Beberapa hari sudah berlalu sejak Chrysta dan Christopher mengunjungi makam bunda-nya. hari ini adalah hari fitting acara besarnya nanti.
Jam di dinding sudah menunjukkan jam 12:57, satu per satu, model model yang terpilih pun memasuki fitting room yang sangat besarnya itu. Didalam ruangan itu, terdapat beberapa bilik kecil untuk mengganti baju.
Sebastian yang sejak tadi melesat kesana-sini, berdiri diam dan menghitung jumlah model-model yang ada.
"kurang satu," gumamnya. Ia menatap jam di tangannya dan menghela nafas sebal. dua menit lagi jarum panjang sudah akan singgah di angka dua belas dan ia tidak mau terkena amukan Chrysta akibat keterlambatan seorang model. Ia merogoh sakunya dan mengeluarkan ponselnya.
Chrysta melirik jam pada dinding. 1 menit lagi. ia menyeruput greentea latte yang ada ditangannya sambil menyapukan tatapannya ke seluruh ruangan. Beberapa model yang hadir dalam ruangan itu pernah bekerja sama dengan Chrysta sebelumnya. Chrysta sendiri bukan hanya pemilik butik saja, melainkan model paruh waktu. Tidak jarang wajahnya menghiasi sampul majalah high-fashion nasional dan internasional.
Suara pintu yang terbuka menarik perhatiannya, diambang pintu, berdiri seorang perempuan yang tampak muda, Chrysta yakin umurnya belum melewati 18 tahun. Gadis itu tampak terengah-engah seperti orang yang baru saja berlarian.
"aku tidak telat kan?" tanya-nya dengan mata lebar yang menunjukan kepolosan.
Chrysta melirik jam-nya dan menggeleng sedangkan Sebastian menghela nafas lega, ia bersyukur tidak ada model yang terlambat karena ia enggan melihat Chrysta mengamuk.
"nope, pretty much on time, siapa namamu?" Chrysta mengangkat alisnya terhibur. Perempuan yang di ambang pintu itu sama sekali tidak memperdulikan penampilannya. Kebanyakan model dalam ruangan itu tampak angkuh dan sombong. Sedangkan gadis itu, tampak polos dan murni.
"Zillia Tierro," ucapnya sambil tersenyum lebar. Chrysta mengerutkan alisnya ketika ia mendengar nama keluarga gadis itu.
"ah, the finale model,"pikirnya.
Ia sudah mengerti apa maksud Sebastian ketika ia berkata bahwa ia melihat sesuatu di dalam gadis itu. Innocence, kemurnian yang senada dengan gaun finale-nya itu. Chrysta mengangguk tanda setuju, walau ia tidak tahu pasti apakah kepolosan yang dapat ia lihat itu nyata atau hanya ilusi.
Ia menatap Sebastian penuh arti dan Sebastian langsung menepuk tangannya. Aksinya berhasil memperoleh perhatian semua model yang ada di ruangan itu.
"baiklah, karena sudah lengkap, kita akan memulai fitting pada hari ini, bagi yang namanya dipanggil, silahkan mengambil pakaian yang dipilih untuk kalian dari staf, diarah sana," Sebastian menunjuk ke arah staf-staf yang bertugas untuk mengurusi hasil-hasil rancangan Chrysta dan Sebastian.
"Aira Levain, Alika Teressa, Vanessa Piorta, Elizabeth Waters, Rosetta Sharon, Wysteria Thalia, Andika Putri, Stella Angeline, Daisy Stephanie," dan seterusnya hingga pas 31 nama yang disebut Sebastian.
Satu per satu model yang sudah berganti pakaian berdiri berderet menghadap Chrysta. Chrysta menyapukan tatapannya dari satu model ke yang lain. Detail sekecil apapun tidak ia lewatkan. Setiap kali ia melihat sebuah ketidak sempurnaan, ia berbisik ke penjahit utama butiknya yang sedang memegang sebuah buku tulis hitam.
Tatapannya terhenti di model terakhir dalam deretan dihadapannya.
"kamu, coba kemari," ia menggerakan telunjuknya sebagai isyarat kepada model itu.
"hm.." Chrysta menatap model dihadapannya sambil mengerucutkan bibirnya. Sedangkan yang ditatap tampak gelisah, karena ia tahu benar bahwa Chrysta bisa dengan mudah mendepaknya dari acara ini.
"terlalu kurus..." gumam Chrysta sembari memandang pundak perempuan dihadapannya itu. Pundaknya sangat mencolok dan bukan mencolok dalam arti yang baik.
"menurutku kamu harus lebih banyak makan, seorang model tidak harus sekurus tengkorak, aku tidak peduli dengan perkataan orang lain, mungkin ada orang yang mengakatan bahwa model harus selalu tampak kurus, tapi bagiku, seorang model harus tampak sehat, jika kamu masih mau bekerja sama dengan Arabelle, maka kamu harus menambah beberapa kilo pada tubuh mu, aku tidak memaksa mu, jika tidak setuju, pintu keluar hanya berjarak beberapa meter saja," Chrysta sangat membenci gagasan yang mengakatan bahwa model harus selalu kurus, baginya salah. Sangat salah. Untuk apa kurus bila tidak sehat bukan? Pada akhirnya umur manusia juga tergantung kepada kesehatannya sendiri.
"jadi, bagaimana? Waktu tetap berjalan, aku tidak bisa menunggu keputusan mu seharian," ucap Chrysta sembari menatap model didepannya yang sepertinya bimbang. Chrysta menghela nafas sebal, ia tahu, bahwa jika mindset seseorang sudah menetap, tidak mudah untuk diubah dan ia pun mengerti jika model dihadapannya menolak sarannya.
"maaf, saya tidak bisa," model itu menunduk dan menggeleng kepalanya. Chrysta hanya menghela nafas dan menatap salah satu stafnya, sontak orang yang ditatapnya langsung membawa model itu untuk mengganti pakaiannya.
Ia menatap Sebastian yang hanya tersenyum kecil dan mengangkat kedua bahunya. Chrysta menutup matanya dan menghela nafasnya.
Chrysta membuka matanya dan melanjutkan inspeksinya terhadap model-model dihadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me, The Barista & The Billionaire
RomanceChrystabelle Laurenzel Ferdoran, designer trendy yang notabene merupakan anak salah satu pengusaha terkaya di dunia. Cantik? iya. Menawan? tiada tara. Percaya diri? sangat. Kaya? teramat. Mandiri? terlalu. Ketika perempuan abad 21 seperti Chrysta d...