Sam duduk dengan canggung, tapi sang kakek menepuk pundaknya sambil tersenyum. " Jangan canggung, kau tidak akan bisa menipunya jika bersikap seperti ini. Ceritakan saja hari-harimu saat menuju kesuksesanmu. Apa luar negeri sangat indah? " Tanya kakek itu santai. Sam juga berusaha untuk tidak canggung dan mulai menikmati obrolannya bersama dengan sang kakek. Bel pintu berbunyi lagi, kali ini nenek berjalan pelan dan membuka pintu tersebut.
" Ahh anak muda tampan lagi, apa kau ingin makan saja di restoran kami atau ingin menginap juga? " Tanya sang nenek ingin melihat wajah Alex lagi tapi pria itu menunduk dalam dan menutup wajahnya dengan topi.
" Saya hanya ingin makan. " Kata Alex dengan suara yang diberatkan sambil melirik ke arah Sam.
" Baiklah, silahkan duduk di manapun kamu suka, nenek akan membawakan menunya. " Sang nenek berjalan kearah dapur sedangkan Alex memilih duduk di bangku agak jauh dari Sam.
Tahu Alex duduk tidak di tempat yang disuruh oleh Rei, Sam mengecilkan suaranya dan tertawa kecil terkadang bersama dengan sang kakek.
Alex mendekatkan kepalanya sedikit kearah meja Sam tapi tetap saja tidak terdengar karena sang nenek menyalakan lagu lama dengan nada yang sedikit keras.
" Ini menunya, nak. Kamu yang makan apa? " Tanya nenek itu ramah.
" Apa kau tidak bisa mengecilkan suara musiknya? " Tanya Alex dengan nada marah.
" Apa??! Nenek tidak mendengarmu dengan jelas. Telingaku agak sakit. " Nenek itu tersenyum lebar. " Jadi kamu makan apa? " Desak nenek itu.
" Haah, apa saja. Terserah saja. " Jawab Alex cepat tidak peduli.
" Baiklah. " Nenek itu tersenyum lagi sebelum menutup keras menunya.
Sam mendecak kesal karena daritadi dia tidak bisa mendengar jelas suara Sam karena itu dengan perlahan dia berpindah duduk hingga akhirnya duduk di meja yang tadi ditunjuk oleh Rei.
" Karena itu saya ingin membunuhnya, Kek. " Kata Sam dengan suara keras dan menatap Alex senang. " Selamat tinggal. " Alex melebarkan matanya dan ingin segera lari tapi ternyata kursi itu diolesi lem bening, tubuhnya tidak bisa digerakkan. Sebelum Alex berlari dengan kursinya, lantai pijakannya terbuka hingga dia terjerembab ke lantai dasar. Patahan kursi menghantam tubuhnya.
" Ohok..ohok.. " Alex terbatuk keras karena sesuatu menghantam perutnya tadi. Ternyata itu kursi besi yang terletak di lantai dasar tersebut. " Dasar Brengsek!!! Berani-beraninya kau berbuat begini padaku!!! Sialan!!! Akan kubunuh kau!!! " Teriak Alex yang tangannya terkepal terekat lem.
Alex mengedarkan pandangannya ke sekitar, " Apa ini sel?? Sialan!!! Lepaskan aku!!! " Teriak Alex menghantamkan tubuhnya pada sel berharap itu terbuka.
Sam berjalan perlahan ke arah Alex yang sudah berdarah akibat menghantamkan dirinya sendiri. " Bagaimana perasaanmu saat berada didalam sel tersebut? Bukankah ini gayamu? Selalu menahan para gadis di tempat sempit. " Kekeh Sam.
" Sialan!!! Semua orang yang berada didekatmu akan kubunuh!!! " Teriak Alex keras yang langsung terdiam karena perutnya disodok kayu oleh Rei.
" Dasar psikopat gila!! Aku ingin memukulnya tapi jika aku masuk dia bisa kabur nanti. Hanya ini caranya melampiaskan kemarahanku. " Rei menghisap rokoknya.
" Kita tinggalkan dia sebentar, ayo George sudah datang. " Rei mengajak Sam keluar tapi Sam enggan meninggalkan Alex. Bagaimana jika pria itu lari? Dia punya seribu cara untuk lolos dari kematian.
Rei menepuk pundak Sam, " Tenang saja, ada bom yang terpasang di sisi luar sel. Jika dia melewati garis itu maka akan boom. " Rei menggores lehernya dengan tangannya dan menunjuk Alex dengan dagunya. " Dia akan mati. Jika berniat kabur. " Rei mendorong tubuh Sam keluar dari ruangan tersebut.
" Tapi kenapa tadi kita baik-baik saja saat melewati garis tersebut? " Tanya Sam bingung.
" Bom nya akan meledak jika kamu melewati garis dari sisi kiri yaitu dari sisi sel jika dari sisi kanan tidak akan apa-apa. " Jelas Rei. " George sudah menunggumu. " Sam mengangguk dan masuk perlahan kedalam ruangan bertuliskan majesty tadi.
" Tuan George? " Kata Sam pelan pada orang yang duduk membelakanginya. Pria itu membalikkan tubuhnya dan tersenyum.
" Allen??!! " Sam menutup mulutnya tidak percaya. " Kamu George? "
Allen mengangguk, " Ini identitasku sekarang. Jadi berhenti memanggilku Allen. Aku tidak ingin dicap idiot lagi dengan nama itu. "
Sam mengangguk paham, " Baiklah, George. Aku tidak akan bertanya bagaimana caramu selamat dari hukuman mati itu tapi aku ingin bertanya bagaimana keadaanmu? Kamu pasti sangat ketakutan saat itu. " Sam menepuk pundak Allen prihatin.
" Tidak perlu mengasihaniku, pikirkan saja keadaanmu saat ini. Apa kau benar-benar yakin untuk membunuhnya? "
Sam mengangguk yakin, " Aku sangat yakin. Aku tidak bisa membiarkannya masuk sel lagi. Percuma saja. Dia tidak akan pernah berhenti untuk membunuh. Tapi, jika boleh tahu kenapa Alex bisa memiliki gangguan seperti itu? Apa mungkin dia pernah disiksa dulu? " Tanya Sam ingin tahu.
Allen menghela nafas, " Aku tidak begitu ingat karena dari dulu aku selalu dipisahkan dari Alex karena aku idiot. Tapi, aku ingat dia selalu diberi pengajaran rutin oleh seorang wanita. Dia guru privat Alex. Aku pernah lihat sekilas. Saat itu aku ingin mengambil mainanku yang jatuh didepan kamar Alex tadi malam. Dulu aku sering diajak main bersama saat malam hari oleh Alex, tapi itu semakin jarang dilakukan saat dia mulai les privat. Padahal saat itu dia baru berusia 4 tahun tapi orangtua kamu terlalu memaksanya belajar. Aku melihat wanita itu menyiksanya dengan cara kau tahu apa itu yang sering dilakukan Alex saat ini para para gadis. Mungkin karena itu. "
Sam menunduk dalam, " Lalu, wanita si guru privat itu bagaimana? "
Allen menggeleng, " Aku tidak tahu bagaimana bisa dia mati tapi dia melompat dari lantai 3 rumah kami yang dulu karena itulah keluarga kami berencana pindah dan membeli rumah di Indonesia saat itu, meskipun akhirnya kembali lagi ke Amerika. "
" Aku tahu mungkin kamu mulai merasa kasihan pada Alex tapi jangan mengasihaninya, dia tidak akan bisa berubah. Kita sudah terlalu baik memberinya banyak waktu untuk berubah tapi percuma kita malah merugikan banyak orang karena banyak gadis yang dibunuhnya disaat kita memberi dia kesempatan. " Jelas Allen menenangkan Sam yang mulai kasihan pada Alex.
" Satu lagi, aku tadi Ingi menunjukkan ini. " Allen menyerahkan sebuah foto kamar gelap.
" Ini dimana? " Tanya Sam bingung karena tiap sudut kamar itu diisi foto dirinya, Arin, Sofia, Emily dan banyak lagi. Ada juga foto para gadis yang sudah menjadi target pembunuhannya.
" Tempat ini berada di bawah tanah rumah kami dulu. Aku tidak percaya dia membangun ruangan kembali di tempat yang dilarang pembangunan itu. Disana kami hanya bisa menyelamatkan satu orang gadis yang dikurung. Ada dua orang gadis lagi tapi sudah tidak bernyawa, yang satu sudah dipotong jadi beberapa bagian yang satu lagi meninggal saat dia perkosa pagi ini. " Allen menutup wajahnya tidak percaya.
" Seharusnya aku bisa lebih cepat!! " Sam memukul meja tidak percaya.
Tiba-tiba suara keras menggelegar. " Apa itu??!! " Sam langsung berlari keluar dan mendekati kamar sel tempat Alex dikurung tadi tapi sesuatu menggelinding kearahnya. Sam menutup mulutnya, itu kepala Alex yang sedang mengganga. Semua orang disekitar Sam langsung berlari kedalam kamar untuk menjinakkan bom yang mungkin akan meledak lagi. Jika bom meledak lagi maka suaranya akan terdengar sampai keluar dan akan menimbulkan kegaduhan karena alat kedap suara sudah rusak.
Sam mengulurkan tangannya dan mengusap wajah Alex menutup matanya. " Terimakasih sudah pernah menjadi temanku dan maaf aku melakukan ini. Hanya ini caraku untuk menyelamatkan orang yang akan menjadi targetmu selanjutnya dan juga menyelamatkan jiwamu yang sudah rusak dari kecil. "
KAMU SEDANG MEMBACA
Kiss To The Money
RomanceTidak ada yang tahu bagaimana nasib akhir dari seorang mantan model dan siswi tercantik, Ariniya Fresnel. Arin harus berhadapan dengan seorang badboy, Sam Benedict, agar ia bisa membiayai pengobatan ibunya. Dengan satu syarat yaitu Arin harus menjad...