4. Seperti Minion

15.7K 576 5
                                    

Sudah seharian Chrysta mengurung dirinya di dalam kamar. Chrystabelle berusaha untuk tidur karena baginya, tidur adalah pelarian yang sangat ia butuhkan sekarang.

Ia memejamkan mata dan menarik nafas yang dalam. Ia berusaha untuk terlelap dengan metode menghitung domba. Dan setelah sudah domba entah-ke-berapa, ia masih saja tidak bisa tidur. Ia menghela nafas sebal dan duduk bersandar kepada headboard ranjangnya.

Ketukan lembut pada pintu kamarnya menyadarkan Chrystabelle dari bayang bayang masa lalunya.

"Chrysta? Gue boleh masuk?" Chris bertanya.

Setelah mempertimbangkan pilihannya, Chrysta pun mengizinkan Chris untuk masuk.

"aku mau minta maaf," ucap Chris dengan nada penyesalan yang sekental kopi hitam pada kata katanya.

Tanpa membalas perkataan adiknya, Chrysta langsung memeluk Chris dengan erat. Mengingat kedekatan mereka, jarang sekali mereka berkelahi seperti ini, berdebat sih sering. Tapi kalau berkelahi seperti ini, hampir tidak pernah.

Sembari membalas pelukan saudarinya, Chris melanjutkan "aku ga seharusnya ngebentak kamu, padahal dalam situasi ini, yang paling stres pasti kamu kan? Aku ga seharusnya nambah beban kamu, aku seharusny-" kata kata Chris terpotong ketika Chrysta menutup mulutnya dengan telapak tanganya.

"diem bisa ga, dari tadi ngerocos aja terus, pusing pala berbi, harus dengerin suara lo yang kayak bebek kejepit itu," ucap Chrysta dengan nada yang sengaja dialay-alaykan.

"hwh, inwi twngwn apw ikwnm wsimn, PLEK," ucap Chris sembari menyingkirkan tangan Chrysta dengan jilatan mautnya.

"EWH! HEH, LO KUCING APA ORANG SIH, PAKE ACARA JILAT JILATAN PULA!" Teriak Chrysta yang tengah mengelap tangannya yang basah ke baju Chris.

"lah salah lo juga, siapa suruh orang lagi saking cool-nya berpidato malah lo bungkamin, sakit hati abang dek," kalimat itu berhasil mendapatkan putaran bola mata dari Chrysta.

"tua-an gue juga, kelesssss," gumamnya pelan, tujuannya sih agar tidak terdengar oleh Chris tapi, God bless this guy, betapa tajamnya pendengaran Chris.

"APA LO BILANG?" melihat sorat mata killer dari Chris, Chrysta hanya nyengir nyengir seperti minion dapet pisang. Semua jejak jejak kesedihan hilang seperti ditelan bumi, hanya tersisa gelak tawa yang memenuhi ruangan itu.

Alangkah baiknya jika setiap hari selalu seperti ini, tapi nasib berkata lain, karena badai yang mengerikan sedang berjalan menuju Chrysta.

Hi! pendek banget, iya aku tau. tapi aku janji, chapter selanjutnya akan lebih panjang. kalau kalian mau? trus, I noticed that, aku sudah punya satu reader YAY! bagi kamu yang disana, yang sedang membaca ini! tolong chat aku dong! aku tau mungkin ini agak lebay, tapi aku mau tau siapa orang pertama yang membaca cerita ini, well selain aku! chat aku yah! dan chapter selanjutkan akan aku dedikasikan untuk kamu!

THANK YOU, LOVE YOU LOTS! 

Me, The Barista & The BillionaireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang