35. Thomas Alva Edison

4.9K 215 1
                                    

"percaya diri amat lo, tau dari mana gue bakal nerima tawaran lo? " cetus Chrysta sembari menatap Alexander dengan tajam. Segala perasaan dan emosi ia enyahkan dari wajahnya. Hingga yang tersisa hanya senyum miring menantang yang bertengger pada buah bibirnya.

"kalo lo ngga nerima tawaran gue, ngapain lo jauh jauh kesini?" balas Alexander dengan senyum penuh kemenangan. Chrysta memutar bola matanya dan berjalan mendekati meja kerja lelaki yang tidak lama lagi harus ia sebut 'suami' itu.

Begitu sudah berdiri di seberang lelaki itu, ia menempatkan amplop dokumen yang sedari tadi ia genggam diatas meja itu. Alexander pun langsung mengambil amplop itu dan mengeluarkan isinya. Melihat ruang yang disediakan untuk tanda tangan Chrysta yang kosong, Alexander pun menatap Chrysta heran.

"gue mau menambah beberapa syarat untuk perjanjian ini," ucap Chrysta yang sudah tahu alasan dibalik tatapan Alexander.

"sebutkan syarat lo," Alexander sama sekali tidak tampak keberatan dengan ucapan Chrysta. Entahlah, mungkin sebagian dari dirinya masih saja berharap bahwa perjanjian ini tidak terjadi. Tapi ia tahu benar bahwa keputusannya kali ini akan menguntungkan butik yang dinamai sesuai dengan bunda-nya.

Ia mengambil secarik kertas dari tas-nya dan menempatkan kertas itu diatas meja Alexander.

"gue hanya akan menandatangani perjanjian ini, kalau syarat-syarat ini termasuk kedalam perjanjian," ucap Chrysta sembari menatap Alexander.

Alexander melirik kertas itu dan tanpa disadari, senyum kecil pun menjajahi wajahnya. Terlihat dengan jelas bahwa kata kata yang tertulis itu bukanlah hasil kerja printer, melainkan merupakan hasil kerja permepuan dihadapannya.

Untuk pertama kali dalam hidupnya, Chrysta bersyukur karena sudah diberkati dengan tulisan tangan yang bisa dibilang cantik. Pasalnya, dengan semua drama yang sedang berlangsung di hidupnya sekarang, Ia bahkan tidak memiliki waktu untuk mencetak syarat-syarat tersebut dengan printer.

"gue ga ada masalah sama sekali dengan syarat-syarat lo, dan sebagai bukti bahwa lo sudah menerima pertunangan ini, lo harus pakai ini," ucap Alexander sembari membuka laci teratas meja kerjanya dan mengeluarkan sesuatu, sebuah kotak kecil lebih tepatnya.

Kotak itu berwarna hitam dan tidak perlu seorang Thomas Alva Edison untuk mengetahui apa isi kotak itu. Namun, dugaan Chrysta terbukti benar ketika Alexander membuka kotak itu, dan pada saat itu juga, tatapan Chrysta terjatuh pada sebuah cincin berlian yang terindah dalam hidupnya.

Me, The Barista & The BillionaireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang