Arin berusaha menyimpan kembali ponsel jadulnya dengan sebaik mungkin agar tidak dicurigai. " Untung saja aku dapat menghubungi kakak. " bathin Arin lalu berpura-pura memasukkan smartphonenya ke tas.
" Ponselmu masih mati?? Tidak bisa diperbaiki yaa?" tanya Alex khawatir hanya saja Arin bisa melihat senyum tipis dari raut wajah khawatir.
" Aku ini orang modern, mana bisa aku memperbaiki ponsel ini, apalagi kenapa bisa tiba-tiba mati sih. " kata Arin basa- basi memanyunkan bibirnya kesal.
Alex pun tersenyum dan kembali fokus dengan menyetirnya. " Ada sesuatu dengannya, aku merasa ada niat buruk yang ada dipikirannya, syukurlah dia tak curiga tadi. " bathin Arin menatap jalan yang asing baginya. Ada alasan kenapa Arin menghubungi Sofia.
Flashback 15 menit sebelum Arin menelfon Sofia...
" Lex..arah rumahku belok kanan. " kata Arin menunjuk jalan namun Alex malah berbelok kearah yang berlawanan.
Alex mengangguk, " Iya aku tahu. " kata Alex masih sibuk menyetir.
" Lalu..kita mau kemana? Hari udah malam, Lex. " Arin menatap Alex bingung.
" Terus..kalau malam kenapa? Tadi saja aku tak bisa menikmati kencan ini bersamamu. "
Arin memutar bola matanya jenuh, " Kalau soal kencan kan bisa minggu depan, Lex, sekarang hari udah malam, ibuku juga di rumah sendirian. " Arin ngotot ingin segera pulang.
Alex menatap Arin sambil tersenyum, " Bukankah sekarang kamu punya kakak? Biar kakakmu yang menjaga ibu di rumah, hmm.. "
" Senyum nya itu,seperti ada niat lain. " bathin Arin mengalihkan pandangannya dari Alex.
" Haahh..baiklah..maafkan aku, aku ingin mengenalkanmu dengan orang tuaku. " Alex menggenggam erat tangan Arin.
" Orang tuamu?" tanya Arin bingung karena seingatnya orangtua Alex sudah tiada.
" Iya, memangnya kenapa? " tanya Alex penuh selidik.
Arin menggeleng lalu tersenyum, " Kukira orang tuamu masih di Amerika, karena kamu pindahan dari sana. Aku tidak sabar bertemu dengan orangtuamu. "
" Baiklah. " Alex mengelus kepala Arin lalu kembali menyetir.
" Bukankah orang tuanya sudah meninggal? Aku harus menghubungi kakak. " bathin Arin lalu mengeluarkan smartphonenya dari tas. Tapi itu hanya alibi agar ia bisa mengeluarkan ponsel jadulnya dari saku agar perhatian Sam teralihkan pada smartphonenya dengan cepat Arin menekan tombol 1. Setelah merasa panggilannya tersambung, Arin memasukkan kembali ponsel jadulnya sambil terus menggerutu karena smartphonenya tidak bisa menyala. Arin sudah yakin ini pasti ulah Alex saat mereka akan masuk ke rumah hantu tadi.
" Pria ini memang psikopat. "bathin Arin menatap pantulan wajah Alex di kaca mobil.
" Nah..Arin..kita sudah sampai. " Alex membukakan pintu mobil bagi Arin.
Arin melongo takjub. " Di sini? Wah...rumahmu besar. Tapi, kenapa disini rasanya sangat sepi? "tanya Arin takut memeluk dirinya.
" Yah..area disini memang sepi jika sudah malam, apalagi area perumahan sebesar ini sudah dibeli oleh orangtuaku. Ayo masuk, mereka pasti sudah menunggu di dalam. " Alex menarik tangan Arin perlahan. Arin mengigit bibirnya gugup. Arin merasa sangat ketakutan.
" Mom...Dad....I home now!!! " Teriak Alex sambil membuka pintu.
Hening. Tak ada seorang pun yang menjawab perkataan Alex.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kiss To The Money
RomanceTidak ada yang tahu bagaimana nasib akhir dari seorang mantan model dan siswi tercantik, Ariniya Fresnel. Arin harus berhadapan dengan seorang badboy, Sam Benedict, agar ia bisa membiayai pengobatan ibunya. Dengan satu syarat yaitu Arin harus menjad...