36. Kehidupan

4.9K 200 8
                                    

Chrysta menatap sebuah benda yang tampak asing pada jari manis tangan kirinya. Benda itu, tidak lain tidak bukan pun merupakan cincin berlian indah yang Alexander berikan. Cincin itu tampak seperti sebuah batang tumbuhan berdaun perak yang terlilit pada jarinya dan di bagian tengahnya, terdapat sebuah replika bunga mawar perak yang mengitari sebuah berlian, seakan untuk menjaga berlian itu. Secara menyeluruh, cincin itu adalah cincin terindah yang pernah Chrysta lihat.

Chrysta bahkan tidak mau membayangkan reaksi almarhum bundanya ketika beliau mengetahui bahwa putri sulungnya akan menikah hanya karena kesepakatan bisnis. Arabelle adalah sosok ramah yang senantiasa menyebarkan aura positif kemanapun ia pergi, jika dipikir-pikir sifat bundanya yang itu sangat bertolak belakang dengan dirinya dan Chris. Chrysta terkekeh pelan ketika fakta itu terlintas pada benaknya.

Arabelle, almarhum bunda Chrysta, tidak pernah sekalipun terlihat dengan tanpa senyuman pada wajahnya. Bahkan, pada saat dimana malaikat maut akan menjemputnya sekalipun, Arabelle masih saja tersenyum lemah, seakan sudah mengikhlaskan jiwanya untuk direngut. Chrysta tahu benar bahwa pernikahan bunda dan ayahnya itu tidak pernah mendekati definisi 'sempurna' sama sekali. Walaupun begitu, Arabelle selalu tetap bersikap bahagia dan ceria dihadapan Chrysta dan Chris. Namun, Chrysta cilik tidak senaif anak pada umumnya, ia tahu bahwa hati bundanya perlahan lahan hancur setiap kali mendengar kabar perselingkuhan ayahnya. Chrysta tidak mengerti, apakah cinta yang bundanya miliki untuk ayahnya begitu besar? Sehingga bundanya rela untuk diperlakukan seperti ini?

Chrysta baru tersadar bahwa ia sedang menangis ketika ia merasakan kelembapan pada pipi kanannya. Ia tersentak dan langsung menghapus air mata yang mengalir tanpa izin itu dengan kasar. Ia menarik nafas dalam dalam dan menatap bayangannya yang ada pada kaca spion dengan lekat lekat.

"tidak boleh lemah, tidak boleh nangis," tekan-nya pada diri sendiri.

Ia menarik nafas dalam dalam untuk yang terakhir kali sebelum mengenakan kacamata hitamnya dan melangkah keluar dari mobilnya.

Seakan tidak ada yang terjadi, seakan perempuan yang tadinya menangis di mobil itu bukanlah dirinya.

Karena baginya, dunia ini bukan untuk orang yang lemah.

Jika kau lemah, maka kau akan terinjak oleh yang lebih kuat.

Karena, itulah yang disebut dengan, 'kehidupan'.

HEYO! rasanya udah lama ga update, hehe, maaf yah. belakangan ini, author agak sibuk dengan kegiatan-kegiatan dll. tapi akan author usahakan untuk mengupdate sesering mungkin. well, setidaknya akan diusahakan untuk mengupdate setiap 3-4 hari sekali.

terima kasih untuk support kalian ya!

dan jangan lupa comment, vote and share! soalnya author penasaran banget sama pendapat kalian tentang cerita ini, jadi tolong di comment yah pendapat kalian!

Me, The Barista & The BillionaireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang