6. Lalisa Claire

13.6K 455 1
                                    


"bangun! Bangun! Cepetan bangun!" Chrysta mengerang ketika merasakan kasurnya bergerak gerak. Dengan mata yang masih tertutup, ia berusaha mencari tahu identitas penyusup itu menggunakan tangan. Ia menggapai-gapai secara asal untuk mencari suatu petunjuk dan pada suatu titik, tangannya menyentuh dua benda yang empuk. Dengan rasa kantuk yang masih melanda, ia menekan-nekan benda itu.

"kok empuk yah?" gumamnya pelan. Ia tak bisa, ralat, enggan untuk membuka matanya karena memang sudah dari sananya Chrysta tidak bersahabat dengan bangun pagi.

"YAH IYAH LAH EMPUK, PEMBERIAN ORANG TUA GUE INI WOY!" teriakan itu mebuat Chrysta secara perlahan membuka matanya. Ia mengedip untuk beberapa kali sebelum matanya melebar.

"Lalisa?" sontak dua perempuan cantik itu langsung saling berpelukkan. Jeritan melengking mereka memenuhi ruangan itu.

"LO KAPAN PULANG? KOK GA BILANG BILANG?" teriak Chrysta dengan girang. Seumur hidupnya ia hanya mempunyai 1 sahabat perempuan, Lalisa Claire. 4 tahun lalu, Lalisa harus berangkat ke Inggris untuk melanjutkan studinya. Chrystabelle dan Lalisa sempat menangis seperti orang gila di bandara, tanpa peduli tatapan tatapan aneh yang mereka peroleh dari orang yang bolak balik.

"GUE BARU NYAMPE TADI! Pas landing, ambil bagasi, gue langsung kesini! Kangen banget sama lo!" pekik Lalisa dengan girang. Baru saja Chrysta ingin membalas ucapan Lalisa, sebuah suara yang lebih berat pun terdengar.

"heh, lo berdua bisa ga sih gausah bising, daritadi gue kira ada hyena yang melahirkan disini," dan yup, Christopher secara resmi dicap sebagai 'perusak momen' oleh kedua perempuan itu.

"bising deh, unicorn pink!" Lalisa melemparkan sebuah bantal kearah Christopher sambil menjulurkan lidahnya meledek. Yang diledek pun sepertinya baru sadar dengan kostumnya karena matanya melebar dan berlari secepat Usain Bolt entah ke arah mana, mukanya memerah dan memanas akibat malu. Saking cepat larinya, ekor dan sayap unicorn pinknya bergoyang kekanan-kiri membuat Chrysta dan Lalisa terkekeh melihatnya.

"Christopher ga berubah yah, dari dulu selalu seperti itu," ujar Lalisa dengan senyum penuh kasih. Melihat ekspresi sahabatnya, Chrysta hanya menghela nafas. Lalisa memang pernah menjalin hubungan dengan Christopher, mereka putus tepat beberapa bulan sebelum Lalisa berangkat, sedangkan alasan dibelakang putusnya mereka, Chrysta sendiri pun tidak tahu. Yang ia ketahui adalah sahabatnya dan kembarannya masih saling punya perasaan. Yang tak ia mengerti adalah, mengapa mereka tidak mau balikan padahal rasa sayang sejelas fakta bahwa 'matahari terbit dari timur'? apakah hal yang terjadi pada masa lalu begitu buruk? Sehingga mereka tak bisa balikan lagi?

"-ysta! Chrsyta? HELLAWWWW!" teriakan Lalisa menyadarkan Chrysta dari alam Chrystabelle on journey-nya itu.

"hm? Apa?" tanya Chrysta dengan muka belo yang polos sekali, saking polosnya sampai berbanding terbalik dengan kepribadiannya.

"gue mau ajak lo ke Dawn Cafe! Lah lo gak denger? Berarti yang dari tadi gue ngerocos lo gak denger sama sekali! KAMU JAHAT! KITA PUTUS!" ucap Lalisa sambil menempatkan telapak tangannya di dada bagian kirinya, terdapat ekspresi patah hati yang tergambar di wajahnya.

"NAJONG NJIR! Emang sejak kapan kita pacaran coba? Jangan mentang mentang gue kembaran Chris, lo anggap kita sama ya, HELL NO, semua orang juga tau kalo gue itu the fabulous one," Chrysta mengibaskan rambutnya sambil memasang raut muka tak terima. Terkadang ia pun bersyukur, karena ia dan Chris tidak terlahir dengan jenis kelamin yang sama, pasalnya, mereka berdua adalah kembar identik yang hampir semua bagian sama, jika mereka terlahir dengan jenis kelamin yang sama, ia akan susah di bedakan dengan Chris, dan itu bagaikan mimpi buruk Chrysta, karena baginya, ia adalah sosok yang one of a kind. Maklumlah, egonya semakmur koruptor pemerintah.

"whatever, buruan mandi lo! Bau lo sangat teramat menusuk hidung gue yang mancung nan tirus ini! Cepetan MANDIIIIIIIIII!" jeritnya dengan nada suara yang sengaja di 'opera-opera'-kan dan sekali lagi, ekspresi tak terima pun muncul lagi pada muka Chrysta.

"CIH! IYA GUE MANDI, F.Y.I GUE GA BAU! AROMA TUBUH GUE ITU LEBIH WANGI DARI BUNGA TUJUH RUPA!" Chrysta beranjak bangun jadi ranjangnya dan berjalan ke kamar mandi, meninggalkan Lalisa yang sedang tersenyum puas diatas ranjang sendirian.

"I'm glad to be back," gumamnya pelan.

Tanpa disadari, ada seekor, ralat, seorang dengan baju unicorn pink yang diam diam menatapinya dengan mata yang penuh rasa rindu.

"I will get you back, my love," bisiknya dengan tekad yang sebulat bulan purnama.  

Me, The Barista & The BillionaireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang