"APA?!" Chrysta sedikit menjauhkan diri dari Lisa karena frekuensi yang dihasilkan suara Lisa sulit untuk diterima oleh gendang telinganya.
Setelah dengung pada gendang telinganya sudah mereda, Ia tersenyum kecil pada Lisa sebelum menyesap homemade greentea latte yang jelas berbeda dengan yang ada di Dawn Cafe. Bicara tentang Dawn Cafe, pikiran Chrysta pun melayang ke sosok barista, ralat, pemilik cafe itu. Setelah semua kejadian rumit yang terjadi dalam kurun waktu semalam, Chrysta belum sempat memeriksa ponselnya.
Chrysta baru tersadar bahwa dirinya sedang melamun ketika gendang telinganya merespon kepada pekikan ber-frekuensi tinggi, lagi.
"SHUT UP! Ini tuh rumah, bukan taman safari! Gausah pake mekek-mekek bisa?!" Chrysta hampir saja menjambak rambutnya sendiri karena rasa frustasi yang mulai menumpuk dalam dirinya. Selain ingin menjambak rambutnya sendiri, ia juga ingin menjambaki Christopher yang berani beraninya meninggalkan dirinya berdua dengan Lalisa yang sedang berada dalam mode 'crazy bitch'.
"GABISA! Lo udah bikin gue khawatir sampe gabisa tidur trus mata gue jadi kayak panda cina gini, TAPI TERNYATA LO COCUIT-COCUITAN SAMA SI BARISTA SUPER SEXY ITU?!" Chrysta berpaling menghadap Lisa dengan kecepatan yang luar biasa, bahkan, Chrysta yakin bahwa ia sempat mendengar bunyi protes dari tulang lehernya karena gerakan super cepatnya itu.
Chrysta tidak bisa percaya bahwa dari semua hal yang ia jelaskan pada Lisa, hanya itu yang Lisa tangkap.
"lo gamau nanya tentang tawaran dari Alexander gitu?" tanya Chrysta dengan agak ragu. Walaupun sudah lama bersahabat dengan Lisa, terkadang, Chrysta kesulitan untuk menebak reaksi Lisa.
"ha? Tawaran apaan?"seketika, mata Chrysta langsung berubah menjadi garang. Ia ingin sekali melepak wanita yang berada diseberangnya itu. Ia sudah bercerita panjang lebar karena ia merasa bahwa setidaknya Lisa berhak untuk mengetahui segala sesuatu sebagai seorang sahabat. Namun, semua yang ia ceritakan seperti masuk dari gendang telinga kiri dan keluar dari gendang telinga kanan.
"LALISA CLAIRE ADIRATAMA! JADI LO GA DENGERIN SAMA SEKALI? DARI TADI GUE CERITA SAMPE MULUT HAMPIR BERBUSA TAPI GA ADA SEDIKITPUN YANG MASUK KE DALAM OTAK LO?"
"hehe, maaf, gue langsung DC pas bagian lo sama barista super se-"
"cukup, cukup, lo gausah sering sering ngucapin kata itu, ill-feel gue denger-nya," potong Chrysta sembari menghela nafas dan mengacak rambutnya frustasi.
Chrysta berjalan ke arah meja yang terletak di depan sofa ruang tamunya dan mengambil sebuah amplop berwarna coklat muda yang terlihat sangat asing diantara perabotan-perabotan bercorak hitam-abu abu-putih yang menghiasi ruang tamunya itu.
Chrysta kembali ke kitchen island tempat Lisa sedang menunggunya dengan mata belo penuh rasa penasaran. Ia menempatkan amplop itu dihadapan Lisa. Lisa menatap amplop itu sembari sedikit memiringkan kepalanya heran sebelum akhirnya memutuskan untuk membuka dan membaca isi amplop itu.
"perjanjia-what the fuck?" dan yep, hanya itu yang Chrysta butuhkan untuk menkomfirmasi nasib gendang telinganya nanti.
Hi! KITA UDAH MENCAPAI 5K READS LOH!
YASH! terima kasih sudah membaca cerita ini! dan terima kasih untuk 411 votes nya yah!
kalau kalian menyukai cerita ini, jangan lupa untuk nge-support author dengan comment, vote dan share yah! 1 comment, 1 vote dan 1 share sangatlah berarti untuk author!
LOVE YOU LOTS! HOPE YOU HAVE A NICE DAY/NIGHT!
KAMU SEDANG MEMBACA
Me, The Barista & The Billionaire
RomanceChrystabelle Laurenzel Ferdoran, designer trendy yang notabene merupakan anak salah satu pengusaha terkaya di dunia. Cantik? iya. Menawan? tiada tara. Percaya diri? sangat. Kaya? teramat. Mandiri? terlalu. Ketika perempuan abad 21 seperti Chrysta d...