24 ( REVISI )

24.6K 670 14
                                    

Sam mulai membuka matanya perlahan, pandangannya agak kabur tapi jelas untuk melihat langit-langit yang berwarna putih. " Akkh, badanku terasa sakit. " Sam duduk dari tidurnya dengan susah payah " Aku dirumah sakit? " Sam melihat sekelilingnya. " Apa Arin datang hari itu? " Sam langsung berdiri tapi terduduk kembali karena perut nya terasa nyeri. " Sial!! Aku lupa dengan luka ini. " keluh Sam berusaha untuk berdiri kembali.

" Ya ampun kakak.. apa yang kau lakukan..??Baru saja aku meninggalkanmu sebentar
" kata seorang gadis membantu Sam untuk duduk.

" Emily?? What are you doing is here? " tanya Sam bingung menatap adiknya yang saat ini membantunya untuk berbaring.

" Seharusnya kamu meminta tolong kakak, aku baru saja kembali membeli ini. " Emily menunjukkan beberapa kantong belanjaan, isinya beragam ada pakaian, makanan dan banyak lagi barang yang dirasa perlu oleh Emily. " Kata dokter kau akan bangun tidak berapa lama lagi, jadi aku mengejar membeli semua kebutuhan ini. " kata Emily tanpa menjawab pertanyaan Sam dan meletakkan buah jeruk di meja.

" Emily!! Aku tanya kenapa kau disini? " tanya Sam lagi kali ini dengan nada agak keras.

" Aku disini merawatmulah..kau kan kakak ku kak, jangan berteriak di telingaku, dasar. " jawab Emily acuh sambil membuka kulit jeruk.

" Kenapa kamu bisa ada disini? Apa mom dan dad tidak memarahimu? " tanya Sam lagi, dia masih tidak mengerti dengan keadaan saat ini.

" Malahan mom dan dad yang menyuruhku kesini, sebentar lagi mereka juga akan kesini. " jawab Emily memakan buah jeruknya dengan jeruk.

" Apa yang terjadi? " bathin Sam menatap Emily " Hei...kau tadi membeli buah untukku bukan? Kenapa malah kau yang memakannya haaah?? " protes Sam.

" Aku membelinya jika dirimu tidak keras kepala kak, bisa saja jahitan pada perutmu itu terbuka kembali saat kamu memaksa duduk seperti tadi. " jawab Emily terus memakan buah jeruk nya.

" Tetap saja..seharusnya kamu menghargai orang yang sedang sakit. " Sam mengambil separuh jeruk yang terletak di samping meja nakas.

Emily mengernyitkan keningnya tak acuh, " Tak peduli. "

Pintu kamar terbuka, Sam langsung menoleh ke arah. Tubuhnya kaku melihat siapa yang datang. Mereka berjalan mendekati Sam yang masih terdiam.

" Mom? Dad? Why? " tanya Sam ketika Mom langsung memeluknya, air matanya berlinang.

" Sorry Sam..Mom say sorry to you..I'm failed.." kata Mom menangis.

" What do you mind,Mom? What Happens?" tanya Sam bingung melepaskan pelukan dan menghapus air mata Mom.

" Maafin Mom,Mom berprasangka buruk sama kamu selama ini, seharusnya Mom percaya sama kamu bahwa dirimu tidak mungkin menyakiti Emily. " Mom menggenggam tangan Sam.

" Dad juga minta maaf padamu, Dad bahkan mengusirmu dari rumah tanpa mendengarkan penjelasanmu. " Dad menatap Sam dengan raut wajah menyesal.

" It's Okay.. aku tidak pernah dendam atau marah pada kalian karena mom dan dad yang sudah memberikan kebahagian bagiku selama 17 tahun ini tanpa kalian mungkin aku masih di panti sekarang. " Sam tersenyum lembut.

"Apa kamu benar-benar memaafkan kami? " tanya Mom menghapus air matanya yang tidak kunjung berhenti mengalir. Sam mengangguk kembali.

" Tapi.. kenapa mom dan dad sekarang percaya padaku? " tanya Sam.

" Sebenarnya dari awal Emily sudah mengatakan kalau bukan kamu pelakunya.." kata Mom. " Tapi.. karena emosi Mom tidak mendengarkannya. " Mom mengusap punggung Sam. " Selama satu tahun ini, Emily berubah ia sangat berbeda dengan dirinya sebelum kejadian tersebut, dia yang biasanya ceria malah selalu diam, sesekali dia akan mengatakan pada kami, kalau bukan kakaknya yang melakukan ini semua padanya tapi kami tak mendengarkan itu semua, kami mengira Emily hanya ingin kami memaafkan dirimu. " Jelas Dad. " Lalu, kabar ini datang bahwa ada aksi pembunuhan dan korbannya adalah dirimu, Sam.." lanjut Dad.

" Apa wajah tersangkanya juga diekspos? " tanya Sam.

Mom mengangguk, " Wajahnya diekspos di media Amerika karena dia lebih banyak korban yang dibunuhnya saat dia masih di Amerika, Emily yang melihat pun langsung berteriak histeris dan gemetar, Emily terus mengatakan itu pelaku nya. " Mom beralih berjalan kearah Emily, " Lalu Emily memaksa kami memeriksa CCTV nya, dia bersikeras walau kami mengatakan itu tak ada gunanya tapi dia malah memanggil ahli komputer,"lanjut Mom.

" Awalnya kami merasa hal ini percuma karena kejadiannya pun sudah berlalu sangat lama namun ternyata ahli komputer itu sangat hebat, untungnya juga beberapa scene yang dihapus buka terhapus total malah terpindah ke file memori eksternal, semuanya terungkap ada banyak sekali scene yang dihapusnya," kata Dad.

" Jadi? Apa pelakunya Alexandra Chandra?" tanya Sam masih tidak percaya, bagaimana bisa Alex lah yang merencanakan semua ini.

" Ya..aku tak menyangka ia seperti itu, bahkan juga terungkap dia pembunuh orang tuanya sendiri kak. " kata Emily menggeleng, " Hidup kita semua hancur karena orang yang seperti dia. "

" Membunuh orang tuanya? Alex yang membunuh? Kenapa? Dan apa bukti dia melakukan hal itu? " tanya Sam bingung masih tidak percaya.

" Dia membunuh orang tuanya dengan sadis, tepat di kediaman lama orang tuanya di Samtown Tree, mayat yang ditemukan oleh pihak kepolisian sebenarnya bukanlah mayat orang tuanya, entah dimana dia meletakkan mayat orangtuanya namun banyak korban yang ditemukan dalam keadaan hancur, dia sengaja membuat wajah mereka hancur agar tak dikenali. " Mom bergidik ngeri.

" Apa mayat orangtuanya ditemukan ? " tanya Sam ingin tahu, Sam ingat orang tua Sam selalu memperlakukannya dengan baik.

Emily mengangguk sedih, " Ada di ruang bawah tanah rumah itu berkat bantuan teman-teman kakak,tim kepolisian bisa menemukan banyak mayat disana termasuk mayat orang tuanya, namun mayat orangtuanya diletakkan jauh di dasar, ada ruangan lain dalam ruang di bawah tanah itu. " kata Emily.

" Bajingan itu memang psikopat, seandainya aku bisa membunuhnya, " keluh Mom.

Mendengar kata teman-teman, Sam langsung teringat pada Arin. " Bagaimana dengan Arin? " tanya Sam.

" Arin? Maksudmu korban lain yang juga masuk ruang operasi bersamaan denganmu?" tanya Dad.

" Arin masuk ruangan operasi juga?? " Sam langsung berdiri, " Aku harus melihatnya, tidak mungkin Arin juga terluka. " Sam ingin melepaskan infusnya tapi langsung ditahan oleh Dad.

" Tenanglah dulu Sam, Dad akan minta tolong perawat dulu, jangan banyak bergerak atau lukamu akan terbuka kembali. " Dad langsung berlari keluar kamar setelah memastikan Sam kembali duduk.

" Dia belum bangun seminggu ini kak. " Lirih Emily pelan.

Sam menggeleng, " Itu mungkin bukan Arin, apa mungkin aku juga koma selama seminggu? Apa kamu yakin yang kau lihat adalah Arin? " Tanya Sam bertubi-tubi.

Emily menghela nafas panjang, " Kamarnya tepat didepan kamarmu kak, nama pasiennya adalah Ariniya Fresnel. " Sam langsung berjalan cepat, Sam bahkan tidak menghiraukan panggilan ibunya saat dia melepas infusnya. Di pikirannya saat ini adalah dia harus memastikan keadaan Arin. Tidak adil jika Arin harus terluka lebih parah darinya.

Tubuh Sam kaku, dia melihatnya dari luar, gadis itu masih terbaring dengan banyak alat-alat kedokteran yang terpasang pada tubuhnya.

" Apa yang terjadi padanya? Kenapa harus sebanyak itu alat yang menopang kehidupannya? " tanya Sam pelan.

" Jika kau ingin tahu maka aku akan memberitahunya, tapi sebaiknya kau periksa kembali tubuhmu. " kata seorang wanita dingin.

Kiss To The MoneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang