40 ( REVISI )

21.5K 600 15
                                    

" Sam Sajangnim maafkan aku. " kata Arin menyesal sambil menunduk dalam.

Tapi, Sam hanya diam tidak menghiraukan perkataan Arin. Sam hanya melirik sedikit dari sudut matanya, rasanya ingin menjahili Arin sedikit lebih lama.

Arin mengernyitkan keningnya, " Lagipula Anda juga salah, seharusnya tadi Anda mengatakan yang sebenarnya saja tapi Anda malah bersikap ambigu. " Arin menodongkan jarinya yang mengepal membentuk tinjuan.

Sam memundurkan wajahnya, " Apa kau tak tahu, wajah ku jadi tercemar karena tendanganmu yang seperti kingkong itu. " kata Sam sambil mencoba mengobati lukanya.

Arin menarik kembali tangannya dan menatap Sam menyesal, " Maaf..tapi aku juga tak salah, wajar aku berbuat seperti itu dan seharusnya kamu katakan saja kalau ini semua terjadi karena kesalahanku. "

Sam menghembus nafas gusar, " Apa kau akan percaya jika aku mengatakan itu tadi? "

Arin memutar matanya, benar juga jikapun Sam mengatakan itu tadi, Arin tetap akan berprasangka buruk pada Sam, " Tapi kenapa kau harus tidur di sampingku,haaah? Atau mungkin kau itu mesum gila. " Ujar Arin yang masih tidak ingin dianggap bersalah

Sam mengangguk, " Baiklah, aku memang salah karena tertidur disebelahmu tapi satu hal yang ingin kukatakan, aku bukan orang mesum. " kata Sam penuh penekanan lalu kembali pada cermin kecil untuk mengobati bengkak di kepalanya.

" Bukan begitu caranya. " Arin langsung meraih kapas yang dipegang oleh Sam. Arin pun menambahkan antiseptik pada kapas itu dan menekan benjolan Sam dengan pelan.

" Apa kau tak pernah mengobati luka? Bagaiman bisa kau menekan keras lukamu? Ckckck.. seharusnya kamu lakukan dengan perlahan. " omel Arin.

Sam terus memandang wajah Arin yang serius mengobati lukanya.

Arin yang mulai merasa canggung berada di posisi yang sangat dekat dengan Sam, langsung membenahi peralatan P3K milik Sam, " Nah,sudah selesai. " kata Arin tersenyum canggung dan ingin segera berdiri, tapi Sam meraih tangannya hingga Arin terduduk kembali di sofa.

" Aku memang tidak pernah mengobati luka apapun, termasuk juga luka orang yang paling ku cintai. " kata Sam menatap Arin lekat.

Arin yang ditatap, pun mulai salah tingkah. " Jika begini terus aku bisa ketahuan, tidak amnesia. " Bathin Arin ingin lari dari keadaannya saat ini tapi rasa ingin tahunya menguasai diri Arin terlebih dahulu.

" Jika kau memang mencintainya, kenapa kau tak menemuinya? " Tanya Arin gugup tanpa menatap wajah Sam.

" Aku merasa bersalah padanya hingga merasa tidak pantas untuknya tapi setelah bertemu kembali dengan tidak sengaja perasaan egoisku muncul. Aku tahu ini salah tapi aku merindukannya. Sudah 6 tahun aku tidak pernah lagi bertemu dengannya. " Sam tersenyum memikirkan kenangannya bersama Arin. " Dia itu sangat ceroboh, namun aku tetap mencintainya. " Sam terus menatap Arin yang sama sekali tidak ingin menatapnya.

Arin mengangguk pelan, " Berarti selama ini kau masih mencintainya, seharusnya kau utarakan saja, kenapa kau hanya diam?? " Sam tetap diam menundukkan kepalanya, " Ayo temui dia. " Lanjut Arin.

Sam menghela nafas pelan, " Aku sudah menemuinya tapi dia bahkan tidak mengingatku sama sekali. " kata Sam sedih.

Ingin rasanya Arin memeluk Sam dan mengatakan ia tidak melupakan Sam dan masih mengingatnya sama dengan Sam yang masih mengingat Arin. Tapi tiba-tiba Sam menarik Arin ke dalam pelukannya.

Awalnya Arin terdiam tapi saat ingat dirinya seharusnya berpura-pura melupakan Sam, Arin meronta. " Hei..hei.. apa yang kau lakukan Mr.Mesum. " protes Arin berusaha melepaskan pelukan Sam.

Kiss To The MoneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang