59. Instafamous

2.4K 85 5
                                    

8.45

Chrysta terbangun dengan suasana hati yang riang.

Begitu terbangun, ia pun melakukan segala ritual kecantikan.

Maskeran, creambath, scrubbing, dan sebagainya hingga ketika ia selesai dengan semua tahapan dalam ritualnya, tubuhnya mulus dan bercahaya bak sebuah mutiara.

Melanjuti ritual kecantikannya, Chrysta berjalan ke arah walk in closet nya sembari bersenandung mengikuti alunan musik yang disetelnya.

Hari ini ia memilih untuk memadukan tank top satin hitam dengan ripped jeans hitam. Untuk melengkapi outfit nya itu, Chrysta memilih sebuah jaket kulit hitam, sepatu Jimmy Choo Misty 120 hitam, ditambah lagi dengan beberapa perhiasaan kecil seperti choker layer tipis, beserta cincin dan anting-anting.

Sebagai pelengkap penampilannya, Chrysta menata rambutnya dan sedikit merias wajahnya.

Begitu puas melihat penampilannya, Chrysta pun tersenyum pada bayangannya pada cermin dan bergegas untuk berangkat kerja.

Begitu melirik ke arah jam dinding, ternyata sudah hampir pukul 11. Chrysta berjalan sambil memeriksa email perusahaannya. Sedikit kesal ketika ia melihat beberapa tawaran wawancara mengenai pertunangan dirinya dengan Alexander.

"Kalau udah namanya email perusahaan itu buat bisnis, bukan buat nyari bahan rumpi," gumamnya. Namun ia tidak membiarkan hal tersebut merusak suasana hatinya yang riang seraya berjalan dengan penuh gaya ke arah mobilnya.

Ketika tangan kirinya meraih ganggang pintu mobil, Chrysta terdiam sebentar, mengamati cincin yang duduk manis pada jarinya.

Selama beberapa detik ia termenung, sebelum menggeleng-gelengkan kepalanya dan memasuki mobil.

Tanpa membuang waktu, ia langsung menghidupkan mesin mobilnya.

Dengan tempat tujuan yang sudah pasti, mobil Chrysta melaju menembus angin.

Pagi ini ia menganut prinsip bahwa

Pagi yang cerah tentu harus dilengkapi dengan secangkir matcha favoritnya.

****************************************

Begitu menginjakkan kakinya ke dalam cafe tersebut, Chrysta sedikit kaget.

Bagaimana tidak? Cafe yang biasanya tenang ini, kini dipenuhi dengan perempuan dari berbagai kalangan usia.

Mulai dari yang terlihat seperti baru purbertas, hingga yang sudah mau memasuki menopause.

Namun satu hal yang sama dari kumpulan perempuan tersebut, yaitu semua perhatian mereka tertuju pada sesosok pria berbadan tegap di balik counter.

Maxwell.

Salah satu alis Chrysta terangkat heran, pasalnya ia merasa baru tidak lama tidak berkunjung ke cafe ini, namun tiba-tiba saja suasananya sudah berubah.

What the hell happened

Apapun itu, Chrysta tidak terlalu ingin ambil pusing, ia datang untuk secangkir matcha dan bagaimanapun caranya, ia harus keluar dengan secangkir matcha.

Ia berjalan ke arah antrian yang terlihat panjang.

Sambil menghela nafas, Chrysta mengantri sembari mengeluarkan ponselnya dan mulai mengirim pesan singkat kepada Sebastian untuk menanyakan pekerjaan sekaligus kabar Sebastian beserta keluarga besarnya.

Entah berapa lama Chrysta asik dengan ponselnya sendiri, hingga tanpa ia sadari, ternyata seluruh pandangan sudah tertuju pada dirinya.

Ketika ia akhirnya mengalihkan perhatian dari ponselnya, matanya terbelalak kaget.

Bagaimana tidak?

Kini yang berada di hadapannya adalah Maxwell, si barista tampan yang sedang tersenyum padanya.

Dengan salah satu tangan yang membawa sebuah tumblr dan sebelahnya lagi sedang menggenggam sebuket bunga baby breath yang terangkai dengan indah, Maxwell pun berkata,

"Long time no see, Mysty,"

********************************************

".... ya begitu deh,"

Chrysta tidak mampu menahan suara tawa yang lepas dari dirinya begitu Maxwell selesai bercerita.

"Jadi maksud lo, semua berawal dari postingan snapgram, lo dan cafe lo jadi instafamous, dan sekarang lo udah dapat 4 tawaran untuk jadi simpanan tante-tante? Astaga," lanjut Chrysta sambil tertawa lepas.

"Ah, ini bukan hal yang lucu," balas Maxwell.

Walaupun sempat terkejut, ternyata pemberian bunga tadi merupakan sebuah taktik Maxwell agar penggemarnya yang kian hari kian berlebihan bisa sedikit mundur. Bukan ia tidak suka dengan semua keuntungan moneter yang ia peroleh melalui kepopuleran cafenya, namun bulu kuduknya selalu merinding setiap mengingat tawaran dari tante-tante seumuran ibunya yang berusaha menggaetnya.

"Demi Tuhan, jadi orang ganteng sulit juga ya," cetus Chrysta sambil geleng-geleng.

"Oh? Menurut lo, gue ganteng?" Tanya Maxwell dengan nada sombong, namun begitu Chrysta melihat sorotan mata Maxwell yang penuh canda, ia pun membalas dengan tawa kecil.

"Terserah lo aja deh," balas Chrysta dengan senyum kecil.

Chrysta kembali menyeruput matcha dinginnya dengan nikmat.

"Tapi kalau boleh jujur, lo juga salah satu wanita tercantik yang pernah gue temuin," ujar Maxwell dengan santai.

Chrysta yang sebenarnya sudah terbiasa dengan pujian, tiba-tiba tersedak kopi dinginnya. Bagaimana tidak? Mau seterbiasa apapun, pastinya kaget bukan apabila dipuji secara tiba-tiba oleh orang yang sedikit ia anggap teman.

Dengan latar belakang dan masa kecilnya, Chrysta sukar berteman. Seumur hidupnya ia hanya memiliki Christopher dan Lalisa, namun entah karena apa, ia merasa nyaman dengan Maxwell, secara non-romantis tentunya. Kenyamanan tersebut lah yang menjadi penyebab rasa terkejut dirinya.

"Astaga, ini, seletal itukah pujian gue," ujar Maxwell sembari menawarkan Chrysta beberapa lembar tisu dengan raut wajah yang terhibur.

Chrysta yang baru saja berhasil pulih dari serangan kopi terhadap kerongkongannya, hanya bisa memutar bola matanya dengan penuh rasa kesal.

Dirinya tidak suka apabila menjadi bahan tertawaan orang lain. Namun karena candaan tersebut datang dari seorang yang sudah tidak asing, rasa kesal yang terpicu akibat egonya yang besar itu hanyalah sedikit.

Chrysta membuka mulutnya untuk membalas ejekan Maxwell, namun tepat sebelum ada kata-kata yang keluar dari mulut Chrysta, ponselnya pun berbunyi.

Ketika ia melihat bahwa yang menghubunginya adalah Sebastian, ia pun langsung meminta maaf pada Maxwell dan menerima panggilan tersebut.

"BITCH, YOUR FUTURE HUBBY'S EX IS WRECKING HAVOC HERE!"

Begitu selesai mencerna kata-kata dari Sebastian, sorotan mata Chrysta secara otomatis langsung menuju kepada cincin yang berada di jarinya.

Sembari melototi cincin tersebut, ia juga melayangkan beberapa kutukan kepada sang pemberi cincin tersebut.

Tampaknya, calon suaminya lebih banyak membawa petaka daripada untung.

A/N

#QOTD :
siapa karakter favorit kalian dari cerita ini?










Me, The Barista & The BillionaireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang