41 ( REVISI )

21.3K 581 4
                                    

Sam tersenyum canggung dan berjalan pelan kearah Sofia. " Arin tolong bawa Lyra ke apartementmu dulu, disana juga ada ibu. Kakak perlu ke rumah kakak yang ada diujung jalan. " Ujar Sofia tegas.

" Rumah kakak? Sejak kapan kakak beli rumah dan apa arti tatapan membunuh kakak itu pada Sam. " Bisik Arin dan dihadiahkan tatapan tajam oleh Sofia.

" Jika kamu tidak ingin ku beberkan pada Sam bahwa adikku yang tersayang ini tidak amnesia sebaiknya ikuti perintah kakak. " Kata Sofia dengan nada penekanan di kalimat amnesia. Arin langsung menurut dan membawa Lyra ke apartementnya.

Setelah memastikan Arin sudah menghilang dari pandangannya, Sofia langsung mendekati Sam dengan tatapan menyelidik dari atas hingga ke bawah.

" Ikut aku dan jelaskan ini semua. " kata Sofia tegas lalu pergi diikuti oleh Mahesa yang menarik Sam . Mau tak mau Sam terpaksa mengikuti Sofia.

Sesampainya di dalam rumah Sofia. Sam melihat sekeliling rumah. " Waah, akhirnya kau bisa mewujudkan keinginanmu ya Sofia. Lihat rumah yang hangat dan juga keluarga kecil. Bahkan kau juga hamil anak kedua." Kata Sam tersenyum bangga.

" Begitulah Sam, ini semua karunia Tuhan. " Jawab Mahesa menepuk pundak Sam dan menyuruh Sam duduk di ruang tengah, Mahesa duduk di sebelah Sam. Sedangkan Sofia duduk di kursi sofa didepan Sam dengan tatapan yang tidak bersahabat.

" Apa maksud semua ini!!? Bukankah kau sendiri yang menginginkan untuk jauh dari Arin, tapi kenapa sekarang malah kau yang mendekati Arin?" tanya Sofia marah tidak bisa lagi menahan amarahnya.

" Itu tidak disengaja, aku tak sengaja bertemu dengannya kemarin. " kata Sam menunduk.

" Jika kau tak sengaja bertemu dengannya, seharusnya kau bisa menghindari Arin sesudah itu bukan? " Jawab Sofia sinis.

Sam mengangkat kepalanya dan menatap Sofia serius, " Soal itu aku minta maaf, aku sudah mencobanya tapi hatiku tidak dapat berkompromi saat aku melihat matanya. "

Sofia menghembuskan nafasnya gusar, " Jika kau memang mencintainya, kenapa kau tidak datang saat itu, hampir setahun dia koma tapi kau bahkan tidak pernah menjenguknya sekali pun, aku sedikit berharap kau akan menemuinya saat dia siuman, apalagi Alex juga sudah ditahan di Amerika tapi harapan ku pupus seketika. " jelas Sofia sambil mengelus perutnya.

" Maaf " kata Sam singkat namun ada nada penyesalan yang teramat dalam.

" Maaf ? Cuma itu kah ? "tanya Sofia dengan suara yang meninggi.

Mahesa langsung mengusap pundak Sofia menenangkannya, " Sofia..cukup..biar aku yang berbicara dengan Sam nanti, ayo kekamar dulu, aku buatkan teh untukmu ya. " Sofia menurut sambil mengelus perutnya. Lagipula bisa berbahaya jika dia terus marah seperti ini. " Aku perlu membasuh wajahku. " Sofia beranjak dari duduknya. Mahesa membimbing Sofia ke kamar mandi lalu ke kamar tidurnya. Setelah itu dia menyeduh teh untuk Sofia dan diantarkan ke kamarnya.

" Maafkan sikap Sofia, dia mungkin terlihat sangat membencimu tapi yakinlah itu hanya karena ia sangat menyayangi Arin apalagi sekarang ia juga seorang ibu dan juga sedang hamil, jadi malukmi saja ya Sam, perasaannya sangat sensitif di masa kehamilan ini. " jelas Mahesa memberikan segelas soda lemon untuk Sam.

Sam menggeleng, " Tidak apa bang Mahesa, aku mengerti, wajar saja Sofia marah karena aku yang salah. " kata Sam menundukkan kepalanya lagi.

Mahesa menepuk pundak Sam, " Jangan menunduk terus, Dik. Jika kamu memang mencintai Arin, itu artinya artikel tentang dirimu gay, itu salah besar bukan?" canda Mahesa.

Sam tertawa keras, " Hahaha..itu memang salah, tapi aku juga bingung kenapa para wartawan itu mudah sekali menciptakan sebuah berita yang bahkan belum dapat dipastikan itu benar atau tidak
" Ujar Sam menghentikan tawanya karena Sofia yang melotot tajam di luar pintu kamarnya sebelum akhirnya masuk lagi kekamar.

Sam menelan ludahnya berat, " Kemana hilangnya Sofia yang barbar tapi lembut. Dia malah keliatan seperti gorila. " Bathin Sam bergidik takut.

" Menurutku tidak salah semua orang beranggapan dirimu gay, karena menurut semua fakta, kau itu orang yang cuek,dan bahkan tak pernah terlihat dekat dengan wanita manapun, pegawaimu pun kebanyakan pria. " kata Mahesa.

Sam mengedikkan bahunya acuh, " Aku hanya tidak ingin terganggu karena kebanyakan gadis sekarang adalah gadis penggoda. " Sam meminum segelas sodanya dalam sekali teguk untuk menghilangkan kecanggungannya berada disini. Untung saja ada Mahesa yang sedikit menghilangkan rasa canggung itu.

Mahesa tertawa kecil, " Kau sekarang jenuh dengan wanita penggoda padahal dulu kau adalah seorang badboy. " Mahesa menekankan kata badboy. " Aku masih ingat saat pertama kali Rangga mengajakmu main kerumah kami, sangat urakan dan mencerminkan lelaki nakal. "

" Sudahlah, itu juga kenangan masa laluku tapi sekarang aku harus menjauhi Arin. " kata Sam berdiri dari duduknya.

" Kamu sudah mau pulang, Sam? Kau bahkan belum setengah jam disini. " Mahesa menyusul langkah Sam.

Sam mengangguk, " Akan ada meeting 16 menit lagi, asistenku juga sudah datang, lagipula aku tidak bisa menyetir, abang salah memberikan minuman padaku, itu bukan soda tapi soju. " Mahesa terperangah menepuk keningnya, " Maaf, sepertinya aku salah memberi minuman. " Ujar Mahesa menyesal.

"Tidak apa-apa bang, aku pergi. " lanjut Sam ingin berbalik pergi.

" Tunggu " henti Sofia yang saat ini berdiri di belakang Mahesa. " Apa hanya ini yang ingin kau katakan? " Tanya Sofia.

Sam mengangguk, " Bukankah kamu sendiri yang menyuruhku menjauhi Arin bukan? " jawab Sam menundukkan kepalanya.

" Aku kira kau akan tetap ngotot mendekati Arin. " ejek Sofia.

" Ya, terserahmu ingin berpikiran apa tentang diriku, aku yakin jika aku memang ditakdirkan dengan nya, dia akan kembali mengingatku, namun saat ini, aku tidak ingin lagi dia kesakitan dengan berusaha mengingatku. " kata Sam tersenyum pada Sofia. " Jika ada, aku ingin dia bertemu dengan yang lebih baik dariku. Kamu tahu sendiri Sofia, aku banyak memberi luka pada Arin. " Sam bergegas keluar dari rumah Sofia karena asistennya sudah menunggu cukup lama.

Sofia mengacak rambutnya frustasi, " Haaah..dia membuatku gila. " kata Sofia geram.

" Ternyata dia memang sudah dewasa sekarang. Meskipun sejak pertama kali bertemu, Sam memang jauh dewasa dari umurnya. " kata Mahesa merangkul bahu Sofia lalu mengelus perut Sofia.

Sofia mengangguk setuju, " Aku tidak mengira bocah culun itu ternyata mencintai Arin dengan tulus. Tapi sayangnya Sam tidak tahu bahwa Arin sama sekali tidak amnesia. "

Mahesa tertawa kecil, " Itu terjadi juga karena kesalahannya yang tidak ingin bertemu Arin bukan. "

" Semoga saja mereka bisa bersama kali ini di waktu yang tepat ya, suamiku. " Sofia memeluk Mahesa.

" Apa kita harus menjemput Lyra sekarang? " Mahesa menatap Sofia dengan tatapan sendu.

Sofia menyipitkan matanya, " Harus, kita akan menjemputnya sekarang. "

Mahesa tertawa kecil, " Ayolah sayang, lagipula disana ada bibi Arin dan nenek kesayangan Lyra. Sedangkan aku disini mengharapkan istriku tersayang sendirian. Tenang aku tidak akan menyakiti bayi ini. " Mahesa tersenyum lembut sebelum menarik Sofia lembut ke kamar tidur mereka.

Kiss To The MoneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang