29. Sinetron EfTiPi

6.7K 208 4
                                    


"sejujurnya, gue ga setuju dengan kemana arah keputusan lo kali ini," bisik Christopher. Sejak tadi, ia sudah menatap gelas keramik berwarna biru dihadapannya. Tak sekalipun ia menatap ke arah Chrysta, karena ia takut ia akan terbawa emosi dan melakukan sesuatu yang akan ia sesali nanti-nya.

"gue tahu, tapi ini adalah kesempatan yang sangat.... sulit ditemukan dan lo tahu kan kalo Arabelle Boutique akan langsung menjadi salah satu International Trendsetter jika kerja sama ini terjadi?" ucapan Chrysta didampingi oleh kepercayaan diri yang tinggi. Ia begitu yakin akan kemungkinan itu karena ia percaya bahwa hasil karya-nya bagus. Tidak, ia tidak yakin bahwa hasil karya-nya bagus, namun ia tahu benar bahwa hasil karya-nya sempurna. Hanya saja, ia belum mendapatkan kesempatan untuk menyebar-luaskan hasil karya-nya untuk lebih luas lagi.

"gue tau gue gak akan bisa ngelarang lo, gue hanya berharap bahwa lo sadar dengan apa yang lo lakuin sekarang dan ketahuilah, gue akan selalu ada disisi lo kalo lo butuh gue," mata Chrysta menjadi berkaca-kaca, namun ia menahannya dengan gelak tawa penuh ke-isengan.

"lebay banget sih lo, kayak pemeran sinetron EfTiPi," Chris juga ikut tertawa ketika mendengar ucapan kakaknya. Ia tahu bahwa kakaknya hanya bercanda, karena selama 24 tahun bersama, ia sudah lebih dari sering merasakan gengsi perempuan itu. Tapi ia lebih tahu bahwa, didalam diri Chrysta, terdapat seorang gadis kecil yang hanya membutuhkan kasih sayang.

"jadi gimana acara pelelangan fashion amal lo tahun ini?" tanya Chris secara tiba tiba, membuat Chrysta teringat akan kandidat model pengganti yang tidak lain tidak bukan adalah sahabatnya sendiri dan Chrysta bahkan belum meminta persetujuan Lisa.

Ia menepuk jidatnya dan tanpa menjawab pertanyaan Chris, Chrysta langsung melesat ke kamarnya untuk bersiap siap menemui Lisa.

Sementara Chris, hanya bisa melongo sembari menatapi figur kakaknya yang semakin lama semakin tidak tampak.

Chris menghela nafas dan menggeleng kepalanya. Chris berjalan ke arah dapur yang masih berbau gosong dan mengambil sebuah toples yang berisi sereal cornflakes. Ia mengambil susu stroberi favoritnya dari kulkas.

Ia mencampurkan cornflakes dan susu stroberi. Ia mengambil sebuah sendok dan menatap campuran dihadapannya dengan senyuman sesat yang persis seperti seorang pedophile yang mendeteksi anak yang imut. Ia meraup sereal berpadu susu itu dan membuka mulutnya penuh antisipasi.

Tepat sebelum Chris dapat menikmati kuliner buatannya, bel dari pintu masuk pun terdengar.

Chris menggerutu dan meletakkan mangkuk yang dipegangnya keatas meja makan. Chris menatap mangkuk itu dengan tatapan sedih sebelum berjalan kearah pintu dengan wajah cemberut.

"YOU BITCHES! KENAPA GA ADA YANG KABARIN GUE SAMA SEKALI?!"

Dan seketika, Chris benar benar berharap bahwa ia tidak pernah membuka pintu itu. 

HI! dan ini diaaaaaaaa...... Chapter 29! 

sebulan lalu, aku memulai cerita ini dan aku bahkan tidak mengharapkan reads lebih dari 500! tapi sekarang, reads kita sudah mencapai 3k+!  dan itu semua berkat kalian!

Terima kasih untuk kalian semua yang sudah memberikan kesempatan pada buku ini dan terima kasih juga karena sudah membaca buku ini! 

KALAU KALIAN SUKA, JANGAN LUPA UNTUK COMMENT, VOTE DAN SHARE!

JIKA ADA SARAN ATAU KRITIK, JANGAN RAGU UNTUK KOMEN ATAU CHAT AUTHOR!

HOPE YOU HAVE A NICE DAY/NIGHT!

Me, The Barista & The BillionaireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang