49 ( REVISI )

19.3K 497 21
                                    

Setelah membujuk Sam cukup lama akhirnya Arin bisa meyakinkan pria itu untuk menjadi model di produk perusahaannya sendiri.

" Wah..kamu sangat cantik. " puji seorang perias yang sedang menaburkan blush on dengan tipis di pipi Arin.

"Anda juga sangat cantik. " jawab Arin tersenyum pada perias itu.

" Anda terlalu memuji saya. Tapi Anda sangat hebat bisa meyakinkan Sajangnim untuk ikut menjadi model. Semua orang disini sangat takut padanya. Jadi jika wajah tersenyumnya terpampang besok, setidaknya yang takut padanya akan berkurang. " Kata perias itu tertawa kecil.

" Dari yang kulihat disini tidak banyak karyawan wanita ya? " Perias itu berdeham kecil lalu mendekatkan bibirnya ke telinga Arin, " Karena hal itu Sajangnim dirumorkan gay, Arin-ssi. Tapi sepertinya itu karena dia tidak ingin ada yang menggeser posisi anda dari hatinya. "

Arin mengernyit heran, " Kenapa begitu? "

" Ketika terlalu banyak karyawan wanita disini, mereka bersaing ingin merebut perhatian Sajangnim jadi mereka menggodanya dengan berlebihan. Mungkin hal itu yang membuatnya berpikir ulang untuk memperbanyak karyawan wanita. " Jelas perias itu sambil menata rambut Arin. " Sepertinya sudah selesai. " Gumam perias itu pelan dengan tatapan memuji kecantikan Arin dari pantulan cermin.

Tidak butuh waktu lama bagi para perias untuk merias wajah Arin yang memang sudah cantik.

" You're so perfect" puji perias itu lagi setelah mendandani Arin dengan begitu cantiknya, baju dress putih selutut dengan renda di bagian bawah dress membuatnya semakin cantik, tidak lupa sebuah pita hitam yang dilingkarkan di pinggangnya seakan menambah aksen manis bagi diri Arin

" Gamsahamnida," kata Arin tersenyum mematut dirinya di cermin. Arin ingat sesi pemotretan pertama adalah model pria terlebih dahulu. Arin bergegas keluar dari ruangan rias dan betapa terpesonanya Arin melihat Sam di layar pemotretan. Dia tampak sangat mengagumkan dengan setelan kemeja hitam dan rambut yang sengaja dirias seperti tatanan rambut quiff haircut membuat seorang Sam Benedict kelihatan lebih berkharisma dan tampan.

" Bahkan dia tidak berubah sama sekali tetap tampan. " Kata Arin pelan yang tidak bisa mengalihkan tatapannya dari Sam.

" Sam Sajangnim sangat tampan bukan, noona? " Jisung yang baru datang membawa perlengkapan kebutuhan untuk pemotretan berdiri dibelakang Arin.

" Dia memang selalu tampan. " Jawab Arin tidak sadar. Sohee dan Jisung yang berdiri di belakang Arin sudah tersenyum lebar.

Arin menutup matanya sambil mengigit bibirnya , " Tampan? Kenapa aku malah berpikir dia tampan ? Waah ternyata tatanan rambut dan bajunya yang tampan. Benar baju dan rambutnya " kata Arin membalikkan tubuhnya dan menatap Jisung dan Sohee yang masih tersenyum lebar.

" Tapi wajah eonni tidak berbicara begitu. " Celetuk Sohee menungikuk wajah Arin. " Sangat merah. " Sambung Jisung dan Sohee bersamaan. Arin mengipasi wajahnya yang memerah hanya karena melihat penampilan Sam.

" Ibu karena efek panas. Waah..panas sekali. " Arin berjalan menjauh dari Sohee dan Jisung yang mungkin tidak akan berhenti menggodanya.

" Tapi..dia memang tampan sih. " bathin Arin sambil melihat hasil foto Sam di monitor.

" Hei..hei...kak Arin..kenapa senyum-senyum haayooo. " goda seorang gadis pada Arin.

Arin mengernyitkan keningnya, " Kamu siapa? " Tanya Arin bingung.

" Benar, dulu kita belum sempat berkenalan. Jika aku mengatakan aku adik Sam, kakak tahu siapa aku bukan? " Emily mengulurkan tangannya dengan tersenyum manis. " Halo kak, aku Emily Benedict. "

Arin menerima uluran tangan Arin, " Aaah Emily, aku banyak mendengar tentang dirimu dari kak Sofia. Salam kenal. "

" Bagaimana kabar kak Sofia? Sudah lama sekali aku tidak bertemu dengannya. " Arin mengajak Emily duduk dulu di kursi sambil menunggu giliran pemotretannya.

" Kak Sofia baik, ia sudah menikah dan akan melahirkan anak kedua sekitar 2 bulan lagi. Saat ini kandungannya sudah masuk bulan ke 7. " Jelas Arin.

Emily langsung terpekik senang, " Waah, bisakah aku bertemu dengan kak Sofia nanti? Kebetulan aku liburan musim panas saat ini. " Emily menggenggam tangan Arin hangat.

Arin mengangguk, " Tentu saja boleh, Sofia pun akan ikut senang ketika mendengar kabar ini. Bicara tentang kuliah, kamu kuliah dimana? "

" Aku kuliah di Harvard sudah semester 4, kak. Meskipun otakku harus berasal memikirkan tugas. Tapi senang bisa menambah banyak ilmu. Rencananya juga setelah ini aku akan mengambil S2. " Arin bertepuk tangan tanpa sadar. " Semangatmu perlu kuberi dua jempol. "

Emily tertawa kecil, " Kakak sangat manis, mungkin ini alasan kakakku yang bodoh itu tidak bisa melupakanmu. " Emily melotot pada Sam yang menatapnya penuh tanya disela pemotretannya yang tidak kunjung selesai karena Sam yang sulit untuk tersenyum.

" Itu berlebihan. " Arin menggeleng cepat, " Apa Sam tidak pernah dekat dengan wanita manapun? " Tanya Arin ingin tahu.

Emily menghembuskan nafas pelan, " Jika ada tidak mungkin berita gay itu tersebar kak bahkan banyak yang percaya hal itu. Mom dan Dad pun sudah berulang kali mengatur kencan buta untuk kakak tapi selalu berakhir buruk karena sifat kakak yang dianggap menyebalkan. " Emily mendekatkan kursinya pada Arin. " Kencan buta pertama, kakak bahkan sengaja membuat riasan gigi depannya ompong hingga gadis itu merasa ilfeel. Lalu kencan kedua dia malah menawar harga tinggi pada gadis elite itu yang berakhir dia ditampar keras. Kencan ketiga yang lebih parah, kakak bahkan telat satu jam lalu makan semua menu yang dihidangkan dengan urakan. Sangat buruk. Kencan keempat, gadis yang dikenalkan Mom memang sangat cantik tapi ia adalah seorang Ateis. Kak Sam memanfaatkan ini dengan mengatakan dia seorang buddhis yang sangat taat. Gadis itu akhirnya memutuskan tidak ingin bertemu lagi dengan kakak. Hingga akhirnya di kencan buta kelima yang juga berakhir buruk. Mom menyerah. " Decak Emily menggeleng frustasi.

" Jadi, jika kak Arin masih ragu dengan kakakku hilangkan keraguan kakak. Dia masih sama seperti dulu kak, bahkan sebelum bertemu kak Arin saat SMA dia sudah.. "

Perkataan Emily terpotong karena Sam yang menyentil dahi Emily. " Apa kau menceritakan aibku lagi pada orang-orang yang kau temui. "

Emily mengelus dahinya, " Dasar gorila, ini sangat sakit!! Jangan menggunakan kekerasan padaku atau aku ceritakan bahwa sejak dulu kakak sudah terobsesi pada.. " Sam langsung menutup mulut Emily dan menyeret Emily.

" Sebaiknya dirimu segera melakukan pemotretan Arin, Lee-ssi, sudah menunggumu. " Kata Sam menunjuk Lee Seung Hyung yang sudah menunggu Arin untuk sesi pemotretan dengan dagunya.

Arin ingin membantu Emily yang tampak meminta bantuannya tapi fotografer juga sudah memanggilnya untuk cepat kesana.

" Maaf Emily, aku akan membantumu lain kali. " Kata Arin pelan menatap Emily yang memelas butuh bantuan.

" Baiklah. Sampai jumpa nanti, Emily. " Arin melambaikan tangannya pada Emily yang terus meronta dari genggaman Sam.

" Sebaiknya kamu menunggu saja di mobil, Emily si bocah. " Bisik Sam dengan kekehan menakutkan dan terus menarik Emily.

Kiss To The MoneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang