48 ( REVISI )

18.1K 528 7
                                    

Arin hanya diam menatap jalanan tanpa berniat melirik Sam yang sedang mengemudi.

" Apa kamu mau makan dulu? " Tawar Sam yang masih fokus mengemudi tapi sesekali dia akan menoleh pada Arin.

Arin menggeleng, " Aku sedang tidak nafsu makan, Sam. "

Sam berpikir keras lalu memutar arah mobilnya berlawanan dengan jalan menuju rumah Arin. " Looh?? Kenapa kita memutar? Ini bukan jalan ke rumahku? " Protes Arin.

" Memang tidak. Ayo kita makan dulu. Aku lapar dan jika diingat kamu juga belum makan dari pagi bukan? Ini sudah hampir malam. Jadi sebaiknya kita makan. " Arin ingin membantah tapi Sam meletakkan telunjuknya di bibir Arin, " Aku memang sudah mengganti pakaian tapi bau telur busuk itu masih ada jadi kita perlu masuk ke restoran makanan untuk menghilangkan bau ini. " Sam kembali fokus menyetir. Arin menatap Sam tidak percaya dan kembali menatap jalan di kaca samping namun bedanya kali ini ada senyum kecil yang terulas di bibir Arin.

" Aku masih ingat kamu suka pedas. Tapi karena perutmu kosong daritadi sebaiknya kita makan ini ya. " Kata Sam memotongkan ayam di samgyetang menjadi potongan yang mudah dimasukkan ke mulut. " Kamu tidak usah khawatir ada orang yang mengenalmu. Restoran ini jauh dari Seoul. " Sam meletakkan mangkuk tersebut didepan Arin yang terdiam melihat makanannya.

" Kenapa tidak dimakan? Ayo makan. " Sam menyuap kuah kaldu miliknya. " Ini enak. "

Arin mengangguk pelan lalu menyuap makanannya. Arin tersenyum. Entah kenapa ia bisa kembali bersama Sam seperti ini. Hanya saja rasanya menggelitik dan aneh. Menggelitik karena dulu hubungan mereka hanya penuh dengan pemikiran kontrak dan ancaman Alex dan aneh karena sudah lama Arin tidak bertemu dengan Sam. Sikapnya pun tidak jauh berbeda hanya saja sifat Sam dewasa lebih menarik untuk dirasakan.

" Dulu kita sangat sulit untuk menghabiskan waktu berdua seperti ini. Bahkan disaat dirimu akan bahagia aku perlu mengingatkanmu tentang kontrak itu lagi karena ada Alex. " Sam menunduk sambil menyuapkan ayam dan nasi dalam suapan besar.

" Aku masih belum tahu kenapa kamu dan Alex sangat terhubung. Bahkan kata kak Sofia sebelum pacaran dengan Alex, kamu sudah bersahabat dengannya. Kenapa kamu bisa terlibat dengan Alex?" Tanya Arin bingung.

" Ceritanya panjang, awal aku bertemu Alex adalah saat aku masih di panti asuhan sebelum diangkat menjadi anak di keluarga Benedict. " Cerita Sam mengalir dari dia yang berselisih dengan Alex karena melihat anak kecil itu membunuh kucing hingga Sam yang tidak sadar bertemu Alex kembali saat SMP karena membantu pria itu dari pembullyan yang dirancang oleh dirinya sendiri untuk menarik Sam. " Dia marah karena diriku yang membuka sifat mengerikannya di panti hari itu, dia jadi dibatasi keluar oleh orangtuanya bahkan juga dikurung. " Sam menyuap suapan terakhir di mangkuknya.

Arin yang daritadi hanya fokus mendengarkan cerita Sam bahkan belum menghabiskan setengah dari makanannya, " Karena tahu hal ini kamu menjauh dariku dan semuanya? "

Sam mengangguk, " Awalnya aku mengira ini semua karena Alex yang berpacaran dengan Sofia dan aku membantu rencana Sofia untuk memberi kejutan pada Alex tapi ternyata aku salah. Sejak awal dia memang menargetkan diriku. Dan aku sendiri yang menjerumuskanmu dan Sofia serta Emily ke dalam ini semua. " Sam menatap Arin lekat. " Alex memiliki banyak koneksi yang tidak kita duga, hal itu juga yang membuatku ragu untuk menemuimu bagaimana jika dia melakukan hal yang lebih buruk lagi? Disaat aku tahu kamu amnesia aku memilih lebih baik menghilang dari ingatan dan hidupmu tapi disaat tahu kamu sama sekali tidak melupakanku, aku iku memikirkan bagaimana sulitnya dirimu menjalani ini semua dan bagaimana usahamu berusaha melupakan ini semua sedangkan diriku malah lari menjauhimu seperti pengecut. " Lirih Sam.

Arin mengerjapkan matanya berkali-kali karena panas yang menjalar di wajahnya karena malu, "Sebaiknya kita pulang, ibu menanyakanku. " Arin memperlihatkan isi pesannya dan berjalan cepat keluar meninggalkan Sam yang membayar bill terlebih dulu.

Arin mengipasi wajahnya, " Aku bukan anak remaja lagi, seharusnya aku tidak malu hanya karena mendengar nada penuh kerinduan itu. " Arin langsung bersikap biasa saat Sam keluar dari restoran.


" Aisshh...dimana model prianya??!! " bentak Sam pada kru kerja yang akan melakukan potret iklan produk terbarunya dengan Arin sebagai modelnya.

" Maaf Sajangnim, model pria , Il Woo ssi, tidak dapat hadir karena ada urusan pribadi. " Cicit seorang kru dengan tangan gemetar. Gadis itu baru saja mendapatkan kabar dari sang model.

" Kenapa dia harus tidak hadir hari ini ?!! Sepenting apa urusan pribadinya itu?? Padahal dia sudah menandatangani kontraknya!! " Sam memijak pelipisnya, " Pokoknya aku tidak mau tahu, dia harus mendapatkan pinalti karena melanggar kontrak dan kalian cari model pria lainnya!! Sekarang!!! " teriak Sam marah sambil mengacak rambutnya gusar. Para kru mengangguk dan segera menyebar, ada yang menelpon dan juga berlari sana-sini untuk mencari pengganti model mereka.

Arin meneguk air ludahnya perlahan, ia tidak menyangka bahkan sangat tidak menyangka, Sam akan bersikap seperti ini. Bahkan dulu Arin tidak pernah melihat pria itu semarah ini. Sepertinya dia memang pemarah di perusahaannya terlihat dari sejumlah krunya yang selalu menatap Sam dengan tatapan ketakutan. Bahkan saat Arin baru sampai di perusahaan ini, Arin mendengar banyak julukan Sam yang paling sering didengar Arin adalah haegobul, dia dijuluki seperti itu karena tiap dia marah akan memecat satu karyawan.

Banyak juga karyawan yang berharap Sam segera menemukan cinta agar tidak lagi mengamuk dengan masalah kecil. " Sepertinya hal itu tidak ada hubungannya dengan cinta. " Decak Arin. Lalu menghampiri Sam. Tapi didului oleh gadis yang melaporkan Il Woo tidak bisa hadir sepertinya dia anggota kru dari Kang Il Woo. " Sajangnim?? Bagaimana jika pemotretannya dilakukan besok? " Tanya gadis itu sangat pelan.

" Jadi maksudmu ditunda? " Tanya Sam menahan amarahnya. Gadis itu mengangguk pelan. " Aku sangat tidak suka jika perkerjaanku tertunda, jika kau perlu tahu, Rena-ssi " kata Sam penuh penekanan sambil melihat nametag milik Rena.

" Sam..aku juga tidak keberatan jika ini ditunda kok. Kita tidak tahu urusan apa yang harus diurusnya. " kata Arin berdiri didepan gadis itu dan menyuruhnya untuk mundur.

Sam menghela nafas, " Haaah...ini bukan masalah kau bersedia atau tidak, Arin. Tapi aku adalah seorang CEO dan produkku ini harus sudah launching seminggu lagi. Apa kamu kira kita bisa mengejar waktu jika ditunda? Belum pengeditan, promosi dan lainnya. Aku termasuk orang yang disiplin akan waktu, jadi aku tidak mau pekerjaan ku nanti bertumpukan karena alasan penundaan yang tidak jelas, oke? " jawab Sam tegas tapi agak melembut pada Arin.

Arin hanya dapat mengangguk perlahan. Alasan dari Sam pun masuk akal. Jikapun Kang Il Woo tidak datang, Arin akan membujuk Sam untuk tidak memberi pinalti pada model itu jika alasannya tidak datang memang darurat. Arin terus menatap Sam yang berdiri didepannya. Postur tubuhnya yang tinggi, kekar bisa memberikan kesan maskulin juga lembut mirip dengan produk makanan manis ini. Apalagi target penjualan produk adalah para remaja dan orang dewasa. " Bagaimana jika dirimu saja yang menjadi model produk ini bersama denganku, Sam? " Saran Arin tersenyum lebar pada Sam yang mengernyitkan keningnya menatap Arin.





Kiss To The MoneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang