"perjanjian pra-nikah," Chrysta dengan cekatan menutup mulut Lisa yang terbuka tepat setelah kalimat itu ia lontarkan.
"nloum nhgapaiim nmhutuph hmuhut mnhue!" protes Lisa yang sudah berapi-api ingin mengomeli sahabatnya.
"shh! Diam! Biarin gue ngomong dulu!" ucap Chrysta sembari menatap Lisa. Ketika ia sudah yakin bahwa Lisa akan tetap diam selama ia berbicara, ia menarik tangannya dari mulut Chrysta.
Chrysta menghirup nafas sebelum membuka mulutnya untuk bercerita.
"kemarin, Alexander Nielson, laki laki yang dijodohkan sama gue, datang kesini sambil bawa itu," Chrysta menunjuk amplop coklat muda yang sedang Lisa pegang.
"dia menawari kerjasama antara dengan Nielson Hotel, kerjasama yang akan langsung membuat Arabelle Boutique satu-satunya butik asal Indonesia yang dibuka di setiap cabang Nielson Hotel, dan kerjasama ini hanya akan terjadi jika, gue setuju untuk menjalani pernikahan palsu selama setahun," tenggorokan Chrysta terasa kering setelah ia selesai melontarkan penjelasannya. Namun, ia bahkan tidak menghiraukannya, karena satu-satunya yang menjadi titik fokusnya sekarang adalah reaksi Lisa.
Didalam pikirannya, ia sudah memikirkan skenario terburuk yang pernah ada.
Namun, Lisa malah menghela nafas dan tersenyum kecil.
"dan menurut tebakan gue, lo memutuskan untuk setuju, kan?"
Chrysta yang seakan kehilangan suaranya pun hanya bisa mengangguk. Ia sama sekali tidak berpikir bahwa ia akan direspon dengan reaksi yang seperti ini.
"kalau lo benar benar yakin dengan keputusan lo, gue juga nggak berhak untuk ikut campur, karena bagaimanapun, ini hidup lo, lo yang ngejalanin dan tugas gue sebagai seorang sahabat adalah nge-dukung lo bagaimanapun,"
Chrysta bukan tipe perempuan yang mudah menangis. Tapi belakangan ini, air mata-nya mudah saja mengalir, seperti kali ini. Dan lagi, air mata yang mengalir kali juga bukan air mata kesedihan. Namun, air mata bahagia.
"elah, segitu aja nangis," ledek Lisa yang sebenarnya tidak ada bedanya dari Chrysta sama sekali. Karena wajahnya sudah mulai memerah dan matanya sudah berkaca kaca.
"lah, lo? Kenapa matanya lembab?" Chrysta menarik nafas dan menatap Lisa dengan tatapan tidak terima.
"eh, erm, ini cuma kelilipan doang kok!" elak Lisa.
"BASI!" seketika, tawa kedua wanita itu pun pecah.
Chrysta tahu, jika ada yang melihat mereka seperti ini, petugas rumah sakit jiwa pasti akan langsung dipanggil. Bagaimana tidak? Bayangkanlah skenario seperti berikut, Dua orang perempuan dewasa yang berbalut piyama pastel sedang menangis dan tertawa pada saat yang bersamaan.
Walaupun begitu, Chrysta tidak peduli. Chrysta sadar benar bahwa dirinya bukanlah seseorang yang mempunyai banyak teman, namun setidaknya, ia benar–benar mengerti arti dari sebuah persahabatan.
YUP 2 CHAPTERS IN A DAY! IM PROUD AF, PEOPLE!
terima kasih sudah membaca cerita ini!
jangan lupa comment, vote & share!
KAMU SEDANG MEMBACA
Me, The Barista & The Billionaire
RomanceChrystabelle Laurenzel Ferdoran, designer trendy yang notabene merupakan anak salah satu pengusaha terkaya di dunia. Cantik? iya. Menawan? tiada tara. Percaya diri? sangat. Kaya? teramat. Mandiri? terlalu. Ketika perempuan abad 21 seperti Chrysta d...