47 ( REVISI )

19.6K 548 1
                                    

Para wartawan yang kebingungan dengan Arin yang pergi mengejar Tia mulai ribut hingga Sam menyuruh mereka semua untuk diam.

" Tapi ada hal yang lebih penting, meskipun saat ini Arin tampak menyangkal hubungan romantis saya dengannya tapi yakinlah bahwa saya akan membuat Arin mengakui itu. " Kata Sam sambil tersenyum lebar. " Dan juga bagi siapapun yang menyebarkan rumor tidak berdasar pada Arin, mulai saat ini saya akan mengajukan tuntutan pada siapapun yang merusak mental maupun fisik Arin. Sebelumnya Arin memang tidak ingin menuntut karena kondisi sang pelaku. Tapi saya berbeda dengan Arin. Jadi jangan harap untuk berbuat jahat lagi pada Arin. " Ujar Sam lagi lalu membungkuk dalam menutup acara pers mendadak dengan baik.

Arin melotot tidak percaya dengan rekaman video tayangan ulang acara pers yang dilewatkan oleh Arin.

" Bisa-bisanya kau malah mengatakan hal ini!! " Teriak Arin tertahan sambil berjalan mondar mandir di ruang rias miliknya. Saat ini mereka berdua sedang berbicara di ruang rias aktris Arin karena Sam yang ingin berbicara dengan Arin begitu juga dengan Arin.

" Kita memang masih berkencan bukan? Kita belum pernah berpisah sejak kejadian di rumah hantu, kamu masih ingat, bukan, Arin-ii ? " Sam mendekatkan tubuhnya pada Arin yang duduk di kursi dekat meja rias.

Arin memundurkan wajahnya, "Kenapa de..ee..kkat sekali.. ? " Kata Arin terbata. " Lalu apa maksudmu dengan kejadian rumah hantu aku bahkan tidak ingat itu. " Arin memegang kepalanya berakting seakan-akan kepalanya sakit.

Sam masih di posisinya, berdiri didepan Arin yang masih duduk di kursi dengan badan yang dicondongkan pada Arin dan tangan Sam yang bertumpu pada meja rias dan belakang kursi Arin. " Jangan berakting. Aku tahu kamu tidak melupakanku. " Bisik Sam di telinga Arin yang masih memejamkan matanya. " Apa menyenangkan melihatku menderita memikirkan dirimu yang melupakanku? " Tanya Sam.

" Bukan begitu, ini juga salahmu. " Arin membuka matanya dan melebarkan matanya pada Sam yang menatapnya teduh. " Kau memikirkan penderitaanmu mengharapkan aku mengingatmu sedangkan dirimu bahkan tidak pernah mengingatku selama 6 tahun ini. Kemana saja kau???!! Disaat aku berjuang antara hidup dan mati, bahkan dirimu tidak pernah muncul. Lalu sekarang kamu mengharapkan aku kembali mencintaimu. Tidak semudah itu Sam. Baik dulu maupun sekarang kau tidak berubah. Selalu memandang diriku gampang untuk kau pikat. " Kata Arin dengan nafas menggebu dan penuh penekanan.

Sam menghela nafas, " Aku memang salah tidak menemuimu. Selain perasaan bersalahku membuat dirimu mengalami semua hal buruk juga takut kemungkinan lain bahwa Alex masih memantau kita melalui orang lain. Aku takut diriku malah membuat dirimu terluka. Aku memang pengecut yang bahkan tidak bisa melindungimu. Tapi aku tidak pernah meninggalkanmu sendirian. Aku selalu didekatmu meski tidak terlihat olehmu. " Kata Sam menjauh dari Arin dan duduk kembali di kursinya. " Aku sama sekali tidak pernah memandangmu gampang karena bagiku baik dulu maupun sekarang hanya kamu yang kulihat. "

Arin mengigit bibir bawahnya berusaha menahan air matanya yang akan jatuh. " Meskipun berat, tolong beri aku kesempatan terakhir, Arin. Aku tahu ini hal yang egois untuk kuucapkan tapi aku tidak bisa lagi melepasmu, Arin. " Ujar Sam menatap Arin yang juga menatapnya.

" Aku belum bisa menerima cintamu. " Arin mengalihkan tatapannya ke meja rias. " Kamu tahu sendiri sudah lama aku tidak bertemu langsung denganmu. Sulit bagiku menerima semua hal ini. Meskipun aku tidak melupakanmu. Hanya saja perasaanku sendiri, aku juga bingung. Apakah aku masih mencintaimu atau tidak, aku tidak tahu. " Arin berdiri dari kursinya, " Jadi sebaiknya ini semua kembali seperti awal. Bukankah selama ini kita berdua bisa menjalani hidup tanpa berhubungan. "

Sam menahan langkah Arin, " Tunggu, jangan pergi dulu Arin. Beri aku kesempatan untuk membuatmu mencintaiku kembali. Aku tahu aku salah sudah membuatmu menjalani kehidupan tanpa diriku. Dan sekarang dengan egoisnya aku ingin masuk kembali kedalam hidupmu. Bagiamana jika Kita ulangi lagi dari awal. " Sam mengulurkan tangannya, " Hai, salam kenal. Aku Sam Benedict. Kamu bisa memanggilku Sam. Bagaimana jika kita mulai dari berteman? "

Arin tersenyum kecil, " Apa sih, Sam?? Hahaha.. baiklah, jika kamu ingin berteman. Tapi aku tidak jamin menerima cintamu. Dan jika perasaanku padamu tidak ada lagi, mari buat artikel putus setelah tiga bulan. Bagiamana? " Tawar Arin. Sam tampak ragu tapi memikirkan kesempatan yang diberikan oleh Arin, dia menerimanya. Setidaknya dia memiliki cukup waktu untuk membuat Arin kembali mencintainya.

" Apa kau ada jadwal lain? " Tanya Sam berjalan beriringan dengan Arin. Dibelakang mereka ada Sohee dan Yuseok mengikuti langkah mereka.

" Tidak ada, Minggu ini jadwalku tidak terlalu padat tapi Minggu depan hingga akhir bulan depan jadwalku sangat padat. " Jelas Arin. Tiba-tiba Arin teringat sesuatu. " Jika kamu selalu memperhatikan keadaan semua temanmu berarti kamu juga tahu Rangga yang akan bercerai? " Tanya Arin.

Sam mengusap bagian belakang lehernya canggung, " Aku tahu dan juga sudah menghubungi Rangga. Tapi tampaknya bocah lucu itu sekarang sudah berubah jadi pria yang brengsek. Dia menyetujui perceraian dan juga akan menikah dengan wanita pilihan ibunya. Orangtua Rangga memang baik tapi ibunya sedikit selalu ikut campur. " Kata Sam pelan.

" Lalu bagaimana dengan Dheo yang akan menikah, kamu juga tahu hal itu? " Tanya Arin lagi dan Sam kembali mengangguk.

" Apa kau juga tahu, Chindy menyukai Dheo? " Tanya Arin lagi. 

" Tentu saja aku tahu, dari matanya yang menatap Dheo saja aku tahu bahwa dia menyukai Dheo sama seperti tatapanmu saat ini padaku. " Bisik Sam di telinga Arin.

Arin sedikit menjauh, " Jangan mendekat sembarangan seperti ini. Saat ini kita sedang di tempat terbuka. Banyak orang. Bagaimana jika mereka salah paham. "

Sam tersenyum menggoda, " Jadi jika sepi aku boleh mendekat seperti ini? " Arin melotot pada Sam. " Jangan kesenangan karena aku memberimu kesempatan Sam-ssi. "

Sam mengangguk, " Baiklah, biar waktu nanti yang menjawab bagaimana hubungan kita berdua nantinya. Tapi pernikahan Dheo kamu datang? "

Arin mengangguk, " Harinya juga bertepatan saat aku menyelesaikan separuh drama. "

" Apa Chindy tidak marah jika kamu menghadiri pernikahan Dheo? "

Arin mengedikkan bahunya, " Meskipun begitu, aku harus hadir di pernikahan Dheo bagaimanapun juga dia banyak membantuku dulu. " Tanpa sadar mereka sudah sampai di basement.

" Biar aku yang antar. " Tawar Sam membuka pintu mobilnya.

Arin tersenyum sebentar, " Tidak usah, mobil van ini sudah cukup untukku. " Tapi Sam dengan cepat berdiri di depan Arin. " Kumohon sekali ini saja. " Pinta Sam memohon.

" Ayo Yuseok-ssi, sepertinya Jisung dan aku bisa mengantarmu pulang. " Sohee mendorong tubuh Yuseok masuk ke mobil van. "Mianhae eonni, sudah saatnya kamu merasakan musim semi. " Ujar Sohee dengan suara sedikit bersalah dan masuk ke mobil. Jisung juga langsung menutup pintu mobil dan melajukan mobil dengan cepat.

" YAA!!! Tunggu akuuu!!! " Teriak Arin yang tidak mungkin terdengar oleh mereka yang berada di mobil van yang sudah melaju cepat.

Kiss To The MoneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang