52. Cabe Aji Charapita

5.7K 190 9
                                    

"Maxwell?"

Mata bulat Chrysta seketika menjadi semakin bulat ketika otak-nya sudah me-register sosok laki-laki yang sedang berdiri di hadapannya.

"aku tahu ini kuburan, Mysty, tapi kamu juga ga usah kaget begitu karna melihatku, aku memang tampan bak malaikat, tapi tenang saja, aku bukan malaikat kematian kok," Maxwell terkekeh pelan melihat ekspresi kaget Chrysta yang menurutnya lucu.

Mendengar ucapan Maxwell yang terdengar sangat... narsis itu, Chrysta pun mendengus geli.

"kamu.. ngapain disini?" Chrysta mengerutkan dahinya.

"orang sinting mana yang akan datang ke kuburan pada subuh-subuh seperti ini?"

"Eh, tunggu..."

"Aku, juga sedang berada di kuburan, ketika subuh...." batin Chrysta.

"aku mengunjungi cinta pertama-ku," ucapan Maxwell sukses menarik Chrysta dari aliran pemikiran konyol-nya.

"o-oh, aku... turut berduka cita," suara Chrysta sangatlah pelan, nyaris seperti sebuah bisikan. Selama hidupnya yang berusia dua dekade lebih, ia memang tidak pernah jatuh cinta kepada lawan jenis, namun setidaknya, Chrysta juga mengerti rasanya kehilangan seseorang yang ia cintai.

"aku udah ga apa kok, lagian, dia sudah lebih tenang di alam sana," balas Maxwell dengan senyum kecil.

"terus, kamu? Ngapain disini subuh-subuh? Nyari makan?"

"apa kamu bilang? Nyari makan? Emang aku apaan? Palasik?" cemooh Chrysta tak senang.

"aku juga ga bilang kamu palasik, kamu yang bilang sendiri, siapa tau kan kamu makan disini karna mau ganti suasana," balas Maxwell dengan senyuman sorry-not-sorry yang langsung memperlihatkan pemandangan yang merupakan sebuah perpaduan antara pemandangan yang menyegarkan mata dan pemandangan yang mengundang telapak tangan.

"okay, back to the topic, what are you doing here?" tanya laki-laki itu sekali lagi.

"sama, aku juga sedang mengunjungi cinta pertama ku, tapi orang itu adalah bunda-ku, bukan mengunjungi pacar kayak kamu,"

"siapa bilang aku lagi ngunjungin pacar?" balas Maxwell dengan santai.

"hm?" Chrysta sedikit terkejut ketika mendengar balas dari Maxwell. Ia sama sekali tidak mengharapkan balasan itu sama sekali.

"sama sepertimu, aku datang mengunjungi mama-ku, dan kamu tahu, ternyata 'apartement' mama-ku dan bunda-mu bersebelahan,"

Mendengar ucapan Maxwell, Chrysta pun menoleh ke arah batu nisan yang berada tepat disampingnya.

Benar saja, di batu nisan itu, terdapat sebuah foto yang mengabadikan wajah seorang wanita yang tampak begitu mirip dengan Maxwell.

Jika diperhatikan baik-baik, bisa disimpulkan bahwa, Maxwell adalah versi laki-laki dari wanita itu.

Lalu, apa hubungannya dengan datang pada subuh-subuh?

Seolah dapat membaca pemikiran Chrysta, laki-laki itu pun tersenyum kecil dan kemudian menjawab.

"mama-ku pergi 20 tahun lalu, tepat pada hari ini dan beliau juga pergi pada subuh hari seperti ini, beliau... OD," dan senyum itu pun menghilang. Sorot mata laki-laki itu yang tadinya cerah menjadi segelap langit mendung tepat sebelum hujan.

Gelap gulita penuh rasa duka.

"I-Im sorry for your loss," Chrysta memang tidak tahu dengan pasti bagaimana perasaan Maxwell. Namun, yang ia tahu adalah, kehilangan seseorang yang dicintai bukanlah hal yang menyenangkan, apalagi secara tiba-tiba.

Me, The Barista & The BillionaireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang