33 ( REVISI )

22K 589 23
                                    

Berkat semua bukti yang dikumpulkan oleh Sam dan teman-temannya, Alex bisa dihukum dengan hukuman seumur hidup. Dari yang didengar oleh Sam, dia hanya perlu menunggu waktu dipindahkan ke Amerika. " Semoga saja semuanya berjalan dengan lancar. " Bathin Sam menatap layar laptopnya. Namun, masih ada satu hal yang membuat Sam gamang, semoga saja Alex tidak dibantu oleh kumpulan teman mafianya.

Ini adalah bulan ke-5, Arin terbaring di ranjang rumah sakit, berkat bantuan rekaman suara Sam, kondisi Arin semakin membaik. Tapi, belum ada tanda-tanda ia akan bangun dari komanya.

Olsa berlari masuk bersama dengan Chindy, Dheo dan Rangga mereka menggunakan seragam kelulusan dan membawa piagam tanda kelulusan, " Arin..kamu tahu nggak..akhirnya kita semua lulus!!!" teriak Olsa senang.

" Ya walaupun nilai Olsa tu rendah Rin, hahaha.. " kata Chindy tertawa pelan.

Olsa menatap Chindy tajam, " Hei..hei...nilai kita cuma beda 0,1 ya...." sangkal Olsa.

" Tetap aja...nilaiku 80, Rin, sedangkan Olsa 7,9..hahaha.." canda Chindy.

" Gitu aja bangga... kalau Arin udah bangun.. pasti dia yang paling pintar. " kata Olsa menggembungkan pipinya, " Dan mungkin juga nilai kita bisa lebih naik karena belajar bareng. "

Chindy menepuk-nepuk pundak Olsa yang masih sibuk berceloteh, " Eh..Cha, lihat jari Arin bergerak..hahaha..ternyata pertengkaran kita membawa berkah. " kata Chindy senang karena Arin merespon perkataan mereka.

" Syukurlah.. " Olsa menghela nafas lega. " Oh ya Arin doakan kami bisa kuliah di universitas Bandung ya, seperti harapan kita dulu. "

" Jadi..kamu harus cepat bangun kalau nggak mau jadi adik tingkat kami. " Chindy tertawa pelan. Tapi tatapannya melihat sekelilingnya, " Bukannya tadi kita datang bareng Dheo dan Rangga, dimana mereka? "

" Kalau Rangga mungkin ke kantin bawah tapi Dheo kamu tahu sendiri, mungkin dia mencari kak Sofia. " Jawab Olsa mengelus punggung Chindy. " Jangan sedih ya, Ndi. Kamu tahu bukan? Kak Sofia menyukai Bang Mahesa jadi kamu masih mempunyai harapan." Chindy mengangguk pelan.

" Arin!!!!!Kita semua lulus!!!! " teriak Rangga membahana membuka pintu kamar inap Arin.

" Sstttt..." semua pasien yang di dekat kamar Arin langsung mengisyaratkan untuk diam.

" Ncu....jadi cowok itu harus gentle kayak kakek. " kata seorang kakek yang sedang lewat sambil memamerkan tangannya yang sebenarnya tak kekar.

" Ya ampun kek...itu udah keriput kali kek.. " kata Rangga menahan tawanya.

" Apa kata kamu!! Aku keriput!!Ke sini kamu, dasar anak muda kurang asam!! "kata kakek itu lalu mengejar Rangga.

" Ampyunn kek...hati-hati kek nanti encok loh... " kata Rangga terus berlari pelan.

" Kakek ini kuat...akkhhh...pinggangku..."
keluh kakek meringis sakit.

" Kan udah Rangga bilang kek..nanti encok kek..tapi kakek sih nakal. " Rangga membantu kakek itu kembali ke ruang inap nya.

"Arin...kamu tahu tidak..ada kejadian istimewa  di hari kelulusan kita, ingat Kirana? Sepertinya dia akan segera menikah dengan Senor Robert, kamu masih ingat dia bukan? Senior yang sering beri hukuman ke kita saat MOS dulu karena kamu nolak dia. Kabarnya Kirana hamil anak dia. "kata Olsa mengipasi wajahnya. " Senior Robert memang setampan itu tapi aku tidak menyangka dia akan bertindak secepat itu. "

Chindy terkekeh, " Ya jangan dibayangkan pas itunya dong, Cha. " Chindy membantu mengipasi Olsa dengan sertifikat kelulusannya. Jari Arin bergerak kembali. " Lihat, Arin aja juga respon kayak itu. "

" Ada satu lagi Arin.. " Rangga masuk ke kamar dengan berlari , " Ternyata Chindy menyukai Dheo!! " teriak Rangga yang langsung diberi tendangan di perut oleh Chindy.

" Akkhh... " Rangga langsung terduduk lemas.

" Oiii..buyuang...antok lah lai.." (Hei...nak laki-laki..diam!!) " kata seorang pasien yang berada di dekat kamar Arin.

" Maafkan adik saya ya..bu.." kata Mahesa yang baru kembali membeli makanan bersama Sofia. Dibelakangnya ada yang Dheo menunduk dalam

" Adik? Tapi kok beda kak? " kata seorang anak kecil polos yang sedang berjalan ditemani ayahnya yang memakai baju pasien.

" Iya dong dek..abang kan lebih ganteng daripada dia. " Sahut Rangga pede menunjuk Mahesa yang menggeleng pelan.

" Salah..kakak ini lebih ganteng. " jawab anak kecil itu polos dan menunjuk Mahesa yang tersenyum lebar. Rangga memalingkan wajahnya dan beralih masuk kembali ke kamar Arin.  " Dia pasti berbohong ya kan beb.." kata Rangga pada Olsa.

"Anak kecil selalu benar Rangga..." Timpal Dheo menghempaskan tubuhnya ke sofa sambil menutup matanya. Chindy menatap Dheo dalam namun ketika mata itu menatapnya balik, Chindy langsung memalingkan wajahnya. Dheo menghela nafas pelan, ingatannya kembali pada kejadian dua jam yang lalu.

Mereka semua berfoto berempat setelah selesai berfoto dengan teman sekelas mereka masing-masing. Setelah itu Rangga sibuk berfoto berdua dengan Olsa dan juga sibuk memotret kecantikan Olsa di hari kelulusannya. Chindy menghampiri Dheo yang duduk di bawah pohon besar yang terletak di tengah taman sekolah mereka.

" Hai Dheo, kok nggak gabung sama yang lain? " Tanya Chindy duduk di sebelah Dheo.

Dheo mengedikkan bahunya, " Tadi kan udah, sekarang energiku lagi habis. " Dheo membuka matanya dan menatap Chindy, " Kamu sendiri kenapa malah kesini? "

" Aku udah foto dengan semuanya, sedangkan Olsa sedang sibuk bermanja ria dengan Rangga. " Chindy tertawa kecil.

" Mungkin jika Arin dan Sam ada disini, kelulusan kita akan terasa lebih lengkap. " Timpal Dheo, Chindy mengangguk setuju.

Mereka sama-sama terdiam, Chindy meremas tangannya cemas, ia berusaha merangkai kata yang akan diucapkan, " Dheo... " Panggil Chindy pelan.

" Hmm?? " Dheo menatap Chindy bingung. " Aku menyukaimu. " Chindy menatap mata Dheo yang tampak kaget. " Kamu tidak perlu merasa terbebani aku hanya mengutarakan perasaanku hahaaha" Chindy tertawa canggung, namun Dheo hanya terdiam.

" Maaf, aku tidak bisa membalas perasaanmu. Aku hanya menganggapmu sebagai teman. " Kata Dheo setelah mereka terdiam seperkian menit.

Chindy menepuk pundak Dheo berkali-kali, " Tidak usah memasang wajah bersalah begitu, aku juga hanya menyukaimu sebagai teman kok hahahaha.. " Chindy berdiri dengan canggung. " Sepertinya aku salah mengartikan rasa sukaku, hahaha..oh Olsa memanggil aku pergi dulu.. " Chindy berlari cepat meninggalkan Dheo yang merasakan jantungnya berdebar. " Ini pasti karena aku mendapatkan pernyataan cinta jelas-jelas aku menyukai kak Sofia." Sanggah Dheo.

Dheo tidak mungkin menyukai Chindy karena sudah jelas dia menyukai Sofia yang memang sesuai dengan tipe idealnya. Tapi tatapannya tidak bisa beralih dari Chindy diluar perasaan cemburunya karena Mahesa yang lagi-lagi lebih dulu mendekati Sofia.

Selagi semua yang ada disana sibuk dengan urusan mereka, jari Arin kembali bergerak namun bedanya sekarang semua jari tangan Arin bergerak tanpa diketahui oleh siapapun.

Dan dibalik itu, ada seseorang yang sedang tersenyum memandangi pergerakan Arin melalui sebuah CCTV tersembunyi pribadi milik keluarga Benedict.

" Syukurlah..maaf aku melakukan hal yang memalukan ini karena aku selalu ingin melihatmu setiap saat tapi aku bahkan tidak bisa ada disana. " kata Sam tersenyum melihat rekaman CCTV.

" Yaahh..kakak memang kaya jadi bisa melakukan segalanya, tapi setiap orang memiliki cara tersendiri untuk menunjukkan kepeduliannya. " bathin Emily yang sedang memperhatikan Sam dari pintu. " Semoga kakak bisa bersama Arin,dia sudah mencintai nya selama 10 tahun. " Emily terus menatap Sam yang asyik memandang Arin dari rekaman CCTV nya lalu menutup pintu kamar Sam perlahan tanpa menimbulkan sedecit suara pun.

Kiss To The MoneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang