Chrysta tertawa kecil.
"namaku saja kamu belum tahu," ujarnya singkat.
"bukankah itu permulaan semua hubungan? Tidak ada yang terlahir saling kenal, mysterious hottie," sekali lagi Chrysta terkekeh pelan. Rasa jenuh yang menggerogoti dirinya tadi mulai hanyut secara perlahan-lahan. Ia merasa cocok dengan Maxwell. Ia belum yakin apakah perasaan 'cocok' itu akan mengarah ke hubungan 'romansa', namun untuk sekarang ia merasa kecocokan yang tidak bisa dijelaskan. Seperti ada sesuatu dalam dirinya yang mengatakan bahwa Maxwell akan mewarnai hari-harinya, dengan warna apa? Dirinya pun belum yakin.
Chrysta terlepas dari jalur kereta pemikirannya dan Ia melirik ke arah counter cafe yang kosong. Tentu saja, bagaimana tidak kosong? Toh, penghuninya sedang berada dihadapannya. Ia menggelengkan kepalanya pelan dan kembali menatap laki-laki dihadapannya.
"kamu sadar, bukan? Bahwa kamu sedang flirting dengan seorang pelanggan, apa yang akan terjadi kalau bos-mu melihat kelakuan centil barista barunya ini?" Chrysta mengangkat salah satu alisnya dan menatap Maxwell dengan tatapan menantang.
"tidak apa, malah dari tadi bos-ku sedang menyemangati aku dan aku memang barista baru disini, tapi aku sudah bekerja disini sejak tempat ini belum menerima pelanggan sama sekali," Maxwell menyeringai penuh arti, sedangkan lawan bicaranya malah mengerutkan dahinya bingung.
Tatapannya menyapu bersih seluruh permukaan cafe tapi hasil yang ia peroleh tidak dapat memuaskannya. Ia pun kembali menatap Maxwell dengan tatapan bingung.
"mana bos-mu?"
"kamu benar benar tidak melihatnya?" tanya Maxwell dengan seringaian penuh kejahilan.
Pertanyaannya hanya dijawab dengan gelengan pelan dari Chrysta yang memasang muka belo.
"dia ada di..."
Mata Chrysta kembali menyapu ke sekitar cafe sembari menunggu pernyataan dari Maxwell. Ia penasaran dengan tampang bos Maxwell yang katanya sudah menyemangati Maxwell sedari tadi. Ia heran, bos mana yang akan menyemangati karyawannya untuk menggoda pelanggannya sendiri?
"hadapan-mu," satu kata saja sudah cukup untuk membuat mulut Chrysta terbuka lebar.
"apa?"
"benar sekali, mysty, akulah pemilik cafe ini," ucap Maxwell dengan senuman penuh kebanggaan.
"mysty?" Chrysta mengerutkan dahinya geli.
"yup, kamu tidak pernah memberi tahu nama mu, so I'll just go ahead and make you a nickname," Maxwell mengangkat bahunya dengan tampang acuh-tak acuh.
"eh, by the way, kamu belum menjawab pertanyaan awal ku!" seru Maxwell yang kini sudah memasang wajah seperti anak kecil yang meminta untuk dibelikan mainan terbaru.
"yang mana?" tanya Chrysta dengan polos. Tapi, well, anak umur tiga pun mungkin tahu bahwa kata 'polos' dan Chrysta tidak bisa bersatu, seperti minyak dan air yang ada di sebuah wadah.
"will you go on a date with me? AND will you tell me YOUR name?" Chrysta terkekeh pelan ketika melihat ekspresi Maxwell yang sedang menahan rasa jengkel.
"I guess I'm kind of free for this weekend, and my name is Chrystabelle," ucap Chrysta dengan senyuman kecil pada bibirnya.
"THAT'S A DEAL! Kamu sudah setuju! And you are definitely not allowed to cancel the deal, Mysty," nada nada riang memenuhi ucapan Maxwell. Ia menatap Chrysta dengan tatapan yang sebelas-duabelas dengan tatapan seorang maling panci yang menemui panci emas nan berharga.
"Mysty? Kenapa masih memanggilku dengan sebutan itu? Bukankah kamu sudah tahu namaku?"
"menurutku, kamu pasti terbiasa dipanggil Chrysta bukan? Jadi, aku memanggil-mu dengan nama panggilan yang tidak biasa, agar kamu tidak lupa denganku, but honestly, who can forget someone as hot as me?" ucap Maxwell dengan muka angkuh yang dibanjiri dengan kepercayaan diri. Bahkan kepercayaan dirinya sangat banyak hingga dapat mengalahkan kapasitas air tsunami jepang beberapa tahun lalu.
Chrysta memasang raut muka geli pada mukanya, tetapi ia memang tidak bisa menolak bahwa Maxwell mungkin.... sedikit mengesankan. OKAY, mungkin sangat, sangat mengesankan. Tapi Chrysta bersumpah bahwa selama ia masih hidup, ia tidak akan pernah mengucapkan kata-kata tersebut didepan Maxwell. Kata kata tersebut akan menjadi seperti pupuk mahal yang menyuburkan ego Maxwell yang sudah jelas besar, mungkin ukurannya dapat menyaingi ukuran ego Chrysta yang sudah terkenal sangat teramat BESAR itu.
"and one more thing, can I have your number?"
ANOTHER CHAPTER FOR TODAY! semoga kalian suka dan akan lanjut membaca! and one more thing, can we get this story to 100 votes?
aku janji kalau kita mencapai 100 votes, aku akan meng-upload dari sudut pandang Maxwell atau Alexander(lagi)! dan until then, mungkin aku belum akan upload untuk sementara. "MUNGKIN"
soooo Thank you for reading this story!
have a nice day/night!
jangan lupa comment, vote & share!
KAMU SEDANG MEMBACA
Me, The Barista & The Billionaire
RomanceChrystabelle Laurenzel Ferdoran, designer trendy yang notabene merupakan anak salah satu pengusaha terkaya di dunia. Cantik? iya. Menawan? tiada tara. Percaya diri? sangat. Kaya? teramat. Mandiri? terlalu. Ketika perempuan abad 21 seperti Chrysta d...