Chrysta menghela nafas gugup sembari menatap Laura, sang penata rias yang sedang mengeluarkan jurus jurus yang telah dipelajari-nya pada wajah Chrysta. Chrysta juga bisa merasakan banjir yang tengah melanda pada telapak tangannya.
Yang benar saja, seorang Chrysta gugup?
Ha, seorang Chrysta tidak pernah gugup!
Kecuali, sekarang.
Semua manusia memiliki limit dan kecemasan tersendiri. Untuk sekarang, ketakutan dan kecemasannya hanya satu, ia takut ia akan merusak acaranya sendiri dengan kesalahan yang mungkin ia lakukan diatas runway.
"selesai!" seruan dari Laura menarik Chrysta kembali dari dunia lamunannya. Tatapan Chrysta tersapu ke arah cermin yang berada dihadapannya.
Wow, semua riasan bernuansa fierce yang pernah menghiasi wajahnya seakan menghilang ditelan oleh blackhole, alias menghilang tanpa jejak.
Sekarang, wajahnya dirias dengan riasan yang ber-aura manis dan polos. Dua hal yang benar-benar bukan Chrysta, namun entah mengapa tampak sangat selaras dengan dirinya.
Setelah mengucapkan terima kasih kepada Laura yang langsung meninggalkan ruangan tersebut begitu tugasnya selesai, Chrysta pun beranjak dari tempat duduknya dan melangkah ke arah sebuah manekin yang tengah mengenakan gaun finale yang dirancang Chrysta.
Ya, Chrysta memang sangat bangga dengan gaun tersebut, namun ia sama sekali tidak pernah membayangkan bahwa yang akan memperagakan gaun tersebut adalah dirinya sendiri.
Untuk sejenak, Chrysta menoleh ke arah cermin panjang yang memantulkan bayangannya. Ia menatap kedua bola matanya dengan lekat.
"you can do this, you are Chrysta, there's nothing you can not do!"
Jika ada yang melihatnya sekarang, mungkin mereka akan berasumsi bahwa Chrysta sudah kehilangan akal sehatnya. Tapi, disaat saat seperti ini, tidak ada pendukung yang lebih baik dari dirinya sendiri.
Apalah arti dukungan dari beribu-ribu orang jika ia tidak mendukung diri sendiri?
Dengan mindset seperti itu, Chrysta dengan cekatan menggantikan kimono sutra yang tadinya ia kenakan dengan gaun indah yang dirancangnya sendiri.
Panas dingin. Gabungan kata yang sangat tepat untuk menggambarkan suasana hati Chrysta saat ini.
Ia mengira ia sudah dapat mengenyahkan rasa gugup yang berusaha mengakar dalam pikirannya, namun ia salah.
Entah bagaimana, kegugupan itu kembali lagi dan kali ini, ia bahkan beranak cucu dalam diri Chrysta.
Chrysta menarik nafas dalam dalam sembari menutup kedua kelopak matanya sebagai upaya menenangkan diri. Dan ternyata upaya tersebut berhasil, karena Chrysta dapat merasakan bahwa detak jantung yang tadinya sangat kencang hingga ia dapat mendengar suaranya menjadi lebih pelan.
Ia membuka kelopak matanya dengan perlahan dan begitu keduanya terbuka lebar, seruan kaget pun sontak keluar dari buah bibirnya.
Bagaimana tidak? Begitu kelopak matanya terbuka, hal pertama yang ia lihat adalah Christopher dan Lalisa.
"ngapain lo berdua disini?" ucap Chrysta refleks.
Dengan insiden insiden MENYENANGKAN yang sedari tadi mengahmpirinya tanpa henti, Chrysta bahkan tidak sempat mengingat tentang kembaran dan sahabatnya.
"gue ngapain disini? HELLAAAAAW, masih perlu ditanya? Gue kesini yah untuk nyari lo lah, masa nyari jodoh?" seru Lisa dengan nada suara yang dilebih-lebihkan.
"ngapain dicari lagi, orang jodoh lo udah disini," balas Chris sembari menunjuk-nunjuk dirinya, cengiran lebar terlukis jelas pada wajahnya.
"heh, jangan asal ngomong ya lo-"
"STOP! Kalo lo berdua kesini Cuma untuk berantem kayak anjing dan kucing, mending lo-
Chrysta memberi jeda pada kalimatnya dengan meletakkan jari telunjuknya tepat di depan muka Chris.
-dan lo, KELUAR!"
Chrysta juga menunjuk Lisa dengan telunjuknya. Mata bulatnya seketika terlihat seperti ingin membunuh dan pada kenyataannya, ia memang ingin membunuh dua mahluk yang disebut manusia itu.
"ya udah, gue ga berantem lagi ama dia, TAPI, lo ingat ya, sekalipun kita berdua mirip anjing sama kucing, GUE KUCINGNYA!" sahut Lisa.
Chris ingin membalas ucapan Lisa, terlihat dari mulutnya yang sedikit terbuka, namun ia tidak melanjutkan niatnya tersebut, karena seketika, ia merasakan segelintir kegugupan menyelimuti dirinya dan ia tahu, kegugupan tersebut bukanlah miliknya, melainkan milik kakaknya.
Chris pun berbalik menghadap Chrysta yang berwajah netral-netral saja. Wajahnya tidak membocorkan perasaan apapun sama sekali, namun pesan yang disampaikan oleh kedua tangan Chrysta yang tidak bisa berhenti meremas satu sama lain sangatlah lantang.
Chrysta sedang gugup.
Melihat hal itu, Chris langsung merasa bersalah karena tidak menyadari kegugupan Chrysta sejak awal, ia malah dengan asiknya menggoda Lisa.
Dengan tanpa aba-aba, Chris langsung memeluk Chrysta. Kedua tangannya mengelus punggung Chrysta dengan lembut. Tiada satu patah kata pun yang keluarnya dari sosok laki-laki itu.
"show 'em what you got, sis" bisik Christopher.
hallllllllloooooooooooooo,
I'm still alive, people! aku udah lama ga upload bukan karena dipanggil YANG MAHA KUASA ya gaes, masi idup dan sehat sentosa kok, hehehe.
aku belum sempat upload karena benar benar gaada waktu, tugas sebanyak jumlah cabe di Indonesia, ujian juga belum abis sedangkan kegiatan sehari-hari ga kalah banyak sama inces siahrini.
ya, hidup emang sadis.
dan aku juga mau berterima kasih kepada kalian pada readers yang udah rela nunggu part ini walaupun aku upload-nya telat.
aku akan berusaha untuk nge-upload sesering mungkin ^_^
HAVE A NICE DAY AND HAPPY READING!
KAMU SEDANG MEMBACA
Me, The Barista & The Billionaire
RomanceChrystabelle Laurenzel Ferdoran, designer trendy yang notabene merupakan anak salah satu pengusaha terkaya di dunia. Cantik? iya. Menawan? tiada tara. Percaya diri? sangat. Kaya? teramat. Mandiri? terlalu. Ketika perempuan abad 21 seperti Chrysta d...