21 ( REVISI )

24K 608 11
                                    

Arin ingin kembali ke bawah tapi Sofia menahan tangannya. " Kak, lepasin aku harus nolong Sam. " kata Arin menarik lengannya yang ditahan Sofia. Tapi Sofia malah mengambil kedua pisau yang digenggam Arin dan meletakkannya ke lantai.

" Kita pergi sekarang. " Sofia menarik lengan Arin menuju teras.

" Tunggu. " Arin melepaskan genggaman Sofia. " Kita harus menolong Sam, dia tidak mungkin menang melawan Alex. " kata Arin panik.

" Kita akan hubungi polisi,oke..? Tapi sekarang kita harus pergi. " jawab Sofia kembali menarik lengan Arin.

" Polisi butuh waktu yang lama ke sini, apalagi disini tempat yang tidak lagi dihuni, aku..aku..harus masuk. "Arin menyentakkan tangan Sofia lalu ingin berlari masuk.

PLAAAKKK!!!

" Apaan ini, kenapa kau malah menamparku?" tanya Arin marah.

" Kau tidak bisa berpikir jernih haah. " kata Sofia marah. " Jika kau masuk sekarang, Sam akan semakin kesulitan, dia sendiri saja sudah kesusahan melindungi dirinya sendiri dari Alex, apalagi ditambah dengan dirimu masuk kesana, bukannya menolong, kau malah akan menjadi beban, meskipun kita berdua, kita tetap wanita, tenaga kita tak sebanding dengan pria, apalagi itu seorang psikopat. " lanjut Sofia.

Hening.. Arin hanya terdiam, air matanya mengalir deras.

" Maaf..maafkan aku sudah menamparmu, aku hanya tidak ingin kita semua terluka akibat ulah Alex. " Sofia mengusap air matanya adiknya.

Arin menggeleng, " Tidak..kakak tidak bersalah sama sekali, aku yang minta maaf, aku sangat cemas, jadi tidak berpikir jernih. "

" Sekarang..ayo kita pergi dulu, Sam punya pertahanan diri, dia memakai baju anti peluru. " bisik Sofia." Kita akan menyusun rencana bersama yang lainnya dulu. " lanjut Sofia masuk ke mobil disusul oleh Arin.

" Rin..bukannya aku tidak ingin membantu Sam, tapi dia berpesan tadi padaku,agar membawamu jauh dari sini dan setelah kita jauh dari area ini baru kita laporkan ke polisi. " Sofia melajukan mobilnya. Arin menatap lama rumah Alex yang semakin tertinggal dibelakangnya. " Tenang saja, Sam sudah memasang pelacak pada tubuh psikopat itu. "

" Kenapa harus nanti melaporkannya, kak?" tanya Arin.

" Agar Alex tidak tahu kita melaporkannya jika dia tahu dia pasti akan mencari alibi dan pembelaan, kamu tahu bukan kuasa Alex di Indonesia sangat berpengaruh karena orangtuanya. " Jelas Sofia sambil melajukan mobilnya semakin menjauh dari sana.

Di Apartement Rangga.
Semuanya sudah berkumpul..

" Rin...apa luka ini sakit?" tanya Chindy mengusapkan salep pada luka yang ada di tangan, wajah dan kaki Arin. Tapi, Arin hanya diam.

Sofia memberi isyarat mengangguk perlahan pada Chindy agar membiarkan Arin sendiri dahulu.

TRIINNGGGG

Arin langsung mengangkat ponselnya, tanpa melihat siapa yang menelponnya.

" Halo "

" Akkhhh "

" Sam!! " Teriak Arin menyadari suara rintihan kesakitan di seberang sana adalah suara Sam.

" Hahhahaha..mati kau. " Suara Alex terdengar senang.

" Akkhhh. "

" Sam...Alex!!!Stop it!! "

" Ternyata kau menelfon Arin,haahh. "

" Akkhhhh..haahh..hahh.. "

" Apa yang kau lakukan Alex?!!! " Arin menangis sesenggukan.

" Hanya bersenang-senang sayang,jika kamu ingin melihat apa yang terjadi,kenapa tak kesini. "

Kiss To The MoneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang