37. Dengkul Ikan

4.6K 181 2
                                    


Mata Chrysta baru saja sempat tertutup dan begitu juga dengan bokong-nya yang baru saja sempat merasakan ke-empukan kursi kerjanya, ketika sesuatu, well, lebih tepatnya seseorang menyerang gendang telinganya dengan tanpa ampun.

Chrysta menghela nafas sebal dan dengan malas mengangkat kelopak matanya.

"ngapain lo disini?"

"LAH! DASAR DENGKUL IKAN! Kan lo juga yang nyuruh gue kesini untuk fitting baju buat Ombre Charity Night, trus lo ngapain nanya lagi?" sindir Lisa yang sudah dengan nyaman menempatkan dirinya sendiri pada sofa yang berada di seberang Chrysta.

"sejak kapan coba ikan punya dengkul?" Ucap Chrysta yang tak kuasa melarang senyuman kecil yang bersikeras untuk muncul pada bibirnya.

"entahlah! Gue cuma mau bilang, gaunnya udah pas sama gue, jadi gausah diperbaik- WAITIS THAT A FREAKING DIAMOND RING ON YOUR RING FINGER?!" pekik Lisa yang sepertinya sudah melupakan apapun yang hendak ia katakan tadinya.

Lisa berjalan mengitari meja kerja Chrysta dengan laju dan begitu sudah berada di sebelah Chrysta, Lisa mengangkat tangan kiri Chrysta. Ia menatap cincin yang melingkar pada jari manis Chrysta dengan wajah yang bisa dibilang identik dengan wajah manusia gua yang baru pertama kali merasakan kehebatan teknologi WI-FI.

"Lo gausah masang muka kayak baru liat adek lo nikah ama cowo bisa?" tanya Chrysta sembari menarik tangannya dari genggaman Lisa.

"HEH! TARIK UCAPAN LO! Gue ga sudi Andi nikah ma cowo!" balas Lisa tak terima.

Lalisa Claire Adiratama merupakan anak ketiga dari empat bersaudara dan juga merupakan satu-satunya perempuan diantara saudara-saudaranya. Dan Denandi, atau lebih akrab disapa Andi adalah si bungsu dalam keluarga Adiratama.

"ih! Gausah ganti ganti topik deh! Itu cincin, dari Alexander Nielson kan?" tanya Lalisa secara instan.

Siapapun yang mengenal Lisa pasti tahu bahwa perempuan itu bukanlah tipe yang suka berbasa-basi terlebih dahulu sebelum memasuki topik. Sebaliknya, Lisa adalah tipe perempuan yang menyerang langsung ke titik pusat. Dan terkadang, serangannya bisa dibilang tidak kenal situasi dan kondisi, karena ia bisa saja melontarkan pertanyaan terkonyol dalam situasi serius hanya karena penasaran.

Ya, se-absurd itulah sahabat Chrysta.  

HAI! and that's chapter 37! dan terima kasih untuk 1k votes yak!

jangan lupa untuk comment, vote atau share yah!

ohya, untuk merayakan 1k votes, kalian mau request special chapter ga? misalnya chapter yang fokusnya ada di Christopher and Lalisa atau yang fokusnya di karakter lain juga boleh. Bahkan chapter yang isinya cerita ortu si kembar juga boleh loh!

tolong kasih tahu author ya kalian mau yang mana, akan author usahakan! ^_^

Me, The Barista & The BillionaireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang