60 ( REVISI )

18.6K 490 0
                                    

Sam mulai membuka matanya perlahan, kepalanya sangat pusing, mungkin efek karena kepalanya terbentur saat jatuh.

" Sudah bangun, Beauty Sleeping?" tanya Arin dengan tatapan mengejek.

" Apa maksudmu?" tanya Sam bingung.

Arin menghela nafas panjang, " Kata dokter kepalamu hanya terbentur sedikit tapi kau tertidur selama 2 hari, ya ampun..padahal dokter tidak memberimu obat bius atau semacamnya hingga kamu tertidur selama itu. Jika jantungmu tidak berdetak mungkin aku sudah mengiramu meninggal mengikuti Alex. " jelas Arin mengupas apel.

" Tapi, kenapa aku bisa pingsan? " Sam mencoba mengingat tapi dia hanya ingat saat dia terjatuh dan pingsan.

" Masih tidak ingat? Bagaimana dengan tong sampah? Ingat? "

Sam mengernyitkan dahi berusaha mengingat dan akhirnya matanya melebar ketika potongan memorinya mulai membentuk sebuah rekaman kejadian. Sam meruntuki dirinya sendiri, Sam ingat hari itu dia belajar naik sepeda karena usul dari Rangga. Saran Rangga lamaran akan terasa sangat indah jika kamu membawakannya dengan indah. Kenapa harus sepeda? Itu adalah saran Dheo, katanya tidak ada wanita yang tidak suka sepeda apalagi jika Sam membonceng Arin lalu di pertengahan jalan, Sam tiba-tiba mengatakan ingin selalu bersama dengan Arin maka itu pasti menggoyahkan hati Arin karena suasana yang terbentuk sangat indah. Tapi, kendalanya adalah Sam malah mengendari sepedanya terlalu cepat, rem sepedapun ternyata belum diperbaiki oleh Dheo sang pemberi saran lamaran indah dengan sepeda lalu ditambah ide Rangga yang memaksanya melamar Arin di taman tapi hari itu sorenya malah hujan lebat dan Rangga temannya yang sok romantis tetap bersikeras mengajak Sam menjalankan rencananya karena menurut lamaran dua hari yang lalu adalah hari indah untuk lamaran.

" Dasar anak-anak bodoh itu!!! " Teriak Sam marah mengepalkan tangannya.

" Jangan terlalu banyak bergerak, Sam. Lihat infusnya tertarik. " Kesal Arin menyuruh Sam kembali tidur.

" Tolong suapi aku. " Rengek Sam manja membuka mulutnya meminta apel yang sudah selesai dipotong oleh Arin.

Arin mendecak pelan tapi ia tetap menyuapkan potongan apel pada Sam, " Padahal yang terluka bukan tanganmu, kamu bisa menyuapi dirimu sendiri. "

" Apa salahnya manja pada calon ... " Sam langsung berhenti berbicara, hampir saja dia membocorkan rahasianya.

" Calon apa?" goda Arin yang sudah mengetahui Sam akan melamarnya sejak kemarin. Saat itu ia ingin mengambil ponsel Sam yang tertinggal di rumah Dheo tapi ia malah menemukan sebuah kotak kecil dengan sepasang cincin berhiaskan ukiran bunga sakura namun bagi Arin cincin itu juga terlihat seperti ukiran bunga melati dan yang membuat Arin yakin bahwa cincin itu memang ditunjukkan padanya adalah ukiran hiasan nama dengan inisial A&S.

" Aku tidak membicarakan calon. " jawab Sam berusaha tetap tenang.

" Aku tahu kamu akan melamarku bukan? " kata Arin dengan rasa percaya diri.

Sam yang melihat Arin begitu percaya diri, menimbulkan ide jahilnya menari dalam benak Sam.

" Apa maksudmu? Melamarmu?" kata Sam penuh tanya.

" Jangan pura-pura tidak tahu aku sudah lihat cincin nya dan itu bernisial AS. Apalagi aku mendengar dari Rangga kamu akan melamarku. " jawab Arin.

Sam menjentikkan jarinya, " Jika AS itu mempunyai arti yang lain, bagaimana? " tanya Sam dingin.

" Arti lain?" tanya Arin bingung hingga keningnya berkerut.

" AS itu artinya Anantasia dan Sam bukannya Arin dan Sam," jawab Sam cuek.

Arin melebarkan matanya, " Apa maksudmu Anantasia siapa dia? " tanya Arin semakin bingung.

" Anantasia itu tunanganku. "Bjawab Sam singkat.

PRANGGG!!

Arin tanpa sadar menyenggol sebuah vas cantik hingga jatuh ke lantai dan hancur berkeping-keping. " Jadi maksudmu, Anantasia tunangan mu? Lalu kenapa kau mendekatiku, brengsek!!" teriak Arin marah.

" Aku ingin melamarmu untuk jadi istri ke-2 ku," jawab Sam dingin padahal dalam hati dia sedang berusaha agar tidak tertawa.

Arin melebarkan matanya kearah Sam, " Istri ke-2, pantatmu. Aku tidak sudi jadi yang kedua bahkan dalam mimpi terburukmu sekalipun, aku tidak mau!! "

" Dan sejak kapan kau mencintai Anantasia kesayanganmu itu? Kau selalu mengatakan bahwa kau mencintaiku dan akan tetap mencintaiku. Dasar you f**k, penggoda para wanita atau mungkin saja para lelaki pun kau goda ya.." lanjut Arin dengan nada suara lembut tapi mengejek.

" Yah..bagaimana aku menjelaskannya ya, kau tahu apa jadinya jika seorang pria terlalu lama sendiri. " Sam mengangkat bahunya, " Bahkan tanpa aku sadari, aku sudah mencintai Anantasia,selama 6 tahun tanpa dirimu. Anantasia lah yang menemaniku selalu. " Sam tersenyum sambil mengingat sesuatu di pikirannya, "Aku sangat suka ketika dia memanggilku woof dan aku pun ikut memanggil nya Coco karena ia sangat menyukai coklat. " Lanjut Sam sambil terkekeh seakan dia selalu tersenyum jika mengingat Anantasia padahal dia hanya ingin menyalurkan kegelian karena telah menipu Arin dengan ceritanya.

" Coco? Kau tahu itu seperti nama hewan yang selalu menjaga apartemenku atau lebih jelas nya woouu..anjing. " ejek Arin padahal ia sangat cemburu

" Dia memang anjing,sweetheart. " Kekeh Sam dalam hati sambil tersenyum.

" Sudahlah..aku tidak mengerti dengan cara pikirmu, jika kau memang ingin menikah denganku, pilih antara aku atau Anantasia karena aku hanya ingin menjadi satu-satunya. " kata Arin lalu ingin pergi karena sudah cukup hatinya sudah memanas dari tadi.

" Tunggu. " Sam meraih lengan Arin. " Maaf, aku berbohong. Anantasia bukan manusia. "

Alis Arin terangkat, " Bukan manusia? Kalau begitu siapa ? "

Sam membuka ponselnya dan memperlihatkan sebuah foto pada Arin, " Ini Anantasia? "Arin menatap Sam tidak percaya. Sam mengangguk pelan. " Kenapa bisa kau menamai anjingmu dengan nama Anastasia sih? " Decak Arin menggeleng pelan.

Sam meletakkan ponselnya kembali ke meja lalu meraih tangan Arin. Tangannya terasa sedikit ngilu karena saat mengejar Arin tadi, dia melepas infusnya tanpa sadar.

" Maaf aku menjahilimu tadi, maaf ya. " Sam mengusap tangan Arin yang mengangguk pelan. " Masalah cincin itu, aku tidak akan terburu-buru melamarmu. Memang benar, niat awalku ingin segera melamarmu tapi saat kupikirkan kembali, egois jika aku terburu-buru menjadikanmu istriku, bukannya aku tidak ingin juga kamu menjadi istriku. " Sam menggaruk lehernya. " Aku sangat ingin harapan itu segera terwujud tapi mimpimu baru saja akan dimulai. Aku tidak ingin merebut mimpimu terlalu cepat. Jadi aku akan menunggumu disini. Akan selalu menunggumu jadi fokus pada karirmu dulu. Tapi, jangan terlalu lama juga menggantungkanku ya. " Sam melepas tautan tangannya lalu mengambil sesuatu dari dalam tas miliknya.

Kotak cincin yang kemarin dilihat Arin di mobil Sam, " Ariniya Fresnel maukah kamu menikah denganku? Ini bukan berarti kita harus segera menikah seperti janjiku tadi, aku akan menunggumu. Setidaknya ini akan menjadi tanda bahwa kita akan berkomitmen untuk tetap bersama. Maukah dirimu, Arin? " Sam menelan ludah berat. Jantungnya berdegup kencang. Meskipun dia sudah yakin dengan permintaannya pada Arin tapi tetap saja dia masih merasa dirinya belum sepenuhnya dapat mengisi hati Arin masa kini.

Arin tersenyum lebar dan mengangguk pelan, " Aku mau. " Kata Arin lalu memeluk Sam yang masih terpaku.

" Benarkah, kamu mau Arin? " Sam membalas pelukan Arin erat.

Arin mengangguk lagi, " Tentu saja, aku sangat yakin. "

" Terimakasih Arin. " Sam melepas pelukannya dan mengecup kening Arin lama. " Terimakasih sudah hadir dalam hidupku. "

Kiss To The MoneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang