Ketika Chrysta mencapai penthouse-nya, jarum pendek pada jam sudah berpindah kearah duabelas dan jarum panjangnya pun sudah memilih tempat nyaman disekitar angka sembilan.
Setelah bertukaran nomor dan ID LINE dengan Max, yup Chrysta memanggilnya dengan nama panggilan sekarang, mereka melanjutkan percakapan mereka. Ternyata, mereka berdua sama-sama menyukai sebuah band pop-rock asal Inggris yang bernama 'The Vamps' dan selama se-jam lebih, mereka hanya mengobrolkan hal-hal yang tidak penting.
Walaupun begitu, Chrysta merasa senang, ia merasa seperti sudah membebaskan remaja perempuan yang sudah lama terkurung dalam dirinya. Berada disekitar Max membuatnya merasa seperti anak kecil, in a good way, of course. Sampai-sampai ia melupakan permasalahannya dengan Chris, untuk sementara.
Ia mengunci pintu keluar-masuk dengan pelan, tanpa mengeluarkan suara sedikit pun. Ia berbalik, berniat untuk melangkah ke kamar tidurnya namun, pemandangan yang menyapanya membuat Chrysta mengurungkan niatnya.
Disana, di atas sofa, Christopher Lionel Ferdoran terbaring, dengan beberapa botol bir yang tergeletak di lantai. Tidak membutuhkan seorang Albert Einstein untuk mengetahui bahwa Chris-lah yang menguras isi botol-botol tersebut.
Chrysta langsung menghempas tas branded-nya ke sembarang arah. Persetan dengan dimana tas itu akan mendarat, yang terpenting untuknya sekarang adalah keadaan adiknya. Dalam sekejap, ia sudah ada di sebelah Chris. ia memandang muka adiknya yang terlelap akibat efek alkohol. Rambut Chris yang biasanya tertata sempurna, kini mengarah ke semua arah dan pada pelukan Chris, terdapat sebuah pas foto.
Chrysta mengambil pas foto itu dengan lembut, berusaha agar tidak membangunkan Chris.
Spontan, air mata menggenang di matanya ketika melihat foto yang ada di pas foto itu. Foto itu sudah berusia sekitar satu dekade lamanya, tepatnya beberapa bulan sebelum bunda mereka pergi. Didalam foto itu, tampak dua remaja berkawat gigi yang sedang tersenyum lebar, seperti hidup mereka tergantung pada lebar-nya senyuman itu. Dan foto itu juga, merupakan foto terakhir yang diambil bersama Arabelle.
Ia mengalihkan perhatiannya dari cerita dibalik foto tersebut ke adiknya yang terlelap. Ia mengelus rambut Chris dengan lembut. Ia tahu, selama ini Chris berusaha menghindari alkohol karena kejadian itu dan Chrysta tidak mampu menahan rasa bersalah yang mengakar dihatinya, bersama dengan rasa takut kecil yang mulai bertumbuh.
Ia tidak ingin adiknya kembali terjerumus ke jalur gelap yang sama, lagi. Ia sudah cukup hampir kehilangan Chris sekali, itu saja sudah lebih dari cukup, ia tidak menginginkan kali kedua. Karena ia tidak ingin merasakan perasaan itu lagi,
kehilangan.
3 CHAPTER DALAM SEHARI! KU SANGAT BANGGA! XD
semoga kalian suka!terima kasih sudah membaca!Jangan lupa comment, vote & share!
KAMU SEDANG MEMBACA
Me, The Barista & The Billionaire
RomantikChrystabelle Laurenzel Ferdoran, designer trendy yang notabene merupakan anak salah satu pengusaha terkaya di dunia. Cantik? iya. Menawan? tiada tara. Percaya diri? sangat. Kaya? teramat. Mandiri? terlalu. Ketika perempuan abad 21 seperti Chrysta d...