup matanya dengan penutup mata lalu menyusul Arin untuk tidur.

" Sam!! Sam!! Sepertinya kita akan segera sampai. " Arin menggoyangkan tubuh Sam pelan.

" Benarkah? " Sam membuka matanya perlahan.  " Kenapa? Kamu gugup? " Tanya Sam yang melihat Arin meremas tangannya.

Arin mengangguk, " Sudah lama aku tidak bertemu Chindy dan Olsa biasanya kami hanya berbicara dari ponsel jadi ini kali pertama setelah 4 tahun tidak bertemu mereka. Bagaimana tanggapan mereka melihat aku ya?

" Kamu takut canggung dengan temanmu, ya? " Arin mengangguk. " Tidak perlu khawatir, meskipun terpisah jarak yang jauh, jika mereka memang sahabat terbaikmu tidak akan ada yang berubah. "

Arin menatap Sam lama, " Lama tidak bertemu denganmu, ternyata kamu jadi lebih bijak ya, Sam. " Kekeh Arin.

Sam memasang wajah bangga, " Ya mesti harus bijak, dong. Semakin banyak kesulitan dalam hidup yang dirasakan semakin kamu mengerti wajar artinya hidup. "

Arin menepuk-nepuk pundak Sam sambil mengangguk-anggukkan kepalanya, " Wah.. tidak kusangka Sam yang kukenal sudah besar dan berubah. "

Sam meraih tangan Arin di pundaknya dan menggenggamnya erat, " Meskipun banyak yang berubah dari diriku tapi perasaanku tidak pernah berubah. Masih tetap sama Arin. " Kata Sam menatap Arin yang melirik canggung.

" Apa ini alasannya kau memilih VIP class karena ingin mengatakan kalimat gombal ini. " Arin menarik tangannya dan mengipasi wajahnya.

" Benar, karena aku ingin bersama denganmu tanpa banyak gangguan. " Goda Sam mendekatkan wajahnya ke wajah Arin.

Arin mengerjapkan matanya berkali-kali dan terus memundurkan tubuhnya tapi ruang lingkupnya sangat sempit, " Aa..ppp..aa yaa..nn..gg kaa...auu lakukaaan!! " Arin reflek mendorong tubuh Sam menjauh ketika mendengar bunyi alarm dari ponselnya.

Sam yang terdorong melongo tidak percaya dan dengan cepat memperbaiki letak dasinya dan kembali duduk tenang karena pramugari yang tidak jadi masuk karena melihat Sam yang memasang wajah malu.

" Ini alarm kuaktifkan karena takut tertidur hehe.. " Kata Arin tertawa canggung yang dibalas senyuman singkat oleh Sam.

Arin meruntuki dirinya yang malah mendorong keras tubuh Sam. " Maaf, Sam. Aku hanya terlalu gugup. " Bathin Arin menyesal.

Kiss To The MoneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang