Chrystabelle dengan malas menelusuri lorong kediaman Ferdoran yang memang sangat besar. Ia sudah lama pindah dari rumah ini, sejak umurnya menginjak 18 dan tidak pernah sekalipun 'ayahnya yang tercinta' memanggilnya untuk kembali, well, hingga hari ini. Memang, mereka tidak akrab sama sekali, bahkan setiap percakapan mereka bisa dikatakan pasti akan diakhiri dengan pertengkaran.
Hal pertama yang Chrysta lihat saat pertama menginjakkan kakinya ke ruang keluarga adalah, seorang pria paru bayah yang bernama Carson Ferdoran. Beliau duduk disana, dengan buku setebal ban truk ditangannya.
"apa yang anda inginkan dari saya, Tuan besar Ferdoran?" Chrysta memang agak menyindirnya karena pada dasarnya, pria paruh baya dihadapanya adalah seorang 'control-freak', selalu saja ingin mengatur segala sesuatu yang ada didunia dan hal itu adalah salah satu hal yang masuk ke daftar 'The things I hate the most about my dad'
"tidak perlu menggunakan bahasa formal, Chrsyta, kita berdua tahu betul bahwa kamu, tidak sesopan itu," Carson mengucapkan kata kata menusuk itu dengan nada ramah.
"udah deh, gak usah basa basi, kenapa ayah manggil aku kesini? Toh, ayah juga tidak pernah nyariin aku," cetus Chrystabelle dengan cuek. Bagi Chrystabelle, rasa hormat dan sopan santun hanya akan ia berikan pada orang yang patut menerimanya dan baginya, ayahnya tidak termasuk dalam daftar orang orang tersebut.
Mendengar perkataan putri sulungnya, Carson hanya tertawa pelan. "bukankah kamu sudah terlalu tua untuk bertingkah mencari perhatian, Chrystabelle?" ia berkata dengan nada meremehkan yang mampu membuat darah Chrysta mendidih penuh amarah.
Bagi seorang Chrystabelle Laurenzel Ferdoran, martabat adalah segalanya dan ego yang bisa dibilang besarnya itu tidak dapat menerima ucapan meremehkan dari orang lain, termasuk ayahnya sendiri.
"Aku tidak perlu perhatian ayah, berikan saja perhatian ayah kepada wanita-wanita jalang ayah," Chrysta mendengus geli ketika memikirkan wanita wanita yang sering ayahnya bawa pulang.
"jaga bicara kamu, Chrystabelle! Ayah tidak pernah mendidik kamu untuk bersikap kurang ajar seperti ini!" Chrysta hanya menjawab teguran ayahnya dengan senyuman puas karena telah berhasil memancing emosi Carson.
Senyum Chrysta langsung berubah menjadi kerutan ketika memerhatikan raut wajah ayahnya dengan bingung. Biasanya jika ia sudah menyinggung simpanan-simpanan ayahnya, ia akan dibentak dan diusir ayahnya. Tetapi hari ini berbeda, hanya teguran saja yang terdengar dari buah bibir ayahnya, ekspresi ayahnya sungguh aneh, dari yang tadinya sudah ingin mengusir, berubah menjadi senyuman menahan amarah.
"Okay, ayah tidak akan membiarkan suasana hati ayah rusak karena perkataan kamu tadi, karena hari ini, ayah punya berita gembira untuk kamu," Chrysta hanya mengangkatkan alisnya dengan heran.
"tapi sebelumnya, kita tunggu adikmu dulu," tepat setelah kata kata tersebut keluar dari mulut Carson Ferdoran, pintu masuk ruang tamu pun terbuka, memperlihatkan seorang laki laki muda yang bisa dibilang sangat tampan. Laki laki itu bagaikan paket 'fan-girling' yang sempurna untuk para kaum hawa. Dengan rambut kecoklatannya, mata kelabunya yang memikat, rahang kokohnya dan hidung mancungnya, sangat sulit rasanya untuk mengatakan bahwa laki laki itu tidak tampan.
Ia melangkah dengan santai dan berhenti tepat di sebelah kakaknya. Ia melepaskan kacamata hitam yang sedang ia kenakan dan menatap ayahnya dengan tatapan bosan.
"ada apa?" ucapnya dengan singkat, jelas dan cuek. Sama seperti kembarannya, Christopher juga tidak begitu 'akrab' dengan ayah mereka.
"sungguh bahagia rasanya, melihat 'cinta' yang begitu besar dari anak-anakku," Carson terkekeh pelan setelah melontarkan kata-kata penyindiran itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me, The Barista & The Billionaire
RomanceChrystabelle Laurenzel Ferdoran, designer trendy yang notabene merupakan anak salah satu pengusaha terkaya di dunia. Cantik? iya. Menawan? tiada tara. Percaya diri? sangat. Kaya? teramat. Mandiri? terlalu. Ketika perempuan abad 21 seperti Chrysta d...