58. Diguna-Guna

2.7K 86 5
                                    

"Jadilah istriku selama satu tahun saja,"

Begitu mengucapkan kalimat tersebut, Alexander langsung berlutut dengan bertumpu pada satu lutut.

"Aku tahu kita tidak memulai semua ini dengan, baik. Tapi, walaupun ini hanya sebuah pernikahan settingan, aku tetap ingin melakukannya dengan benar, Chrystabelle Laurenzel Ferdoran, mau kah kau menikahi ku?" Tanya Alexander dengan tulus.

Chrysta secara refleks berdiri dan menutup mulutnya dengan salah satu tangannya. Ia tidak menyangka bahwa Alexander yang beberapa menit yang lalu terlihat dingin akan tiba-tiba seperti ini.

Walaupun Chrysta sudah lama putus asa dengan yang namanya cinta sejati setelah melihat orang tuanya, namun dulu, ketika dirinya masih seorang gadis kecil, ia pernah memiliki sebuah impian bahwa suatu hari, ketika dewasa, ia akan menikah dengan lelaki yang dicintainya. Dilamar dengan romantis, dan sebagainya.

Yang sedang terjadi di depannya memang tidak sesuai dengan impiannya, namun walaupun begitu, juga hampir serupa.

"A-aku..." untuk pertama kalinya seorang Chrysta speechless , ia mendadak kehilangan kemampuannya untuk membentuk sebuah kalimat yang benar.

Dengan sigap, Alexander langsung menggantikan cincin berbentuk rose di tangan Chrysta dengan sebuah cincin berbentuk tiara yang dilengkapi dengan berlian yang besar ukurannya.

Chrysta yang masih terkejut, hanya bisa menatap Alexander yang dengan perlahan mengurangi jarak di antara tubuh mereka hingga akhirnya jarak tersebut hanya tersisa beberapa centimeter saja.

Alexander memandang bibir merah Chrysta dengan tatapan yang intens.

Dengan hati yang berdegup kencang tak seperti biasanya, Chrysta pun bersuara.

"W-what are you doing?" Tanyanya dengan sedikit terbata.

"Making this official, darling,"

Dan dengan itu,

Alexander pun menutup jarak di antara keduanya dengan mencium bibir Chrysta dengan perlahan.

******************************************

Begitu membuka pintu apartemennya, Chrysta dikejuti dengan sesosok pria yang sedang menduduki sofa panjangnya.

"Astaga, gue kira apaan," gumamnya.

Fisik dan mentalnya sedang berada di keadaan shock, jiwanya seperti melayang dari tubuhnya. Selama berada di perjalanan pulang pun, ia memilih untuk membisu dan melihat ke arah apapun selain Alexander.

Awalnya ia berpikir bahwa pernikahan ini akan berjalan dengan mudah. Menikah, tunggu untuk beberapa saat, dan cerai. Begitu saja. Namun, kini semuanya sudah berbeda, ia menyalahkan hati bodohnya yang entah kenapa seperti terpacu untuk bekerja keras setiap memikirkan Alexander dan ciuman itu.

"Dasar brengsek," pikirnya.

Sebagian dari dirinya masih sedikit tidak senang dan bahkan marah ketika mengingat bahwa ciuman tersebut dilakukan tanpa persetujuan dirinya. Namun alter ego yang lainnya seakan kembali ke wujud seorang remaja berusia belasan yang baru pertama sekali berinteraksi dengan lawan jenis, girang.

Suara dehaman Christopher yang mulai tidak senang secara paksa, menarik Chrysta dari lamunannya.

"Lo habis dari mana, pulangnya jam segini? Anak gadis kok pulang malam begini?" Ucap Christopher yang terlihat sedang berusaha memasang wajah garang.

Chrysta hanya memutar bola matanya saja, ia tahu bahwa adiknya itu tidak pernah marah jika ia pulang larut atau bagaimana.

"Gue habis dinner sama Alexander," jawab Chrysta sejujurnya.

"Ha? Serius? Ngapain?" Pertanyaan mulai berjatuhan dari bibir Christopher bagai bom misil dari pesawat perang.

Chrysta yang baru saja kembali dari dapur sembari membawa segelas air mineral pun menunjukkan tangan kirinya yang kini sudah dihiasi oleh berlian besar yang berkilat-kilat dibawah cahaya.

Melihat raut wajah Chris yang mulai menunjukkan ekspresi marah, Chrysta langsung menyela.

"Dia secara resmi propose ke gue, katanya sih supaya hubungan antara kami netral, toh bakalan pura-pura jadi pasangan selama satu tahun," jelas Chrysta.

Ia memilih untuk tidak menceritakan detail yang sejak tadi menganggu pikirannya. Ia tidak ingin Chris cemas dengan hal yang kecil seperti itu, toh ia sudah tidak asing dengan reputasi Alexander, Chrysta hanya bisa menyalahkan dirinya yang lengah terhadap playboy yang sudah sangat terkenal di kalangan elit tersebut.

"Jujur aja, gue agak gak percaya sama dia, lo harus jaga diri lo baik-baik, jangan mau di apa-apain sama kadal seperti dia," saran dari Chris membuat Chrysta tertawa kecil sembari menggelengkan kepalanya.

"By the way, gimana hari ini?" Tanya Chrysta sambilan melepas perhiasannya beserta make up yang sudah ia kenakan selama seharian.

"Ya seperti biasa, pemegang saham yang berpikiran jadul dan ayah yang tidak pernah berhenti egois, yep, hari yang menyenangkan," Christopher menghela nafas sambil memijit jidatnya pelan.

Walaupun ini bukan bidang yang diminatinya, namun ia selalu berusaha keras agar menghasilkan yang terbaik bagi perusahaan keluarganya, tapi usahanya sulit terealisasi dengan begitu banyaknya komplotan ayahnya yang berada di perusahaan tersebut. Orang-orang itu seperti siap mencari kesalahan Christopher setiap saat, entah apa faedahnya.

Melihat adiknya yang stres, Chrysta hanya bisa terdiam.

Hingga tiba-tiba, sebuah ide pun menghampiri Chrysta.

"Chris, seberapa berkuasa Nielson Empire?" Pertanyaan Chrysta sontak mengherankan Christopher.

"Salah satu yang paling berkuasa di dunia," balas Chris.

"Apakah lebih berkuasa dari pemegang -pemegang saham menyebalkan tersebut?"

Mendengar pertanyaan Chrysta, Chris terdiam untuk sejenak.

Kemudian, ia pun mengeluarkan cengiran lebar.

"Oh, gue tahu apa yang ada di pikiran lo,"

Sontak keduanya pun mulai menyusun sebuah masterplan.

Setelah membahas 'rencana bisnis' mereka secara singkat, Chrysta dan Chris pun berpisah dan menuju ke kamar masing-masing.

Chrysta pun bergegas membersihkan diri di kamar mandi yang terhubung dengan kamarnya, selama berada di bawah shower, Chrysta teringat kembali ciuman dari Alexander yang sempat ia lupakan ketika sibuk bersama Chris tadi.

Secara refleks, jari-jarinya pun menyentuh bibirnya dan organ yang berada di bagian kiri dadanya pun mulai berdegup kencang.

Begitu tersadar dengan fungsi tubuhnya yang mulai abnormal ini, mata Chrysta langsung terbelalak dan dengan cepat ia menyiramkan wajahnya dengan air.

"Astaga, sepertinya aku diguna-guna,"

A/N
Hi, udah lama banget ga up ya. Jujur aja, sempat kepikiran untuk ga lanjutin cerita ini, tapi well, emang ga ikhlas lepasinnya, so here we go. Terima kasih untuk para pembaca yang tetap stay dan para pembaca yang baru, semoga betah ya, dan kritik dan saran kalian selalu aku hargai.




Me, The Barista & The BillionaireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang