61. Ulat Di Balik Boxer

4.5K 106 5
                                    

^Chrysta(?)

Chrysta meneguk dengan laju minuman yang terisi pada gelas kaca yang kecil itu.

Spontan, tenggorokannya pun terasa hangat akibat minuman tersebut.

Setelah beberapa gelas, musik EDM dengan bass yang mengancam keselamatan gendang telinganya sudah tidak terlalu menganggunya lagi.

"Woohoo, ayo kita berdansa, Chrysta!" Seru Sebastian dengan girang sembari menarik tangan Chrysta dan membawanya ke dance floor.

Chrysta yang awalnya enggan berdansa pun tertawa lepas setelah melihat gerakan Sebastian yang sedang twerking.

Sambil tertawa, Chrysta merilekskan dirinya dan membiarkan tubuhnya hanyut ke dalam musik yang sedang bermain.

Ketika sedang asik menggerakkan tubuhnya mengikuti alunan musik, Chrysta merasakan bahwa di belakangnya ada sesosok pria yang sedang berdansa dengannya.

Entah karena efek alkohol atau bagaimana, Chrysta tidak begitu menghiraukannya.

Pria itu tiba-tiba meletakkan kedua tangannya pada masing-masing pinggul Chrysta dan menarik Chrysta hingga merapat dengan dirinya.

Tubuh Chrysta menegang kaget, ia berusaha mendorong tubuh pria tersebut, namun pria tersebut tidak goyah.

Ia mencoba lebih keras lagi, dengan cara menyiku bagian rusuk pria itu.

"Anj*ng!" Pria tersebut melototi Chrysta dengan tatapan yang kesal. Sambil mendengus, ia pun berjalan menjauhi Chrysta.

Sebelum ia pergi, samar-samar Chrysta mendengar gumaman yang terdengsr seperti "kalau gamau di pegang gak usah sok menggoda lah"

Seketika, Chrysta langsung naik pitam. Ingin rasanya ia mengejar pria itu dan menjambak rambutnya hingga ia memohon ampun, namun ia merasa sudah cukup masalah yanh ia hadapi hari ini, toh ia datang untuk bersenang-senang dan untuk melupakan semua keburukan hari ini.

Karena sudah tidak ingin berdansa lagi, Chrysta pun kembali ke arah counter bar dan memesan beberapa vokda shots.

*****************************

Entah sudah gelas keberapa yang ia teguk, kini Chrysta terus cekikikan tanpa sebab. Semua yang ia lihat terlihat sangat lucu dan gemas. Dengan tidak teratur, ia mengeluarkan ponselnya dan menelpon seseorang.

"Halo?" Cetus suara di balik panggilan tersebut. Suara tersebut terdengar ketus dan terlanda oleh rasa kantuk.

"Hihihi, hai!" Balas Chrysta sambil cekikikan. Ia sendiri bahkan tidak tahu apa yang ia ketawai.

"Kamu... mabuk?" Tanya pria itu secara ragu. Ia tahu benar bahwa Chrysta yang ia kenal tidak akan berbicara dengan dirinya dengan nada seriang ini pada keadaan normal.

"Hik, engga kok, engga, siapa bilang!" Seri Chrysta dengan keras kepala sambil sesekali menahan cegukannya.

Alexander pun menghela nafas frustasi.

"Kamu dimana?"

"Hik, ga boleh kasih tau, nanti dia marah!"

"Dia siapa?"

"Eh, dia? Siapa yah? Hihihihihi," balas Chrysta dengan cekikikan kecil.

"Yang benar, kamu dimana?"

Dan dengan itu, Chrysta membeberkan semua keberadaannya dan posisinya.

**************************************

"Kamu itu! Hanya karena ulat bulu dibalik boxermu itu tidak bisa memilih pemilik lubang buaya yang tidak gila, nama baik butikku menjadi korban!" Seru Chrysta yang sedang berusaha berjalan dengan lurus, yang dimana usahanya dapat dikatakan sia-sia, karena tidak genap dua langkah yang ia ambil, tubuhnya sudah oleng. Untung saja Alexander sudah siap siaga mengangkapnya, jika tidak, sepertinya besok Chrysta bisa terbangun dengan amnesia akibat hentakan pada kepalanya.

"Aku tidak bisa mengubah masa laluku, sweetheart," balas Alexander dengan santai. Ia tahu bahwa ia tidak akan bisa mengajak Chrysta untuk berbicara serius dalam keadaan Chrysta yang seperti ini.

"Ya, kalau saja kamu tidak gatal sama semua manusia yang memiliki payudara dan vagina, ini semua tidak akan terjadi!" Lanjut Chrysta dengan nada yang sedikit lebih tinggi.

Melihat Chrysta yang sudah seperti ini, Alexander mengiyakan saja karena tahu bahwa bila ia meladeninya, Chrysta hanya akan lebih histeris.

Mengingat kembali detik-detik ketika ia baru sampai ke bar yang menjadi tempat hiburan Chrysta itu, membuat ia terkekeh pelan.

Bagaimana tidak?

Pemandangan yang menyambutnya begitu ia masuk, adalah calon istrinya yang sedang berdansa di atas counter sambil menampilkan beberapa gerakan yang membuat Alexander ingin tertawa lepas.

Hanya pada saat mabuk lah ia dapat melihat Chrysta yang seperti ini.

"Sebenarnya, gemas juga," pikirnya.

Setelah Chrysta yang awalnya teriak-teriak kembali menjadi Chrysta yang bergumam-gumam tidak jelas, Alexander pun lanjut membopongnya melalui lobby apartemen yang terletak di kawasan elit ibukota tersebut.

Ia menganggukkan kepala ketika seorang petugas penjaga keamanan menyapanya dan langsung dengan cepat membopong Chrysta naik.

Ia tidak ingin ada orang yang berprasangka bahwa dirinya sengaja membuat mabuk wanita cantik ini untuk dilecehkan.

Begitu sudah sampai di penthouse mewahnya, ia langsung mengangkat Chrysta ke arah kamar tidurnya.

Sebenarnya, penthouse yang ia sebut rumah itu memiliki 3 kamar tidur terlepas dari kamar pribadinya, namun karena jarang sekali ditempati, maka jarang pula dibersihkan, ia tidak ingin tunangannya itu terbangun di keesokan hari dan mengomelinya karena sudah menempatkan Chrysta di kamar yang berdebu.

Alexander meletakkan tubuh Chrysta di atas ranjangnya, dan dengan perlahan, ia melepaskan sepatu hak tinggi dan jaket yang Chrysta kenakan.

Chrysta yang tertidur pulas tanpa peduli atas dunia pun tiba-tiba bergerak dan bergumam tidak jelas.

"... Alexander,"

Begitu ia mendengar namanya, Alexander langsung mendekatkan telinganya pada bibir Chrysta, jaga-jaga jikalau Chrysta membutuhkan sesuatu.

Namun, tiba-tiba, Chrysta yang entah mendapat tenaga dari mana, menarik kaos Alexander yang lengah hingga tubuh Alexander kehilangan keseimbangan dan menindih Chrysta.

Alexander langsung bergerak untuk memindahkan tubuhnya, namun, Chrysta yang kini sudah membuka mata sepenuhnya seperti berkehendak lain, ia menarik kerah Alexander hingga Alexander kembali terjatuh.

Bibir Alexander secara tidak sengaja menyentuh bibir Chrysta.

Mata Alexander terbelalak ketika Chrysta memperdalam ciuman itu.

Lambat laun, ia pun ikut terhanyut dalam ciuman itu.

Namun, kita semua tahu bahwa segala sesuatu yang indah tidak bertahan lama bukan?

A/N

Hihihihihi





Me, The Barista & The BillionaireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang