"look at that, is that the proper way to greet the most important man in your life, darling?" balas laki-laki yang paling ingin Chrysta enyahkan dari hidupnya itu.
"the most important? Did you take the wrong drugs? Sekarang, sebelum kesabaranku habis, let me ask you again, What. Do. You. Want?"
Jika ucapan dapat mencabut nyawa, maka sepertinya yang di ujung sana sudah berbalut kain putih dengan tambahan beberapa bola kapas yang menutupi lubang-lubang indera-nya.
"Kamu terdengar begitu sibuk dengan permainan jahit-menjahitmu, sehingga berbicara dengan ayahmu sendiri saja kamu enggan, tapi tidak apa, kali ini ayah maafkan," ucap Carson dengan nada riang yang berbanding terbalik dengan ucapannya.
Chrysta sendiri, ingin sekali membalas ucapan itu dengan balasan pedas nan tajam, namun ia tidak ingin percakapan ini berbuntut panjang, sehingga ia pun harus menahan balasan kurang ramah yang sangat ingin keluar dari mulutnya dengan sekuat tenaga. Sebagai ganti-nya, Chrysta hanya memutar kedua bola mata-nya dengan kesal, sembari menunggu kelanjutan dari ucapan Carson yang terlihat seperti penting sekali.
"okay, let's cut the chit-chat, shall we? Ayah menelfon hari ini untuk memuji rencana publikasi-mu, Chrysta! Sangat pintar! Kamu tahu, sejak semalam, harga saham perusahaan sudah meningkat lebih dari seratus persen! Sekarang, orang-orang dari seluruh dunia sedang mengantisipasi merging antara Ferdoran Industries dan Nielson Empire!"
"Rencana publikasi? Apa maksud ayah?" tanya Chrysta bingung. Namun, kebingungan itu tidak bertahan lama. Kebingungan itu tidak memakan waktu yang banyak untuk berubah menjadu kemarahan.
"Ideologi kamu memang tepat, Chrysta! Press conference memang sudah ketinggalan zaman!" lanjut Carson yang tidak menyadari perubahan suasana hati putri sulungnya.
"Disini aku stres dan menahan rasa malu, tapi ayah malah sibuk memperdulikan harga saham-saham bodoh itu? Ha, as expected. Ayah memang pantas mendapatkan penghargaan 'Dad of The Year',"
Kalimat sarkatis tersebut merupakan kalimat terakhir yang menghiasi percakapan antara kedua individu tersebut. Karena begitu Chrysta melontarkan kata terakhir dari kalimat itu, ia langsung memutuskan saluran telepon itu. Dengan penuh rasa kesal, Chrysta menggeram dan mengepalkan tangannya yang tidak menggengam ponsel.
Pada saat itu, Chrysta sangat tergoda untuk membanting ponsel-nya. Toh, meskipun ponsel-nya merupakan benda mati, tapi ponsel itulah yang mengantarkan ucapan-ucapan dari Carson menuju dirinya. Namun, setelah dipikir-pikir, soal biaya untuk ponsel baru sih, memang tidak seberapa, tapi jika dibandingkan dengan kerepotan yang akan menyusul keberadaan ponsel baru, Chrysta memutuskan untuk menahan diri.
"you are thinking nonsense, Chrysta, now, breathe in, breathe out, in, out, in, out," setelah merasa bahwa dirinya sudah cukup relax, Chrysta pun berjalan menuju pintu keluar masuk penthouse-nya dan bersama dengan gerakan buka-tutup pintu tersebut, kehadiran Chrysta di ruangan itu, pun menghilang.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Ketika Chrysta mencapai destinasinya ; Arabelle Boutique, kedua bola mata-nya hampir meloncat keluar.
Pemandangan yang sempat ditangkap oleh kedua matanya bagaikan mimpi yang begitu mengejutkan. Di dalam butik-nya yang tertutup oleh dinding kaca, terdapat begitu banyak pelanggan yang berjalan kesana-sini. Terlebih lagi, di luar butik pun masih terlihat banyak orang yang mengantre.
Chrysta bahkan tidak menyadari bahwa rahang-nya sudah hampir menyentuh tumit-nya, jika bukan karena suara panik Sebastian. Jika bukan karena Sebastian, maka sepertinya Chrysta akan berada pada posisi itu selama beberapa menit lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me, The Barista & The Billionaire
RomanceChrystabelle Laurenzel Ferdoran, designer trendy yang notabene merupakan anak salah satu pengusaha terkaya di dunia. Cantik? iya. Menawan? tiada tara. Percaya diri? sangat. Kaya? teramat. Mandiri? terlalu. Ketika perempuan abad 21 seperti Chrysta d...