7. The Barista

12.2K 429 3
                                    

"Chrysta, Chrysta, liat deh, itu baristanya ganteng banget!" ucap Lalisa yang tengah menahan jeritan yang menunjukan bahwa sympton gatel-nya muncul, sebuah sympton yang seperti asma yang selalu kambuh ketika mendeteksi laki laki tampan. Chrysta melirik Lisa yang sedang berkomat-kamit tak jelas seperti remaja perempuan yang melihat boyband Korea ter-hits pada abad ini.

"gantengan dia atau Christopher?" goda Chrysta yang masih belum mengangkat pandangannya dari layar ponselnya. Ia sedang mengurusi bisnisnya. Ia adalah pemilik dari Arabelle Boutique, sebuah butik yang sudah terkenal sejak beberapa tahun yang lalu. Butiknya telah menyediakan berbagai pakaian trendsetter bagi selebriti-selebriti tanah air dan luar negeri. Bisa dibilang pakaian-pakainnya selalu menjadi pilihan utama mayoritas orang. Tapi, bukan mudah bagi Chrysta untuk membangun bisnis itu. Sudah entah berapa banyak kali ia jatuh bangun dalam membangun butik itu, ia bisa saja menggunakan uang dan kekuasaan Keluarga Ferdoran untuk sukses tapi ia memilih untuk melakukan sebaliknya. Karena selama masa sekolahnya, hingga kuliah pun ia selalu dianggap sebagai anak orang kaya yang perfect dan memiliki segalanya. Ia muak mendengar itu lagi, maka dengan tekad yang sekuat baja, ia membangun Arabelle Boutique yang sukses seperti sekarang. Nama Arabelle sendiri pun berasal dari almarhum ibunda-nya yang sangat disayangi Chrysta.

"Christopher lah jelas," jawab Lalisa yang sepertinya tidak fokus dengan ucapannya karena tepat setelah kata kata itu meluncur dari bibirnya, ia langsung menatap Chrysta dengan mata lebar yang seperti berkata 'oops, tertangkap basah'

"I thought so," ucap Chrysta singkat dengan senyum penuh makna.

"ish, yaudah deh, mood gue udah rusak, baristanya buat lo aja," balas Lalisa sambil cemberut. Chrysta pun menaikkan alisnya dengan heran.

"barista juga manusia kali, Lisa, lo kira ayam kaepsi yang bisa lo kasi kasi ke orang?" Chrysta mendengus sebal melihat tingkah sahabatnya yang tidak kalah absurdnya dengan kembarannya itu.

"emang seganteng apa coba? " Chrysta mengangkat pandangannya untuk melihat barista yang 'super ganteng' nya Lisa itu. Ketika pandangan-nya mendeteksi seorang dibelakang counter, matanya terbelalak. Ia sudah tahu dari kata kata Lisa, bahwa setidaknya barista itu pasti tampan. Tapi, ia tak menyangka barista ini akan sangat tampan, bahkan mungkin setara dengan Alexander. Alisnya langsung mengerut. Mengapa ia jadi membandingkan barista itu dengan Alexander?

Ia menggelengkan kepalanya dan kembali menghadap Lisa yang sedang nyengar-nyengir tidak jelas.

"tuhkan? Apa gue bilang? Ganteng kan?" ucap Lalisa sambil menaik-turunkan kedua alisnya dengan tatapan sugestif.

"serah dah serah," Chrysta memutar kedua bola matanya dan meraih untuk mengambil cup kertas. Ketika hendak menyeruput Greentea Lattenya, ia mendapati bahwa lattenya sudah habis. Ia menghela nafas dan berjalan kearah kounter.

"greentea latte panasnya satu ya, yang large," ujar Chrysta dengan senyum ramah. Setelah di lihat dari dekat, ternyata barista itu lebih tampan dari sebelumnya.

"coming right up, miss," balas barista dengan suara berat itu.

Sambil menunggu, tatapan Chrysta menangkap sebuah papan promosi yang menurutnya cukup menarik.

"lagi ada promosi apaan yah, sir?" tanya Chrysta, matanya masih belum lepas dari papan hitam itu.

"oh, lagi ada promosi beli 3 set gratis 1 set, tapi kalo untuk kamu, aku kasih promosi spesial, beli 1 gratis ID LINE aku," barista itu menempatkan cup kertas itu di counter dan menyeringai ke arah Chrysta. Chrysta yang sadar sedang digodai pun tak bisa menahan gelak tawanya.

"salam kenal, nama aku Maxwell, nama kamu?"

"hm, guess you will have to find out on your own, Maxwell," ucap Chrysta dengan senyum menantang. Maxwell mengangkat alisnya dengan heran, ia agak sedikit terkejut. Bisa Chrysta prediksi bahwa seumur hidupnya, ia tak pernah diperlalukan seperti ini oleh perempuan mana pun. Melihat tampangnya saja, mungkin mayoritas perempuan akan langsung meleleh.

"how much is it?" tanya Chrysta sembari mengisyaratkan greentea latte yang sedang duduk manis di counter Dawn Cafe.

"tidak perlu, anggap saja itu hadiah perkenalan dari aku," Maxwell mengedipkan sebelah matanya centil. Sedangkan Chrysta hanya tertawa kecil. Ia mengangguk dan berjalan kearah Lalisa yang menatapnya penuh makna.

"ayo pergi, gue harus ke Arabelle nih," ucap Chrysta singkat dan ia langsung berjalan meninggalkan cafe itu. Senyuman tipis tidak pernah sekalipun lepas dari wajahnya.  

Thank You for reading my story! mungkin tidak banyak yang  membaca cerita ini, tapi setidaknya kamu memberikan kesempatan kepada aku dan cerita ini :) share your thoughts by leaving a comment, if you like it then please vote it dan jangan lupa share!

Me, The Barista & The BillionaireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang