53. What Do You Want?

5.7K 179 17
                                    

Chrysta mengangkat kedua kelopak matanya dengan berat. Ia membalikan tubuhnya dan spontan, ia langsung mengeluarkan erangan kesakitan ketika tubuhnya dengan tidak sengaja menabrak sesuatu yang terasa keras.

"aw!" sahutnya.

Ia mengejapkan kedua matanya untuk menghilangkan keburaman yang masih menyelimuti penglihatannya. Dan ketika ia sudah melihat apa yang ditabraknya dengan jelas, senyum kecil pun terulas pada wajahnya.

"gue tau gue cakep, tapi ngeliatnya gausah kek gitu juga kali, pake modus-modus nabrak pula," bisik Chris yang masih dalam keadaan mata tertutup itu.

Mendengar ucapan adiknya, Chrysta pun terkekeh pelan. Kepercayaan diri milik Chris memang setinggi Eiffel Tower. Tapi, jika dipikir-pikir, kalau kepercayaan diri milik Chris setinggi Eiffel Tower, berarti kepercayaan diri milik Chrysta setinggi Burj Khalifa?

Well, who knows.

"najis, tumit gue aja masih lebih cakep dari lo, dan kalo lo ga sadar, sekarang lo lagi di kamar gue, ranjang gue lebih spesifiknya, jadi, tau diri lah!" cibir Chrysta, dengan kesadaran yang sudah kembali sepenuhnya.

Ya, setelah kejadian dramatis yang terjadi semalam, keduanya pun terlelap bersama, sembari berpelukan. Namun, bukan kembar Ferdoran namanya jika bisa tetap akur dalam jangka panjang.

"TARIK UCAPAN LO! Tumit lo? Lebih cakepan dari gue? EW, ga banget! Tumit lo itu, udah kudisan, berdaki lagi!" balas Chris dengan intonasi yang dilebay-lebaykan.

"CHRISTOPHER!" pekik Chrysta sebelum menjambak rambut Chris dengan tanpa segan.

"WOI! SAKIT, GOBLOK!" jerit Chris kesakitan.

"makanya, punya mulut itu dijaga!" sahut Chrysta sebelum melepaskan jambakannya.

Chris yang sudah dalam keadaan bebas pun langsung melototi Chrysta dengan penuh perasaan dendam.

"liat aja lo, bakal gue laporin ke polisi atas KDRT," bisik Chris.

Dan seketika, sebuah tabokan penuh rasa sayang pun langsung mendarat dengan mulus pada bagian belakang kepalanya.

"WOI, SAKIT!"

**************************************************

Chrysta mengtight-line eyeliner pada kelopak mata kirinya dan akhirnya, make up-nya telah sempurna. Ia menatap seorang perempuan yang berada dalam cermin di hadapannya itu.

Wajah perempuan itu terias dengan sempurna, nyaris terlihat seperti tidak menggunakan riasan sama sekali.

Namun ekspresi perempuan itu begitu kosong, begitu...

Datar.

Chrysta memandang bayangannya untuk sejenak, sebelum berbalik dan mengambil tas kesayangannya.

Chrysta memasukan kunci mobil, keycard penthouse, ponsel dan berbagai kebutuhan lainnya ke dalam tas-nya. Kemudian, Chrysta pun berjalan ke sisi lain dari walk-in-closet-nya, tempat dimana sepatu-sepatunya disimpan dengan rapi.

Untuk mencari sepatu seperjuangannya untuk hari ini, Chrysta pun mengedarkan pandangannya dari ujung rak sepatu yang kiri ke ujung rak sepatu yang kanan. Ia menyapu bersih rak sepatu dihadapannya itu dengan sorotan matanya.

Hingga akhirnya, pilihannya pun terjatuh pada sepasang multi-strap heels yang sempat ia beli ketika menghadiri New York Fashion Week beberapa bulan yang lalu.

Me, The Barista & The BillionaireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang